Lidia - Seorang Wanita Karier
(Kis 16:14-15 dan ayat 40)
14. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya.
(40) Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.
Allah membukakan hati (Ayat 14).
Apa yang sebenarnya di cari oleh manusia di seluruh dunia? Atau mungkin yang lebih spesifik :"Apakah yang engkau cari di dunia ini?" Jika mendadak ada orang yang bertanya kepada kita, pertanyaan tersebut, apa kira - kira jawaban kita?
Menurut majalah Observer : "Everybody wants what feels good. Everyone wants to live a carefree, happy and easy life, to fall in love and have amazing sex and relationships, to look perfect and make money and be popular and well-respected and admired and a total baller to the point that people part like the Red Sea when you walk into the room".
Ketika melihat apa yang ditulis oleh majalah Observer dan mempelajarinya, ternyata bisa lebih dari satu yang kita dambakan. Yang sedang tertekan hidupnya tentu ingin "feels good", yang sedang tidak baik hubungan suami - istri tentu mendambakan "Happy and easy life". Yang merasa kehilangan jati diri, hidup tidak dianggap oleh lingkungannya tentu mendambakan "be popular and well-respected"
Dan masih banyak lagi dan mungkin tidak termasuk yang didaftar oleh majalah Observer.
Yang menjadi pertanyaan penting selanjutnya adalah "Apakah mudah mendapatkan semuanya itu?"
Manusia mengais-ngais hal yang sebenarnya tidak penting, maksudnya bukan hal yang utama! Hal yang sia-sia, akan tetapi manusia dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Akibat dari semuanya itu maka di dunia saat ini ada kurang lebih 4200 agama. Inilah manifestasi manusia untuk mendapatkan hal yang sia-sia? Mungkin banyak orang yang tidak setuju dengan pendapat ini, akan tetapi apapun alasannya, ada satu kebenaran bahwa begitu banyaknya agama didunia yang timbul dikarenakan agama yang semula ia anut sudah tidak bisa lagi memuaskan dirinya. Kalau sudah puas kan tidak mungkin mencari yang lain?
Jadi dalam hidup kita ini ada demikian banyak pertanyaan, keinginan, ambisi atau yang lainnya, dan ketika kita tidak menemukan cara untuk mendapatkannya, kita menjadi marah, jengkel dan putus asa.
Mengapa kita tidak kembali saja kepada Alkitab? Ya, Alkitab!
Pada Lukas 12:30 dikatakan "Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu."
Untuk lebih jelas tentang arti kehidupan, mari kita telaah bacaan firman Allah hari ini mulai dari Kisah 16:14. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
Lidia adalah seorang wanita kaya, yang mempunyai profesi sebagai penjual kain ungu dari kota Tiatira.
Kota Tiatira terletak di daerah Turki, daerah Asia. Ia seorang wanita Asia yang sukses, meninggalkan berbagai pembatasan di Tiatira untuk mencoba memajukan bisnisnya di Filipi, kota yang lebih terbuka baginya. Filipi terletak di Yunani, dataran Eropa.
Kalau melihat perjalanan dari Lidia, bisa menggambarkan bagaimana seorang wirausaha yang tidak berbeda dengan zaman sekarang. Seorang pebisnis tentu tidak terikat oleh satu wilayah, ia akan mencari daerah yang dapat mendatangkan laba.
Lidia adalah seorang non Yahudi yang pindah agama Yahudi. Ia sembahyang di tempat sembahyang orang Yahudi di tepi sungai bersama dengan para wanita Yahudi lainnya. Mereka nampaknya tidak memiliki sebuah synagog, sehingga mereka pergi ke tempat ini, di tepi sungai itu untuk berdoa pada hari Sabat. Paulus dan rekan-rekannya datang dan berkhotbah kepada sekelompok wanita ini. Dan ayat ini berkata bahwa Lidia "turut mendengarkan." (Kis 16:13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.)
