Jumlah Pengunjung

20150331

Bersukacita di dalam Tuhan.

Hasil gambar untuk bersuka cita di dalam Tuhan
Bersukacita di dalam Tuhan.
Fil 4: (4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (5)Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Sukacita dan kebaikan Fil 4:4-5
(4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

Kita mengetahui dengan jelas bahwa pada saat surat ini ditulis Paulus sedang dalam penjara dan sedang menunggu hukuman atas dirinya, tetapi ia malah menulis menguatkan jemaat di Filipi agar senantiasa bersukacita dalam Tuhan. Apa maksudnya? Apakah ini keadaan putus harapan atau tidak diketemukan jalan keluar sehingga pasrah tak berdaya, lalu menghibur diri sendiri seolah-olah hidupnya penuh sukacita?
Jelas semuanya tidak benar karena di ayat 5 jelas ditulis agar kebaikan hatimu diketahui semua orang, tidak mungkin orang yang putus asa tetap melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan hatinya! Manusia bisa berpura-pura hidup penuh sukacita, tetapi ketika hatinya penuh kepiluan, bagaimana mungkin bisa keluar hal-hal yang baik? 
Matius 12:34  Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Lukas 6:45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Jadi sangat jelas bahwa Paulus bukan berpura-pura, tidak ada orang putus asa melakukan kebaikan hati! 

Bagaimana dengan kita ini, ketika kehidupan menekan kita demikian hebat apakah kita masih bisa bersukacita dalam Tuhan? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita menyadari dan mengerti arti sukacita, dan apa bedanya sukacita dengan bahagia?
Sukacita adalah istilah Alkitab yang asli dan unik. Banyak orang yang mengacaukan sukacita dengan kebahagiaan, tetapi ada perbedaan yang besar di antara keduanya. Kebahagiaan bergantung pada keadaan sekitar, sedangkan sukacita tidak demikian. Kebahagiaan merupakan tanggapan yang dangkal terhadap hal-hal yang baik; sukacita merupakan tanggapan yang jauh mendalam, yang tetap bertahan apakah yang terjadi di sekitarnya itu buruk atau baik. (dikutip dari e-konsel edisi 185, 3-6-2009, "Hidup dalam Sukacita").
Ada kesaksian seorang Professor Teologi di Friend Univesity, Kansas, bernama James Bryan Smith. Ketika istrinya mengandung anak yang kedua, dan kandungannya telah berumur 8 bulan, diketahui bahwa bayi dalam kandungan itu mengidap penyakit kromosom langka, yang dapat menyebabkan kematian saat kelahiran. Dia mengatakan hingga titik tersebut, belum pernah ada berita buruk yang menimpa kehidupannya. Ini momen terburuk yang ia dan istrinya hadapi. Ternyata prediksi sang dokter tidak tepat, bayi tidak meninggal ketika dilahirkan, tetapi tetap dilahirkan mengidap penyakit kromosom langka tersebut. Bayi itu diberi nama Madeline (artinya "Menara Kekuatan"). Ia dilahirkan dengan kelainan jantung, tuli dan tidak bisa menelan makanan melalui tenggokannya. 
Bagaimana kalau kita yang mengalaminya, apakah kita bisa bersukacita? Diakhir kesaksiannya Pendeta Jim dan istrinya bisa menerima keadaan buruk ini dan tetap bersukacita di dalam Allah!
Jika belum jelas dan belum mengerti tentang Sukacita yang diajarkan oleh Alkitab, kita bisa membaca dan mempelajari dari Lukas 15. Dalam Lukas 15 ini kita menemukan 3 perumpaan yang menjelaskan arti sukacita! Bacalah! 
Dan ketika merasa Sukacita senantiasa di dalam Tuhan maka kebaikan kita terpancar keluar, sehingga semua orang mengetahuinya bahwa orang ini hidupnya penuh sukacita selalu!
Jadi hati-hatilah selalu karena ayat ini saling menguatkan dan membuktikan. Tidak ada orang yang hatinya baik hidupnya tidak sukacita, demikianpun kebalikannya tidak ada orang yang penuh sukacita tetapi hatinya busuk!

