MIRYAM - Sang Saudara Perempuan (Kel 2:4-10 ; Bil 12 : 1-10)
Keluaran 2:4-10
2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. 2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani. " 2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" 2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. 2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
Pemberontakan Miryam dan Harun
(1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. (3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (4) Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. (5) Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. (6) Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (7) Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. (8) Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!
Permulaan Pelayanan ( Kel 2:4-6)
Berdasarkan tema yang telah ditentukan oleh Gereja Kristus Bogor, untuk pertemuan wilayah bulan Juli 2016 yaitu Miryam- Sang Saudara Perempuan. Maka renungan kali ini tidak membicarakan tentang Musa, melainkan tentang Miryam- sang saudara perempuan dari Musa. Akan tetapi jika membahas hanya dari Keluaran 2:4-10 saja rasanya kurang lengkap untuk menggambarkan bagaimana hubungan antara Miryam dengan Musa untuk waktu yang panjang, mungkin hubungan itu terjalin lebih dari 90 tahun. Untuk itu ada baiknya juga nanti kita buka bagian dari Alkitab di Bilangan 12, dan beberapa ayat tambahannya.
Saya dilahirkan sebagai anak laki-laki pertama dengan dua orang adik perempuan. Mengingat masa kecil dulu, ada satu hal yang paling tidak disukai adalah melaksanakan perintah dari orang tua saya untuk menjaga adik saya. Suatu pekerjaan yang mengganggu, tetapi pekerjaan itu harus juga dikerjakan karena takut kepada ayah saya. Mungkin kalau ditanya kepada adik saya, pasti ia akan bercerita bahwa kakaknya penuh dengan keluhan dan omelan ketika sedang menemani dia, baik di sekolah atau di rumah. Jadi dapat diartikan saya bukanlah seorang kakak yang baik.
Beberapa bulan yang lalu, waktu perjalanan pulang dari Singapura, saya kebetulan satu pesawat dengan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, anak perempuannya dan anak lelakinya yang masih kecil-kecil, yang lelaki mungkin berumur kurang lebih 3 tahun. Saya memperhatikannya karena merasa terganggu oleh tingkah anaknya yang laki-laki itu, sangat aktif, rewel dan mengganggu. Tetapi kejengkelan itu saya tahan ketika melihat ayahnya tidak berbuat apa-apa, ia hanya duduk diam dan bergeming. Yang sibuk adalah anaknya yang perempuan menjaga adiknya, merayu adiknya, agar mau makan, agar mau duduk diam dlsbnya. Terlihat begitu sabar sang kakak menjaga adiknya, padahal mungkin sang kakak tidak lebih berumur 9 tahun.
Ketika menunggu bagasi di terminal kedatangan, saya melihat anak laki-laki itu naik ke ban berjalan dan berlari-lari, sehingga membuat repot sang kakak. Saya mencoba membantunya untuk memegang sang adik, yang kemudian sang kakak menggendong adiknya itu. Sambil menunggu bagasi saya mulai bertanya kepadanya, dan benar dugaan saya bahwa ketika ia baru saja duduk di kelas 4SD, dan dia anak yang pertama. Sang ayah sama sekali tidak peduli keadaan sekelilingnya, seperti orang yang sedang dilanda masalah berat. Dengan tidak hadirnya sang ibu, tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan dalam hati saya, dan hal inilah yang membuat saya iba melihat sang anak perempuan tersebut, seolah-olah menggantikan peran ibunya.Bagaimana ia sibuk mengendong adik, sambil menarik-narik kopernya. Saya membantu mengambilkan barang-barangnya, tanpa berani bertanya-tanya.
Melihat bagaimana kakak perempuan menjaga adiknya tanpa mengeluh dan marah-marah, saya dapat mengerti juga akan hal bagaimana Miryam demikian setia menjaga adiknya. Ia pasti mengasihinya. Ia setia menjaga adiknya, tanpa berpikir macam-macam, yang ia pikirkan hanya menjaga adiknya agar selamat! Ia tidak tahu bahwa adik yang dijaganya itu kelak menjadi Musa. Seorang tokoh besar dalam sejarah manusia, terutama bagi kita yang mengaku pengikut Kristus.
