Jumlah Pengunjung

20160406

Yokhebed, Ibu yang luar biasa

Kelompok Berea Gereja Kristus Bogor.
Yokhebed, ibu yg luarbiasa.
Kel 2:1-10

Musa lahir dan diselamatkan
(1) Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; (2) lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (3) Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; (4) kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. (5) Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. (6)Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." (7) Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" (8) Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. (9) Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. (10) Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." 

Ay 1-2 proses kelahiran.

Di dalam setiap kehidupan manusia ada banyak peristiwa yang harus dialami oleh setiap insan baik secara perorangan maupun secara keluarga. Ada peristiwa yang menggembirakan ada juga peristiwa yang menyedihkan. Ada juga peristiwa yang seharusnya menyenangkan malah membawa penderitaan, demikian juga kebalikannya ada peristiwa yang seharusnya menyedihkan malah menjadi peristiwa yang melegakan.
Contohnya; ketika ada keluarga dekat kita yang mengalami sakit yang parah tetapi masih diberi nafas oleh Allah dalam penderitaannya, dan ini ia alami hingga tahunan. Ketika sampai pada saatnya ia berpulang, biasanya kita sebagai keluarga atau teman dekatnya merasakan kelegaan. Jadi yang biasanya peristiwa kematian adalah peristiwa yang membawa duka, kali ini malah membawa kelegaan.

Ada juga sebuah peristiwa yang membawa kegembiraan yang luar biasa yaitu peristiwa 'Kelahiran', ketika sebuah keluarga diberi oleh Allah seorang anak, seluruh keluarga mengalami sukacita. Tetapi karena dunia telah dikuasai dosa sejak lama banyak peristiwa kelahiran malah membawa bencana.
Misalnya kita mendengar berita- berita saat ini banyak sekali kejadian yang membuat hati kita miris, karena berapa banyak seorang Ibu membuang bayinya, baik yang belum dilahirkan maupun yang sudah dilahirkan. Ini sungguh-sungguh tragis dan menyedihkan. 

Kembali kepada firman Allah di ayat 1 dan 2 pada bacaan hari ini maka terlihat jelas bahwa peristiwa kelahiran Musa membawa kegembiraan hati keluarganya sekaligus membawa masalah bagi keluarganya. Karena kita tahu bahwa yang tertera pada Keluaran 1: 15 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: 16 "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."

Keluarga Musa tahu bahwa bayi mereka akan dibunuh! Kelahiran yang membawa masalah yang sangat besar. Inilah awal kehidupan Musa yang membuat orang tuanya terutama ibunya harus mencari akal untuk menyelamatkan anaknya.

Jika kita melihat riwayat selanjut dari Musa, maka kita dapat melihat bahwa Ibu nya seorang yang percaya kepada Allah, jadi sangat tidak mungkin ia selama masa kehamilan tidak berdoa kepada Allah. Memang kita tidak tahu apa yang ia doakan, saya hanya berandai-andai, mungkin ia berdoa minta agar bayinya perempuan saja, agar selamat. Tetapi hasilnya berbeda dari doa yang diminta. Inilah kenyataan yang harus kita pelajari, ketika jawaban dari doa kita berbeda dari yang kita pikirkan, bukan berarti Allah mengabaikannya.
Untuk orang yang layak di hadapan -Nya Allah selalu mendengar doa nya. Allah mempunyai suatu tujuan yang tidak pernah kita duga. Dari bacaan hari ini kita dapat belajar bagaimana Ibu Musa mencari akal agar anaknya selamat. Ini pulalah yang harus kita lakukan meminta hikmat Allah, agar kita dibukakan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. 
Satu hal yang harus kita amini adalah : "Allah tidak pernah merencanakan yang buruk bagi umat-Nya"
Sebagai tambahan untuk menguatkan iman kita , ingatlah riwayat Yusuf dalam PL, dan Yusuf mengatakan pada Kej 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, .....
Dikala keadaan, orang atau sekelompok orang yang merencanakan yang buruk untuk kita, kita ingat Allah, pasti memberikan jalan keluar. Roma 8: (28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Mari lihat jalan keluar yang Allah berikan kepada Ibu Musa dengan membaca ayat selanjutnya.
Ay 3-6 awal dari perjalanan hidup