Kebebasan dari Kekhawatiran (Fili 4:6-7)
Bergantung kepada Allah
(6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Melalui ayat ini Paulus jelas-jelas hidupnya bergantung kepada Allah, tidak ada sedetikpun ia lepas dari Allah, oleh karena itu tidaklah heran ia hidup dalam sukacita dalam keadaan apapun, dan damai sejahtera Allah ada padanya.

Kuatir artinya takut, gelisah, cemas terhadap sesuatu hal yang belum diketahui dengan pasti! Penyakit kuatir ini sudah melanda manusia sejak ribuan tahun yang lalu, yang kita dapat lihat mulai dari PL hingga zaman sekarang. Manusia setelah jatuh ke dalam dosa maka hidupnya terputus dengan Allah, oleh karena itu hidupnya penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Contoh ketika Kain diusir oleh Allah setelah membunuh adiknya Habel di Kej 4:14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." 
Kain takut dan khawatir ada orang yang akan membunuhnya!

Amsal mengatakan "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." (Amsal 12:25)

Bagaimana dengan zaman sekarang? Hampir semua manusia dilanda kekhawatiran setiap saatnya. Hampir setiap keadaan selalu membuat kita takut. Kemarin ada pesawat terbang Germanwings yang menabrak gunung dan ternyata sengaja ditabrakkan oleh Co Pilot nya.
Apakah ini tidak membuat kita khawatir ketika bepergian menggunakan pesawat? Pesawatnya ok tidak ya? lalu bagaimana dengan pilotnya? copilotnya? awak pesawat lainnya? adakah teroris di dalam pesawat kita? ini yang diudara
Bagaimana yang didarat? adakah begal ditengah jalan? apakah tetangga kita anggota ISIS? dlsbnya.  

Dalam kehidupan sehari-hari kita khawatir akan masa depan kita, anak-anak kita, orang tua kita. Kita takut akan masalah kesehatan, keuangan dan kebahagiaan.
Jadi seluruh keadaan akan membuat kita khawatir dan takut.

Kembali ke ayat 6! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa dekat sih, hubungan kita dengan Allah? Coba periksa dengan seksama karena ini kunci jawaban untuk mengatasi kekhawatiran!
Pada pertemuan wilayah bulan Febuari kita masih ingat tentang Yohanes 15:7-8
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Apakah Firman Allah hidup dalam diri kita?
Kalau ya, maka ayat 7 menjawabnya  "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." (Amsal 3:5-8)
Maka Damai sejahtera Allah menangani kekhawatiran kita! 

Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Fili 4:8-9)
Positif thinking atau berpikir positif.
Setelah menjelajahi 4 ayat yang penuh dengan harapan dan sukacita maka sekarang kita memasuki tahap harapan yang diubah menjadi kenyataan dan penguatan. Paulus mengajarkan dengan bahasa yang jelas dan tegas bahwa Suka cita dalam segala keadaan, bagaimana menghilangkan rasa khawatir yang membelenggu, kini keadaan ini harus dipelihara dengan baik atau dikuatkan yaitu (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Dalam dunia sekular kita mengenal positif thinking, kaum motivator selalu mendengungkan positif thinking!
Mereka katakan dengan merubah pikiran kita dari negatif menjadi positif maka apa yang kamu cita-citakan pasti berhasil. 
Berpikir positif adalah sikap mental seseorang untuk memasukkan pikirannya dengan hal-hal yang positif yang membangun, mendengarkan kata-kata yang baik dan jangan mau mendengarkan hal-hal buruk sekitar kita. Pandanglah segala sesuatu yang membakar semangat bisa melihat benda atau gambar-gambar yang mempengaruhi kita secara positif, misalnya kita mengidamkan mempunyai mobil mercedes, maka taruhlah gambar mobil idaman kita di kamar, dikantor, jadikan sebagai background laptop atau gadget kita. Maka hal-hal yang sifatnya konstruktif ini melahirkan kebiasaan-kebiasaan positif seperti: jiwa yang selalu optimis, percaya diri, kreatif, dan sebagainya. Dan sangat berbeda bila seseorang berpikir negatif yang hanya akan melahirkan kebiasaan-kebiasaan negatif, seperti: Jiwa yang pesimis, rendah diri, reaktif, dan lain-lain.

