Jumlah Pengunjung

20160407

Renungan Marta - Hidup yang salah dimengerti

April - Marta - Hidup yang Salah Dimengerti (Yohanes 11:1-44)
Lazarus dibangkitkan
(1) Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. (2) Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. (3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. (6) Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (7) tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." (8) Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" (9) Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. (10) Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya." (11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." (12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." (16) Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." (17) Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. (18) Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. (19) Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. (20) Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.(21) Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. (22) Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (23) Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." (24) Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." (25) Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (27) Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (28)Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." (29) Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. (30) Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. (31) Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.(32) Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."(33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: (34) "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" (35) Maka menangislah Yesus. (36) Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" (37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" (38) Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. (39) Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." (40)Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" (41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. (42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."


Hidup yang salah dimengerti!
Pernyataan Pertama untuk Percaya! Ayat 1- 18
Judul renungan kali ini adalah "Marta, hidup yang salah dimengerti" diambil dari buku "Sorotan Iman" yang diterbitkan oleh PT. Duta Harapan Dunia, ditulis oleh Bill Crowder. Melalui tulisannya kita dapat pelajari dasyatnya efek dari kesalah mengertian terutama yang menyangkut kehidupan manusia.
Inilah cuplikan tulisannya:"Salah pengertian dapat menjadi hal yang sangat berbahaya. Dan hal itu tidak hanya berlaku pada peristiwa-peristiwa di dunia. Kesalahpahaman alkitabiah dapat menjadi ancaman bagi kita dan bagi kehidupan gereja itu sendiri.
Komunitas Kristen sering melakukan kesalahan karena salah mengerti atau salah menerapkan kebenaran Alkitab dengan cara mengenyahkan asumsi daripada mempelajarinya dengan hati-hati. Hal itu biasanya disebabkan karena kita tidak mau berusaha untuk mengerti. Kita menemukan cukup informasi di permukaan untuk menarik beberapa kesimpulan, tetapi kita tak pernah menggali lebih lanjut unsur-unsur di bawah permukaan ini untuk meraih makna terdalam dari kebenaran Alkitab, dan kita sudah berpuas diri dengan apa yang tersurat daripada mencari yang tersirat di dalamnya. Tentunya hal ini jarang menimbulkan perang dunia (meskipun kadang-kadang rasanya seperti itu di dalam kehidupan sebuah gereja!), tetapi kesalahpahaman seperti ini dapat mengantarkan kita pada penilaian salah yang serius, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perpecahan, perasaan yang terluka, dan bahkan sumber daya yang terbuang sia-sia."

Apa yang terpikir atau teringat oleh kita ketika mendengar nama Marta yang ada di PB? Saya menebak bahwa hampir seluruh dari diri kita teringat pada Marta adalah seorang wanita yang mengadu kepada Yesus tentang saudaranya Maria yang tidak mau membantu dia. Peristiwa yang dapat kita baca pada Lukas 10:38-42 yang oleh LAI diberi judul Maria dan Marta. Kesalah pengertian pertama tentang Marta adalah sosok wanita yang negatif dan Maria sosok yang positif. Sering kali ketika kita bertemu dengan wanita yang demikian sibuk mengerjakan ini dan itu di Gereja, langsung saja kita menyebutnya Marta! Sungguh kasihan Marta, nanti kita lihat benarkah penilaian tentang dia selama ini?
Sebelumnya mari kita baca baik-baik ayat 1-8 bacaan hari ini. Di ayat 4 dengan tegas Yesus berkata:"Penyakit itu tidak akan membawa kematian..... Yesus sudah menunjukkan keilahiannya. Di ayat 5 tertulis bahwa Yesus memang mengasihi Marta, Maria dan Lazarus. Ayat 6 mengatakan Yesus malah tinggal lagi ditempatnya 2 hari. Bukankah Yesus mengasihi mereka bertiga ? Lalu mengapa tidak buru-buru datang ketempat Lazarus? Ini bisa menimbulkan kesalah pengertian yang fatal, bukan?
Bagaimana mungkin orang yang mengasihi tetapi tidak segera datang setelah mendengar kabar tentang keadaan orang yang dikasihi sedang sakit?
Yesus mengatakan bahwa penundaan-Nya bukan karena kekurangan kasih, kemurahan atau belas kasihan, tetapi untuk kemuliaan Allah (ayat Yoh 11:4) dan kerajaan-Nya serta kebaikan kekal dari mereka yang menderita (ayat Yoh 11:15,23-26,40-44).

Di ayat 7 Yesus mengajak murid-muridnya ke Yudea. Disini jelas telah menimbulkan kesalah pengertian murid-murid Yesus, di ayat 8 ........, masih maukah Engkau kembali kesana?"
Di ayat 12 telah terjadi kesalah pengertian kembali dari murid-murid Kristus, sehingga Yesus harus menjelaskannya di ayat 13-14. Kemudian Yesus memberikan suatu penegasan yang sangat berarti di ayat 15. Bukannya tambah jelas bagi murid-muridnya, malah Tomas di ayat 16 berpikir untuk mati bersama saat itu! Tomas saat itu mempunyai kepercayaan kepada Gurunya, tapi salah mengartikan kepercayaannya itu. Ini yang disebut akibat yang tragis oleh Bill Crowder.
Ketika Yesus tiba Betania, Lazarus telah meninggal 4 hari! Ini juga menimbulkan sekali lagi kesalah pengertian tentang kehidupan.