Lidia hidup di Tiatira sebuah kota yang merupakan muara pertemuan banyak bangsa. Sifat kosmopolitan daerah itu terbukti dari berbagai nama yang telah ditemukan pada monumen-monumen kuno. Keanekaragaman tersebut juga tercermin dalam kecenderungan daerah itu untuk menjadi tempat pemujaan kepercayaan yang politeis. Objek pemujaan yang terutama ialah Apollo, yang disembah sebagai dewa matahari dengan nama Tirannus, tetapi ia hanyalah satu dari banyak dewa lainnya. Jadi demikianlah suasana kebudayaan, industri, dan agama di tempat Lidia berasal.
Meskipun demikian, pada suatu ketika Lidia meninggalkan Asia Kecil dan pindah ke Filipi, kota utama di Makedonia (sekarang wilayah Yunani utara), yang jauhnya memerlukan perjalanan dua hari melalui Sungai Aegea dan menyusuri hampir 240 km perjalanan ke arah pantai dari propinsi Lidia—tentunya bukan perjalanan mudah di abad pertama. Alasannya untuk pindah ke Filipi mungkin beragam, tetapi salah satu faktor pemicunya mungkin karena orang-orang di Filipi mempunyai pandangan yang lebih luas tentang hak-hak wanita daripada kebudayaan di Asia Kecil. Alhasil, Lidia mempunyai lebih banyak kebebasan di Filipi daripada di Tiatira, dan luasnya kebebasan inilah yang membuatnya berhasil menjadi pebisnis wanita yang sukses. (Paragraf ini disunting dari buku Sorotan Iman)
Ada suatu pertanyaan dalam kehidupan Lidia ini, bagaimana seorang yang bukan orang Yahudi bisa tertarik dan mengikuti ajaran agama Yahudi. Padahal ia dibesar di dua kota kafir saat itu, baik Tiatira maupun Filipi, kedua-duanya kota modern pada saat itu. Kota Sekuler!
Karena hal ini tidak diungkapkan dalam Alkitab, kita hanya bisa menebaknya dalam sudut pandang manusia yang terbatas ini. Saya pikir mungkin Lidia juga seperti manusia pada umumnya mencari sesuatu yang bisa membawa kebahagiaan, kehidupan yang tenang, dan terbebas dari masalah. Kepercayaan orang-orang sekitarnya terhadap dewa-dewa, tidak membawa Lidia kepada sukacita yang ia cari. Oleh karena itu ia mulai berpindah dengan mengikuti kehidupan orang Yahudi, yang pada hari Sabat berkumpul bersama dan mempelajari Firman Allah. Di sinilah Lidia berlabuh, hatinya mulai terpaut kepada Allah yang Benar, Allah yang patut disembah.
Sampai Akhirnya ia bertemu Paulus dalam sebuah kesempatan. Tuhan membukakan hatinya, sehingga ia menerima dan percaya kepada Kristus sesuai yang diberitakan oleh Paulus.
Proses pencariannya memperoleh hasil, hasil ini diberikan oleh Allah. Allah bekerja dengan ajaib dan tidak terduga. Segala sesuatu Allah lah yang menentukan. Demikian juga pertemuan dengan Paulus, bukanlah suatu kebetulan, semua sudah diatur oleh Allah. Rasul Paulus dihentikan oleh Roh Kudus dari pergi ke Asia yang menjadi salah satu dari provinsi Roma (Kis. 16:6). Ia bermaksud pergi ke Bitinia namun, lagi, Roh Allah menghentikan dia (Kis. 16:7). Kemudian Allah mengirim suatu penglihatan kepada Paulus pada suatu malam, memanggil dia untuk menyeberang ke Makedonia, di Yunani (Kis. 16:9). "Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana" (Kis. 16:10).
Kita dapat melihat bagaimana pekerjaan Allah melalui bacaan ini, ajaib dan mengagumkan.