Pada kejadian tersebut tidak seorangpun tahu termasuk ibunya bahwa bayi yang diapungkan dalam keranjang di tepi sungai Nil itu akan menjadi tokoh besar yang berkenan di hadapan Allah.
Melihat apa yang dikerjakan oleh Miryam, ini suatu perjuangan yang cukup berat bagi seorang remaja perempuan untuk mengawasi adiknya itu dalam situasi gawat dan darurat. Karena jika sampai tertangkap oleh para mandor orang Mesir, akibatnya sangat berat, ada kemungkinan baik dirinya maupun adiknya akan dibunuh sesuai dengan peraturan yang berlaku saat itu.
Keluaran 1:16 "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.
Keluaran 1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."
Tidak dijelaskan sudah berapa lama bayi itu di apungkan di sungai Nil, karena Alkitab tidak menjelaskan lebih jauh. Hal tersebut tidak perlu kita perdebatkan, yang jelas Alkitab pada bacaan ini ingin menceritakan kepada pembacanya sebuah kisah sejarah yang sangat penting bagi umat Israel serta umat manusia umumnya (umat yang percaya kepada Kristus). Kisah sejarah ini mengungkapkan pekerjaan Allah yang tak terduga untuk umat pilihannya. Pada ayat 5 terlihat bagaimana cara kerja Allah yang ajaib, diceritakan bagaimana seorang puteri Firaun melihat keranjang yang terapung ditepian sungai Nil, di ayat 6 menjelaskan bagaimana puteri Firaun juga seorang yang berwawasan, sehingga ia tahu itu pasti bayi bangsa Ibrani.
Ini suatu kebetulan yang membawa keberuntungan bagi kebanyakan orang-orang duniawi, sedangkan bagi orang-orang percaya, kita percaya ini bukan kebetulan melainkan ini adalah pekerjaan dan rencana Allah.
Sebelum kita membahas ayat-ayat selanjutnya, ada baiknya juga kita memeriksa, apa yang dapat kita petik dari 3 ayat pertama ini. Bagaimana hubungan kita dengan saudara kandung kita? Apakah kita saling menjaga satu dengan yang lainnya? Seperti yang dilakukan Miryam.
Ketika kita menjaga, memelihara hubungan yang baik dengan saudara kita itu dilakukan dengan tulus atau ada motivasi tertentu, misalnya karena saudara kita itu mempunyai harta yang banyak, pengaruh yang besar, atau mempunyai kepandaian tertentu, sehingga ada kemungkinan ia pun akan menolong kita dikemudian hari?
Atau bahkan kita sudah sekian tahun tidak bertegur sapa satu dengan yang lainnya? Mungkin saat ini kita sedang bertarung dipengadilan memperebutkan harta warisan? Mungkin saat ini kita sedang sakit hati kepada saudara kita, yang tidak mau menolong kita kala kita kesusahan!
Alkitab mengajarkan kepada kita, (1 Yohanes 4:20-21) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Kasih kepada saudara ada kasih tanpa syarat. Inilah bentuk dasar dari pelayanan, seperti yang Miryam kerjakan merupakan masa permulaan pelayanannya.
Masa pelayanan (Kel 2: 7-10)
Kala kita mempelajari tentang kisah Miryam dan Musa, kita mengerti bahwa peran utama dari kejadian ini tidak bisa lepas dari Yokhebed sang ibu dari keduanya. Mengenai Yokhebed tidak diceritakan secara detail dalam Alkitab, tetapi dari bacaan yang singkat mengenai dia maka kita percaya bahwa ia adalah ibu yang luar biasa ( khusus mengenai Yokhebed pernah dibahas pada pertemuan wilayah bulan Feb 2016). Jadi sumber kasih Miryam kepada adiknya, sumber keberanian dan kepandaiannya adalah hasil didikan sang ibu.
Miryam terbukti bukan hanya anak yang patuh kepada orang tuanya, melainkan iapun pintar serta berani.
