Jumlah Pengunjung

20150303

Renungan "Hidup dalam Kasih Allah"

Gal 5:22-24 dan 1 Yohanes 4: 7-21

"Kasih"
Ajakan dan pengajaran!
Ayat 7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi , sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Ay 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Hasil gambar untuk hidup dalam kasih AllahInilah ajakan dan pengajaran Rasul Yohanes kepada jemaat mula-mula, dan ajakan serta ajaran ini ternyata masih berlaku hingga saat ini, setelah 2000 tahun sejak ditulisnya surat edaran yang dibuat oleh Rasul Yohanes.
Karena masih banyak manusia walau mereka mengaku sebagai orang-orang Kristen hidupnya jauh dari Kasih. Nampak dalam kehidupannya tidak memiliki Kasih!

Pelajaran bulan lalu adalah 'di dalam Yesus kita berbuah banyak', suatu pelajaran dimana kita harus hidup bersatu atau tinggal di dalam Pokok Anggur yang benar. Dan ketika hidup bersatu dengan Kristus maka kita akan berbuah banyak, seperti yang di tulis pada Gal 5:22-24:
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Buah Roh yang pertama ditulis adalah 'Kasih', dan mengenai betapa pentingnya 'Kasih' dapat pula kita baca pada 1 Kor 13 bagaimana Rasul Paulus mengajari kita tentang Kasih.

Mengapa sudah demikian banyaknya kata Kasih dalam penghidupan kekristenan, namun kita masih sulit menerapkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah seorang teman saya dalam kelompok 'Berea' mengatakan bahwa orang Budha lebih berhasil menerapkan kasih daripada orang Kristen. Sungguh menyedihkan bukan?

Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita persamakan dulu persepsi kita tentang Kasih ini. Apa yang dimaksud Kasih oleh Rasul Yohanes atau tentang Kasih yang diajarkan pada PB?
Jika melihat kepada bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani kata Kasih yang terdapat di bacaan hari ini ditulis AGAPE, yaitu kasih Allah, kasih tanpa pamrih.

Seperti apa sih kasih Agape ini ? Secara sederhana dapat dikatakan kasih Agape adalah tanpa pamrih, cinta tanpa pamrih.
Kalau kita bertanya kepada pasangan yang sedang berpacaran, mengapa engkau mencintai dia? atau kalau kita bertanya mengapa ia bisa bersahabat dengan dia. Maka jawabannya bisa macam-macam, misalnya dia mengerti akan kesukaan saya, saya menyukainya karena ia pandai, cantik dan ramah. Ia adalah seorang teman yang selalu memberi perhatian kepada saya. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya.
Ini bukan kasih Agape! Karena ada pamrih di dalam nya. Seperti; saya tidak mencintainya lagi karena sekarang dia sudah tidak mengerti akan kesukaan saya, ternyata setelah dijalankan ia tidak sepandai yang saya duga, dlsbnya. itulah sebabnya banyaknya perceraian, karena sudah tidak ada kasih antar keduanya! Atau dalam pergaulan dengan sahabat, saya sekarang tidak menyukainya lagi karena sudah tidak memberikan perhatian kepada saya.

Adakah Kasih yang abadi? Ada, yaitu Kasih Allah yang disebut Agape, kasih yang tanpa pamrih. Mengapa Allah mengasihi saya? Karena tidak ada pamrih di dalamnya! Allah mengasihi kita apa adanya, walaupun tahu bahwa kita sering mengecewakan dia. Ia hanya minta hidup dekat denganNya, dan ketika kita menolakNya, Ia tidak membuang kita tetapi tetap menantiNya.

Oleh karena itu kalau kita sudah hidup menempel pada pokok anggur yang benar yaitu Kristus maka sudah seharusnya kita mengerti tentang Kasih, dan mau menerapkannya seperti di ayat-ayat yang kita baca ini.
Kasih ini memang paling sulit dikerjakan, sulit diterapkan, mudah diucapkan. Contohnya :"Adakah orang, pasangan, saudara atau teman yang hingga kini saya masih belum bisa mengasihinya?"