Melihat itu semua, ada satu pelajaran yang menarik. Bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah. Di dalam penghidupan jika kita diberi kesempatan untuk memberitakan injil dan seseorang menjadi percaya, itu bukan perbuatan atau kehebatan kita, melainkan semuanya adalah pekerjaan Allah. Jadi kita tidak boleh sombong dalam hal ini, seolah-olah kitalah yang hebat sehingga orang tersebut bertobat!
Demikian juga kebalikannya, ketika kita memberitakan Injil, dan tidak satu orangpun yang mau bertobat, kitapun tidak perlu berkecil hati, apalagi putus asa. Karena hal ini pun pekerjaan Allah, karena tidak ada orang yang dibukakan hatinya oleh Dia! Roma 8:28, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Dan ketika kita ada dalam posisi Lidia, yang menerima pelajaran dari Paulus. Apa yang kita peroleh dari pembelajaran ini? Kehidupan Lidia saat itu sebenar tidak berbeda dengan kehidupan sekarang. Berhala yang ada pada saat itu adalah dewa-dewa yang disembah manusia saat itu, sedangkan
Berhala saat ini tersamar tapi tetap disembah dalam hati, didambakan dalam hati, seperti kekayaan, jabatan, penghargaan diri dlsbnya. Nah untuk hal-hal itu, apakah kita tetap sibuk dengan hal-hal pencapaian dunia, dan hal-hal duniawi lainnya? Apakah ketika kita duduk dalam Gereja benar-benar hati kita siap dibukakan oleh Allah? Atau hanya duduk diam dan sedikitpun tidak mau mengerti apa yang di Khotbahkan atau yang di ajarkan? Karena hati kita tertutup untuk Firman Allah? Kita bergereja hanya sekedar ke Gereja, tanpa mengerti kenapa kita ke Gereja, dan untuk apa ke Gereja?
Disinilah kita harus hati-hati, kita harus belajar dari Lidia. Jangan sampai terlambat! Ada sebuah konsekuensi yang harus kita bayar ketika kita mengaku sebagai orang Kristen! Yaitu bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak mengenalNya. Kalau kita mengenalNya tentu kita akan mengikuti firmanNya. Bagaimana kita mengikuti firmanNya, sedangkan kita tidak pernah membaca firmanNya!
Yohanes 8:55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.
Respon Manusia
Ayat 15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya
Lidia mengaku percaya, kemudian ia meminta ketegasan kepada Rasul Paulus tentang kebenarannya bahwa ia telah percaya. Ia pun berubah seketika, hati yang penuh sukacita itu ia bagikan kepada sesamanya.
Rasa syukur kepada Kristus mendorong Lidia untuk melakukan sesuatu bagi nama- Nya. Ia membujuk Paulus dan para pengikutnya untuk tinggal di rumahnya dan mengizinkannya untuk melayani dan menolong mereka. Dengan melakukan hal ini, ia menunjukkan sesuatu yang sering kali dianjurkan Alkitab kepada kita: kemurahan hati untuk menerima orang di rumah kita.
• Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat (Ibr. 13:1-2).
• Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Ef. 4:32).
• Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Rm. 12:13).
• Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat. 25:40).
Inilah yang diperbuat oleh Lidia.
Bagaimana dengan diri kita yang telah mengaku percaya kepada Kristus? Perubahan apa yang telah kita lakukan?
Ketika melihat perubahan yang terjadi pada Lidia, ada satu pelajaran yang menarik yang dapat kita ambil yaitu jika asumsi saya benar bahwa Lidia berpindah agama karena mencari sesuatu yang ia dambakan atau inginkan, ini berarti yang menjadi subjek adalah dirinya sendiri. Demikian juga tentang adanya begitu banyak agama di dunia seperti yang disebut di atas, ini juga besar kemungkinan hanya sekedar mencari Allah untuk memenuhi kebutuhan diri manusia. Manusianya yang menjadi Subjek sedangkan Allah hanyalah objek. Kita semua menjalankan agama kita hanya sebatas Mythical Literal faith (menurut James Fowler), artinya secara bebas bisa diartikan bahwa kita beriman kepada Allah karena takut dikutuk, takut tidak dapat rejeki, takut masuk neraka, takut usaha kita mandek, atau kita beriman kepada Allah karena ingin disembuhkan dari penyakit berat, ingin tambah sukses. Jadi kalau disimpulkan semuanya berpusat pada diri kita sendiri, dan Allah tanpa sadar adalah pesuruh kita.