Ketika Miryam melihat pandangan belas kasih di wajah perempuan Mesir itu, ia tidak ragu-ragu. Ia melangkah keluar dari tempat persembunyiannya dan dengan berani berbicara kepada putri Mesir itu. Seorang gadis budak yang memberikan usulan kepada seorang anggota keluarga kerajaan merupakan tindakan berani dan mempertaruhkan nyawa. Meskipun demikian, keberaniannya mendorong Miryam memberikan usulan yang kemudian diterima oleh putri Firaun. "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan putri?" (Kel. 2:7). Bagaimana hasilnya? Tampaklah di sini bagaimana Allah bekerja. Putri Firaun menyetujuinya langsung (Kel 2:8), dan bukan hanya itu Putri Firaun juga meminta Yokhebed untuk menyusui dan merawat hingga anak atau bayi itu cukup besar (Kel 2:9).
Masa menyusui dan merawat ini tentunya bukan waktu yang singkat, pasti kegiatan ini dilakukan bertahun-tahun, tidak tahu persisnya. Hanya pada ayat 10 dikatakan ' Ketika anak itu telah besar... '
Puteri Firaun tetap tidak bisa melupakan bayi tersebut, dan kelihatan ia juga sangat mengasihi sang bayi yang telah besar ini, dengan mengangkat sebagai anaknya, dan kemudian Puteri Firaun memberi nama Musa yang artinya 'Karena aku telah menariknya dari air'.
Miryam melakukan awal pekerjaan dengan baik dan tulus disertai Kasih. Ini merupakan dasar permulaan dalam pelayanan. Ketika Kasih menguasai hidupnya maka pikirannya pun terbuka untuk hal-hal yang baik, sehingga terjadilah seperti bacaan di atas.
Melalui ayat - ayat inilah kita juga diingatkan kembali, ketika kita hidup dengan penuh Kasih terhadap sanak keluarga kita, maka kita dapat masuk kedalam pelayanan yang sesungguhnya.
Ada dua institusi yang secara khusus diciptakan oleh Allah, pertama adalah Keluarga (melalui pernikahan) dan yang kedua adalah Gereja.
Kita harus sadar bahwa "Keluarga" adalah dibentuk oleh Tuhan dengan mengikut citra Allah, dan ini merupakan inisiatif Allah.
Kejadian 2:7,18
2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Jadi apapun jabatan kita dalam keluarga, baik sebagai Suami, Istri atau anak, kita harus membentuk keluarga sesuai dengan keluarga berdasarkan Citra Allah. Keluarga yang bertanggung jawab di hadapan Allah. Sehingga otomatis kita akan saling melayani satu dengan yang lainnya dalam satu keluarga inti.
Jika keluarga ini bergabung dengan keluarga-keluarga lain yang juga saling percaya kepada Allah, maka kumpulan inilah yang dinamakan Gereja yang dalam bahasa Yunani disebut ekklesia berarti persekutuan segala orang percaya dari segala tempat dan segala abad yang adalah merupakan tubuh Kristus (Kol. 1:18); sering disebut juga "the invisible church / gereja yang tidak kelihatan secara fisik" (Matius 16:18); jemaat yang berkumpul di suatu kota (KPR. 5:11); jemaat yang berkumpul disebuah rumah (Roma 16:5). Jadi Gereja bukan mengacu kepada gedung melainkan lebih mengacu kepada berkumpulnya orang-orang percaya! Akar kata "Gereja" tidak berhubungan dengan gedung, tetapi dengan orang.
Kembali kepada bacaan hari ini, kita dapat belajar bagaimana sebuah keluarga yang percaya kepada Allah, hidup dalam tekanan, penyiksaan dan perbudakan, yaitu keluarga Amran, tetap bersatu teguh menghadapi masalah yang mereka hadapi!
Bagaimana dengan keluarga kita? Apa yang terjadi ketika ada hal-hal yang tidak menyukakan hati kita dalam kehidupan berkeluarga? Apa yang kita kerjakan ketika terjadi hal-hal yang menekan kehidupan kita?