Allah adalah Kasih
Buktinya:
Ay 9-16
4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

Sangat jelas yang dikatakan ayat 9-10, kalau Allah tidak mengasihi manusia tidak mungkin Ia mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, demikian juga yang difirmankan pada Yoh 3:16. Suatu bukti yang kuat, bukan?
Siapakah kita manusia sehingga Allah demikian mengasihi kita? Sebenarnya kita adalah manusia yang tidak layak dihadapan Allah, kita sebenarnya layak dimusnahkan di api neraka, karena demikian berdosanya kita ini. Ini pula yang merupakan jeritan pemazmur di Mazmur 8 : 5-6.

4:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 4:12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 4:13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. 4:14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. 4:15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Setelah membaca ayat-ayat di atas ini, maka kita mengerti bahwa sifat Allah yang utama adalah Kasih. Inilah keunikan hubungan orang Kristen dengan Allah yang tidak dipunyai oleh agama lainnya. Bagi orang Kristen Allah yang lebih dahulu mengasihi kita, bukan kebalikannya!
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering terpengaruh oleh budaya yang telah berumur ribuan tahun yaitu penimbangan dosa, perhitungan pahala dan jumlah kebaikan yang telah kita kerjakan (pengaruh Zoroaster)
Contoh; Saya memberikan perpuluhan, karena saya ingin Allah memberkati saya lebih besar, atau karena saya takut rejeki saya diambil Allah. Saya telah banyak memberikan derma, bantuan agar kasih saya diperhitungkan Allah hingga bisa mengurangi dosa saya.
Perhatikan cerita dibawah ini:
Ada seorang pria yang sering menipu kesana kemari, sehingga namanya buruk. Sampai suatu saat ia sudah tidak dapat menipu lagi dikota asalnya, karena namanya sudah cemar. Maka merantaulah ia ketempat yang jauh. Ditempat yang baru ini ia telah ditobatkan dan hidup baru dan bahkan sekolah teologia dan menjadi seorang pendeta! Ia banyak berbuat baik, mau pelayanan ketempat kumuh sekalipun, mau mengurus yatim piatu dan banyak anak asuhnya. Bisakah Ia menghapus dosa lamanya yaitu menipu? Dan ketika salah seorang yang pernah ditipunya datang kepada dia, dan ia mengatakan hutangku sudah lunas karena saya telah mengurus banyak anak asuh. Coba kita pikirkan baik-baik, adilkah sistem ini?

Setelah kita mengerti dengan benar bahwa Allah itu Kasih, maka jika kita perlu mengambil saat teduh dan memikirkan apakah saya sudah merasakan Kasih Allah itu? (jangan terburu-buru, biarkan diri kita tenang)
Apa contohnya? Jangan ambil ayat dari Alkitab, tapi apa yg Alkitab katakan, saya sudah rasakan.

Hidup dalam Kasih Allah
Praktekkan!
ay 17-21
4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Apa yg dimaksud dengan takut disini (ay 18)? Apakah takut dalam menghadapi tekanan hidup? Atau takut menghadapi hari penghakiman? Jika kita perhatikan ayat 17 maka yang dimaksud dengan takut itu adalah tidak berani menghadapi hari Penghakiman. Ini suatu hari yang harus kita hadapi sebagai orang yang percaya kepada Kristus, karena Ia harus hadir untuk ke 2 kalinya, yaitu saat penghakiman nanti! Kita tidak boleh abaikan hal ini, karena pasti terjadi. (Mat 11:22-24; Yoh 5:22)

Jadi bagaimana kita pasti dan yakin berani berhadapan dengan Allah nanti! Kita berani karena kita telah hidup dalam Kasih Allah, dan kita telah merasakannya hidup dalam Kasih Allah.
Salah satu bukti saya hidup dalam Kasih Allah, saya sudah tidak membenci saudara saya, walau ia sering menyakiti saya.

Kesimpulan:
Hidup dalam kasih Allah hanya dapat dibuktikan ketika sudah tidak ada lagi kebencian, dendam terhadap orang yang menyakiti saya, walau seberapa dalamnya pun luka hati saya!

Salam sejahtera dalam Kristus,
Bogor, 01 Maret 2015
Luki F.Hardian