Inilah yang tidak boleh terjadi! Lidia berubah seketika, dirinya bukan menjadi subjeknya, ketika ia mendengar tentang Yesus yang diajarkan Paulus, ia merasa ada yang lebih berharga daripada kekayaannya yaitu Kasih Anugerah Allah. Ia pasti mengerti arti pengorbanan Kristus di Kayu Salib.
Inilah yang harusnya kita lakukan seperti Lidia.
Ingatkah ketika kita pertama kali menyatakan percaya kepada Kristus, apa yang kita rasakan? Apakah ada perasaan yang luar biasa yang masuk kedalam hati kita, sehingga kita mau dibaptis?
Mengapa hal yang baik itu kita lupakan dengan berjalannya waktu! Kita kembali hidup tidak beda dengan sebelum menerima Kristus? Ini disebabkan hati kita tertutup untuk Roh Kudus yang mengubahkan.
Haruslah kita waspada, sungguh jangan dianggap sepele! Karena itu berarti kita tidak memahami kebenaran yang paling sederhana tentang Injil. Ada sesuatu yang gelap dan Setan yang membutakan mata kita. Paulus sendiri mengatakan bahwa ini benar, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah" (II Korintus 4:3-4).
Sungguh mengerikan dan menyedihkan. Segeralah bersujud di kaki Yesus, mohon pertolongan kepada Nya agar diberikan Roh Kudus untuk melepaskan belenggu dosa dalam kehidupan kita.
Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus" (II Korintus 4:6).
Kesetiaan
Ayat 40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.
Sebelum masuk kepada ayat 40, ada baiknya kita membaca juga ayat sebelumnya yaitu dari Kis 16: 16-39 yang menceritakan perjalanan Paulus selanjutnya, kemudian dipenjara dan dibebaskan oleh Allah dengan ajaib! Segera setelah bebas, Paulus dan Silas kembali kerumah Lidia. Rumah Lidia sekarang sudah merupakan tempat berkumpulnya orang-orang percaya baru.
Dari ayat 40 ini kita juga dapat belajar banyak, perubahan yang terjadi pada Lidia berlangsung terus dan makin meningkat. Iman Lidia tidak stagnan melainkan tumbuh. Bagaimana dengan diri kita masing-masing?
Mari kita periksa diri kita masing-masing, sudah berapa tahun kita dibaptis, dan mengaku percaya kepada Kristus? Lalu bagaimana dengan perjalanan iman kita? Berubahkah? Makin bertumbuh, atau dari dulu yang begitu-begitu saja?
Memeriksanya mudah sekali untuk membuktikan apakah iman kita bertumbuh atau tidak. Kala kesusahan, himpitan hidup atau beban/ pergumulan hidup yang terasa tidak habis-habisnya datang menerpa, bagaimana sikap kita kepada Kristus?
Kehidupan kita di Gereja apakah berubah atau mandek? Sehingga orang akan mengatakan, memang dari dulu sifatnya begitu! Sejak muda, saya kenal dia, dia orangnya mudah tersinggung, atau dari dulu memang dia egois, mau menang sendiri, pendapatnya jangan ditentang dlsbnya!
Hati-hati! Ini ciri-ciri iman yang mandek. Kalau iman kita mandek, apakah masih dapat dikatakan kita benar-benar percaya kepada Kristus?
Yakobus 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Kesimpulan:
Jadikanlah Allah menjadi Subjek dari segala aspek kehidupan, dan kita yang menjadi objeknya, jangan dibalik.
Yakobus 1 : (22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24)Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Bogor, 12 Agustus 2016
Luki F. Hardian