Ketika persoalan menguasai kehidupan kita maka sukacita kita hilang! Dapat dibayangkan bagaimana orang-orang yang kehilangan sukacita itu berkumpul bersama dan dengan bibirnya mengaku sebagai orang percaya, perkumpulan macam apa yang terbentuk?
Akhir pelayanan.(Bil : 12:1-10)
Ada sebuah buku berjudul "Finishing Well" karya dari Rev. DR. David W. F. Wong, yang meneliti 13 tokoh alkitabiah berdasarkan observasi positif dan negatif dari setiap peristiwa di dalam kehidupan mereka. Tema-tema terkait mencakup konsep menyelesaikan pelayanan dengan baik.
Tidaklah berat untuk memulai sesuatu. Yang berat adalah bagaimana menyelesaikannya dengan baik. Menurut data yang dimilikinya, kurang dari 30% pemimpin yang menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Bagaimana dengan tokoh kita kali ini yaitu Miryam - Sang Saudara Perempuan? Ia memulainya dengan sangat baik. Ia pun setia menemani Musa untuk jangka waktu yang lama sekali bagi ukuran manusia.
Musa ketika dipanggil Allah untuk tugas membebaskan bangsa Israel dari Mesir telah berumur 80 tahun. Musa berhasil membawa bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau, keluaran 14 : 28-31 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.
Musa sangat berterima kasih kepada Allah melihat kejadian dahsyat tersebut, ia menyaksikan betapa Tinggi dan Luhur Allah yang ia sembah, sampai - sampai ia bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian pujian bagi Allah (Kel 15:1-18). Pada ayat 20-21 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut."
Alkitab menyebut Miryam sebagai Nabiah, suatu penghargaan yang tinggi, dan ini dapat kita bayangkan bagaimana hubungan keduanya. Sang kakak menyaksikan bagaimana bayi yang ia lindungi sekarang menjadi Nabi yang dipilih Allah untuk membebaskan bangsanya. Miryam setia, kasih terhadap Musa untuk waktu yang lebih dari 90 tahun.
Hanya akhir kehidupannya sungguh menyedihkan jika kita lihat pada Bil 12:1-10. Miryam di usianya yang telah lanjut merasa iri / tidak suka melihat Musa, dan karena Musa mengambil istri lagi dari wanita Kush, Bil 12:1-2 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.
Diakhir kisah pada Bil 12 kita tahu bahwa Allah murka (Bil 12:9-10) dan akibatnya Miryam kena penyakit kusta selama 7 hari ia dikucilkan. Kemudian kisah Miryam tidak diceritakan kembali hanya ada pada waktu ia meninggal. (Bil 20:1)
Saya mengutip dari buku Sorotan Iman mengenai Miryam ; 'Hidup Miryam mirip selimut yang terbuat dari sambungan-sambungan kain perca yang dijahit serampangan. Jarang kita melihat di dalam diri seorang "tokoh kecil" begitu banyaknya aplikasi yang berbeda tentang contoh yang baik dan yang buruk. Miryam menunjukkan keberanian dan belas kasih di dalam melindungi adik bayinya, Musa, dan kesetiaan serta kekuatan di dalam mendukung kepemimpinan Musa di kemudian hari. Ia menunjukkan hati yang menyembah dan kecakapan memimpin ketika menyanyikan pujian kepada Allah di Laut Merah. Namun, sebaliknya, ia menunjukkan sikap mementingkan diri sendiri dan kecemburuan yang besar terhadap kepemimpinan Musa. Alangkah tragisnya kehidupan Miryam, yang diawali dengan begitu baik, tetapi berakhir sebagai seorang penderita kusta."
Bagaimana dengan kita, yang juga merupakan tokoh lebih kecil lagi, mungkin sangat kecil jika dibandingkan dengan Miryam, dalam lingkungan kita? Akankah atau haruskah kita mengakhiri pelayanan kita dengan buruk?
Kita semua menyukai akhir yang bagus (happy ending) dari suatu kisah. Kisah hidup kita belum berakhir. Kita tidak akan pernah tahu kejutan yang disiapkan Allah bagi kita. Kisah kita belum berakhir, sebelum Allah mengakhirinya – dan akhir kisah-Nya selalu sempurna.