Musa ketika berumur 3 bulan, sudah tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi di rumahnya, maka ibunya merancang sebuah rencana yang matang. Ayat 3 menjelaskan bahwa peti pandan yang dilapisi galah dan ter agar peti itu kedap terhadap air, tidak bocor. Ia tidak berencana menghanyutkan anaknya di sungai Nil, tetapi menaruhnya ditengah teberau. Kata Teberau diterjemahkan dari bahasa ibrani 'suph", yang secara literal berarti gelagah atau rumput tinggi yang hidup di tempat yang berair. Teberau adalah sejenis tanaman air yang termasuk kategori atau keluarga rumput-rumputan. Tingginya bervariasi antara 1,5-5 meter. 
Jadi dengan menaruhnya di tengah tanaman ini, ia percaya peti pandan itu tidak akan hanyut terbawa arus air. 
Pada ay 4 dijelaskan bahwa kakak wanitanya menjaganya dari kejauhan. Ada kemungkinan, sekali kali kakaknya dapat menarik kembali peti itu jika diperlukan.
Tidak dijelaskan dalam Alkitab apakah telah direncanakan terlebih dahulu oleh ibunya agar ditaruh dekat tempat mandi putri Firaun atau secara kebetulan putri Firaun mandi di sekitar sana.
Hanya melihat dari rencana yang matang yang telah dibuat ibunya ada kemungkinan besar , memang hal itu sudah direncanakan oleh Ibu Musa untuk meletakkannya di sekitar tempat mandi Putri Firaun. Ia yakin tidak dapat menyembunyikan dengan cara demikian selamanya, dan ia melihat bayinya adalah bayi yang cantik, sehingga setiap orang yang melihatnya akan jatuh iba dan menyayanginya. Sebuah rencana yang sempurna. 

Melalui peristiwa ini kita dapat belajar, dari sesuatu yang menekan kehidupan dapat menghasilkan sebuah rencana yang baik dan kemudian bagaimana rencana itu akan digenapi Allah. Kuncinya dapat kita baca pada Ibrani 11 : 23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
Seberapa besar Iman kita kepada Allah? Inilah kunci jawaban bagaimana terjadinya perubahan keadaan dari yang buruk menjadi yang baik.

Ay 7-10 Ibu penuntun kepada Allah.

Melihat judul yang ditelah ditentukan yaitu Yokhebed ibu yang luar biasa. Perlu kita ketahui siapakah Yokhebed itu? Karena dalam ayat yang kita baca tidak menyebutkan nama Yokhebed. Ini bisa kita lihat pada  Keluaran 6 :20. Ia adalah ibunya Musa.
Kita setuju mengatakan bahwa Yokhebed ibu yang luarbiasa, setelah membaca keterangan di atas. Bagaiamana keberaniannya menghadapi hukuman Raja, bagaimana kecerdikannya menyembunyikan Musa hingga bahkan tetap ia yang menyusui Musa walau sampai Musa diangkat anak oleh Putri Firaun (ayat 7-10).
Ketika membaca hal ini kelihatannya hal yang biasa - biasa saja karena kita tidak mengalaminya. Padahal kalau kita selami secara mendalam, kita lihat bagaimana perjuangan Yokhebed dalam rangka menyelamatkan putranya ini. Bagi ibu-ibu yang mengalami tekanan ketika memelihara bayinya dapat merasakan hal demikian.
Ada kejadian yang diceritakan oleh teman saya melalui WAnya sebagai berikut;
Seorg pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika bermain di sebuah kota melihat pedagang kuliner disana menyajikan proses penyembelihan trenggiling hidup sampai memanggangnya. 
Mereka tertarik dan ingin menyaksikan sendiri seluruh proses penyajian hidangan lezat itu.

Konon trenggiling setelah tertangkap krn ketakutan atau defensif, secara naluri & otomatis tubuhnya akan menggulung sendiri dgn sangat erat spt sebuah lingkaran atau bola. 

Umumnya proses penjualan trenggiling sbb: Setelah dipilih pembeli, penjual sekuat tenaga  akan menarik lurus trenggiling yg meringkuk itu, selanjutnya dada dan perut dibelah, organ dalam dikeluarkan kemudian dicuci bersih, dijepit dgn jepitan besi dan dipanggang di atas bara api sampai semua sisik tebal di tubuhnya rontok. 

Ada seorg penjual memilih  trenggiling berbadan gemuk dan dgn ketrampilannya siap menarik lurus trenggiling yg dipegangnya itu. Namun walau sdh sekuat tenaga ia masih tdk mampu menarik lurus trenggiling itu. 
Trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama
semut dan rayap.

Orang-2 yg menyaksikan merasa heran, penjual muda itu juga kehilangan muka, maka dibantinglah trenggiling malang itu ke lantai dgn keras, sambil menjelaskan trenggiling akan membuka diri jika kesakitan. 