Tetapi kita harus hati-hati apa yang ditawarkan dunia, karena di dalamnya ada jebakan, dan sangat berbeda dengan yang ditawar Paulus di ay 8-9. 
Mengapa? 
Konsep tentang berpikir positif yang dunia tawarkan tampaknya sama  dengan yang Paulus tulis, tetapi dipenghujungnya sangat jauh berbeda. 
Yang dunia tawarkan adalah mengenai kekuatan pikiran kita sehingga tanpa sadar kita telah mengillahkan pikiran kita, kita mengtuhankan kekuatan pikiran kita. Inilah konsep yang salah itu, dan bertolak belakang dengan ajaran Kristus.
ayat 8 mengajarkan kita untuk hidup yang berfokus kepada Kristus, jangan kepada hal positif yang lainnya, karena tidak ada  yang suci di dunia ini kecuali Yesus! maka Damai sejahtera tidak akan meninggalkan kita!

Kembali mundur sedikit kepada kesaksian teolog Jim, perlu saya tambahkan disini pengalaman beliau. Ketika semua teman-temannya mengetahui bahwa putri nya lahir cacat, ada seorang pendeta senior yang telah mereka kenal bertahun-tahun mengajak Jim serta istrinya untuk makan siang bersama. Saat Jim sedang makan salad, pendeta itu bertanya,"Siapa diantara kalian yang telah melakukan dosa, Jim, kamu atau istri kamu?" Jim bertanya, "Maaf, apa maksud Anda?" Pendeta berkata,"Ya, setidaknya ada satu di antara kalian atau malah kalian berdua telah melakukan dosa sehingga semua itu terjadi."
Komentar ini sangat mengganggu Jim dan istrinya dan hal seperti ini banyak sekali terjadi dikehidupan kita, ketika kita mengalami sakit, atau kesialan lainnya, selalu dikonotasikan dengan dosa yang telah kita perbuat, seolah-olah Allah yang mereka gambarkan itu demikian jahat dan kerdil.

Jim dan istrinya mengisi pikiran-pikiran yang suci yang baik seperti ayat 8 ini dan berfokus hanya kepada Allah yang Kasih, dan ketika Damai Sejahtera Allah melingkupi kehidupannya, Jim dan Istri tahu bahwa inilah cawan yang ia harus terima, bukan karena dosa apa dan kenapa! Allah tetap dimuliakan oleh mereka berdua dalam penderitaan yang Jim dan istri rasakan. Inilah yang dimaksud dengan ayat 9, ketika ia dan istrinya melakukan hal yang Alkitab ajarkan maka Allah sumber damai sejahtera menyertai Jim dan keluarganya.

Apapun yang terjadi didalam kehidupan kita , selama fokus kita hanya kepada Allah, maka tidak ada yang dapat merampas sukacita kita, karena Damai Sejahtera Allah ada selalu bersama kita!

Kesimpulan:
Bersukacita di dalam Tuhan dapat kita laksanakan jika Damai Sejahtera Allah ada di dalam hati kita.
Damai sejahtera Allah ada di dalam hati kita, jika Firman Allah hidup di dalam diri kita!

Bogor, 31 Maret 2015
Luki F. Hardian

Catatan:
Kisah James Bryan Smith merupakan kisah sejati yang mereka alami, dan dapat dibaca dalam buku "The Good and Beautiful God. Buku ini dapat mengubah konsep yang salah mengenai Allah! Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Literatur Perkantas Jatim.