Kita mungkin atau mungkin tidak memulai kehidupan Kristen kita dengan baik. Kemungkinan di saat ini, kita sedang atau tidak sedang menjalani dengan baik perjalanan kita bersama Tuhan. Namun, hal yang terpenting adalah: Bagaimana kita akan menyelesaikan hidup kita? Bagaimana kita nantinya menutup babak kehidupan kita?
Miryam jatuh karena iri hati. Iri hati menurut Rev. Billy Graham adalah salah satu dari tujuh dosa yang mematikan!
Inilah yang perlu kita waspadai, kita harus menaruh perhatian khusus mengenai masalah Hati ini!
Alkitab mencatat banyak masalah iri hati, contohnya Kejadian 4:5-7. Kisah tentang Kain dan Habel yang sangat kita kenal.
Allah telah mengingatkan Kain:...Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.
Ternyata Kain tidak berkuasa atasnya, oleh karena itu ia membunuh adiknya Habel! Masih banyak kisah-kisah tentang iri hati dalam Alkitab. Dan Amsal 14:30 mengatakan :"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."
Kita sudah tahu tentang hal itu tetapi tetap saja kita iri hati! Kita iri hati dalam segala hal, akibatnya dalam keluarga terjadi perpecahan karena iri hati. Hati yang mempunyai penyakit ini dibawa kembali bersekutu dengan sesama orang - orang yang percaya tetapi mereka juga membawa penyakit hati ini. Sehingga dalam perkumpulan orang - orang percaya timbul perpecahan karena penyakit kronis ini telah menggerogoti Tubuh Kristus! Dosa yang mendukakan Roh Kudus, dan tidak diampuni!
Apa yang harus kita perbuat? Apakah dengan disiplin yang kuat setiap harinya agar tidak ada iri hati?
Kalau kita berusaha mendisplinkan akan hal ini maka ini adalah perbuatan agamawi, ini yang diajarkan oleh banyak agama di dunia, dan ini sesuatu hal yang tidak mungkin berhasil. Kemarin kita iri hati melihat teman mendapatkan promosi, lalu kita mendisplinkan diri kita untuk tidak iri hati. Dikemudian hari kita melihat teman sepelayanan di Gereja telah di angkat menjadi Penatua, kita iri hati karena kita melihat ia tidak layak, sebab kita tahu apa yang diperbuat di luar gereja. Hari ini kita iri hati akan satu hal, besok kita iri hati akan hal lainnya. Lalu kembali kita mendisplinkan diri untuk hal- hal ini, demikian seterusnya tidak ada habis-habisnya.
Lalu bagaimana? Hanya ada satu jalan yang pasti berhasil yaitu kembali kepada Kristus, mohon dengan sungguh kehadapan-Nya, karena hanya melalui Dia yang memberikan Roh Kudus yang dapat mengubah kehidupan kita secara total. Iri hati bukannya ditekan di dalam pikiran melainkan diubah olehNya, sehingga hidup kita diperbaharui! Lihat nanti bagaimana Roh Kudus bekerja!
Setelah diperbaharui dengan Roh Kudus maka kita akan benar-benar meresapi dan mengerti tentang Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20:1-16)
Kesimpulan apa yang Alkitab ingin ajarkan:
Melihat sejarah Miryam, kita dapat belajar, jangan sesuatu pelayanan yang kita mulai dengan baik, berakhir dengan buruk hanya karena iri hati menguasai hidup kita!
Mintalah kepada Allah agar Roh Kudus mengubah hidup kita bebas dari Iri Hati! Karena Kristus berjanji pada Matius 7:7 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Klimaknya kita akan mengerti dengan sepenuhnya apa yang Allah katakan: "Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." (Roma 9:15)
Marilah kita bersama-sama dengan bantuan Roh Kudus membina Keluarga yang berkenan di hati Tuhan sehingga kita juga dapat membina Gereja yang juga Memuliakan Allah!
Bogor 8 Juli 2016.
Luki F. Hardian