Tidak disangka bantingan ber-kali2 itu malah membuat trenggiling meringkuk lebih erat.
Dari mata sipit trenggiling yg semula terlihat ketakutan telah tertutup dgn rapat, dan moncongnya yg runcing mengalir darah segar, akan tetapi tubuhnya tidak nampak menjadi lurus. Malah terkesan semakin melingkar dgn erat. 

Rombongan tidak tega menyaksikan kondisi trenggiling itu dan melambaikan tangan memberi isyarat agar tidak diteruskan lagi.

Penjual masih belum puas, diambillah jepitan besi lalu menjepit trenggiling kemudian diletakkan di atas api panggangan.
Sisiknya yg keras rontok dan bau terbakar menebar luas.
Tetapi posisi trenggiling tetap tidak berubah. 

Pemuda penjual tidak berdaya lagi. Dia menggelengkan kepala sambil berkata trenggiling ini pasti bermasalah.
Tidak layak dikonsumsi sambil membuangnya ke  lahan pasir yg terletak di belakangnya. 

Kemudian dipilihnya lagi dua ekor yg lain, kali ini proses
pengolahan berjalan lancar dan tidak sampai 5 menit selesai.

Selanjutnya teman itu berkata, ketika temannya sedang membayar, tanpa disengaja dilihatnya trenggiling naas tadi yg di buang di atas pasir per-lahan2 meluruskan tubuhnya, 
kelopak matanya terbuka sedikit, disusul beberapa kedutan lalu menjadi lurus kaku dan tidak bernyawa lagi. 

Seiring tubuhnya menjadi lurus, mereka dikejutkan oleh gerakan lembut dari perut yg terkapar. Muncul seekor trenggiling kecil yg tubuhnya transparan hanya sebesar tikus. 
Perlahan ia membuka mulut kecilnya,  seakan memanggil induknya yg sudah tak bernyawa.

Pemandangan tsb membuat semua orang terpana. 
Dalam sekejap, saya merasakan darah dalam tubuh bergelora, kepala dan rambut seakan membengkak, air mata bergulir dari  kelopak. 

Berat badan trenggiling itu tidak lebih dr 5 kg.
Dan tubuhnya telah mengalami bantingan dan pembakaran.
Tetapi sampai napas terakhirnya masih saja melindungi anaknya.

Tubuh yg telah terpanggang setengah matang, sisik pun rontok semua, namun masih tetap berhasil melindungi keutuhan jiwa dan raga anaknya.

Kekuatan semangatnya telah jauh melampaui batas kehidupan......"Cinta kasih" induk hewan begitu mengharukan! 

Bagaimana dengan manusia saat ini?
Sebagai orang Kristen sudah seharusnya kita lebih daripada seekor trenggiling!
Dalam kitab Yesaya 49:15 a Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? 

Seorang ibu Kristen atau orang tua Kristen, bukan hanya sekedar menyayangi anaknya tetapi juga ada suatu kewajiban untuk mengajarkan agar anaknya menjadi anak yang takut akan Tuhan, yang setia kepada Tuhan. 
Hal inilah yang tidak ditulis dalam bacaan hari ini, tetapi kita tahu bagaimana perjalanan hidup Musa selanjutnya, dimana ia merupakan sosok yang percaya kepada Allah dan takut kepada-Nya.
Siapa yang mengajarkannya? Sedangkan ia dibesarkan dilingkungan istana Firaun yang tidak percaya kepada Allah? Bagaimana ia mengerti bahwa ia seorang Ibrani?
Walau tidak ditulis, tetapi banyak orang atau teolog percaya bahwa hal ini pasti diajarkan oleh Ibunya ketika ia disapih oleh ibunya. Ibunya yaitu Yokhebed bukan hanya menyayangi tetapi juga mengajari untuk takut akan Allah, inilah yang membuat ia seorang Ibu yang luar biasa.
Dalam Ibrani 11 : 24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
Ibunya Yokhebed bisa bangga ketika mengetahui Iman Musa, ia telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai ibu yang berkenan di hadapan Allah.

Bagaimanakah kita ? Sudahkah kita menjadi orang tua yang mau merelakan waktu untuk mengajarkan anak-anak kita agar setia kepada Allah? Atau kita masih disibukkan mencari yang dunia cari, sehingga pengajaran anak kita serahkan kepada orang lain?
Belajarlah kepada Yokhebed!

Bogor, 30 Januari 2016
Luki F. Hardian