Mengapa hal demikian semuanya dapat terjadi? Murid-murid Yesus yang setiap hari bergaul denganNya, berjalan bersamaNya, menyaksikan banyak mujizat yang Yesus buat. Tetapi mereka khawatir akan hidup Yesus? Ada penjelasan Calvin mengenai ayat ini, dikatakannya bahwa sebenarnya murid-murid Yesus bukan khawatir tentang hidup Yesus, melainkan mengkhawatirkan hidup mereka.
Kalau melihat perjalanan selanjutnya atau ayat-ayat selanjut memang apa yang ditulis Calvin dapat diterima. Yaitu bagaimana mereka semua lari ketika Yesus disalibkan.
Bagaimana dengan kita? Berapa banyak kita menyalah artikan hidup kita? Ini disebabkan oleh logika kita yang ditaruh diatas iman kita! Ini juga yang terjadi pada murid-murid Kristus saat itu. Bagaimana reaksi kita ketika berada dalam kesulitan, penyakit atau keadaan apa pun yang membuat kita menderita? Dari ayat - ayat ini kita dapat pelajari bahwa perhitungan waktu dan tujuan Yesus berbeda dengan yang kita ingini. Memang perhitungan waktu dan kehendak Allah di tengah-tengah penderitaan kita berbeda dengan yang kita ingini. Allah menjawab kita sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih-Nya. Untuk itu kita perlu belajar untuk Percaya kepada Nya! Ayat-ayat selanjutnya adalah cara bagaimana kita bisa belajar untuk Percaya.

Pernyataan kedua untuk Percaya : Ayat 19- 28
Marta yang mulai percaya
Pada ayat 20 ; Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, Ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Kita tidak tahu persis pada tepat saat itu untuk apa Marta bergesa menghampiri Yesus yang baru saja tiba di Betania, untuk bertanya? Atau untuk mengeluhkan kenapa Yesus begitu terlambat datang? Sedangkan Maria diam saja di rumahnya. Inipun tidak ada satu orang yang tahu pasti mengapa Maria diam saja di rumah? Mungkin dia pikir, toh saudaranya telah meninggal, dan tidak satupun yang dapat mengubahnya. Apalagi mengingat sudah 4 hari lewat sejak Lazarus meninggal. Yang menurut kepercayaan atau kebudayaan Yahudi bahwa jiwa orang yang meninggal telah meninggalkannya setelah 4 hari. Mereka bangsa Yahudi percaya bahwa jiwa orang yang meninggal ada tetap pada tubuhnya sampai hari ke 3.
Di ayat 21-22 barulah tampak kenapa Marta bergegas menghampiri Yesus. Ternyata gambaran tentang Marta yang selama ini kita pikir selalu negatif, yaitu yang sok sibuk dan mengeluh, telah berubah ia sekarang mempunyai keyakinan kepada Yesus. Ayat 22: "Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Pada ayat 25- 26 Yesus menegaskan dengan jelas siapa Dirinya itu!
Ayat 27 Marta menunjukkan pertumbuhan iman yang besar dikala kesusahan melandanya. Ia mengakui bahwa Yesus adalah Mesias!

Seharus sebagai orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus, dalam kehidupan haruslah ia menunjukkan kemajuan rohani yang berarti. Kita dapat melihat perubahan yang terjadi dalam diri Marta. Ketika tekanan hidup datang kita dapat memilih untuk seperti Marta yang malah tumbuh iman percayanya atau malah berhenti percaya dan meninggalkan Kristus?
Bagaimana jika dalam kehidupan, baik diri kita sendiri atau orang - orang yang kita kasihi menderita suatu penyakit yang mematikan? Kita sudah berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, bahkan harta telah terkuras habis untuk melawan penyakit itu. Dan akhirnya semuanya tampak sia-sia karena kematian tetap datang menghampiri!
Firman Allah mengajarkan kepada semua orang percaya bahwa bagi mereka yang percaya kepada Yesus, kematian jasmaniah bukanlah merupakan akhir yang mengerikan. Sebaliknya, peristiwa tersebut merupakan pintu kepada hidup kekal yang berkelimpahan dan persekutuan dengan Allah. "Akan hidup" dari ayat Yoh 11:25 menunjuk kepada kebangkitan; sedangkan istilah "tidak akan mati selama-lamanya" dalam ayat Yoh 11:26 berarti bahwa orang percaya yang dibangkitkan tidak pernah akan mati. Mereka akan memiliki tubuh baru, yang kekal dan tidak dapat binasa (1Kor 15:42,54), yang tidak dapat mati atau merosot keadaannya (Rom 8:10; 2Kor 4:16)

Pembuktian : ayat 29-44
Mengubah dari Hidup yang salah dimengerti menjadi hidup bersamaNya!
Di atas kita menebak-nebak tentang Maria, di ayat 32 ternyata Maria pun tidak berubah pandangannya terhadap Yesus, dulu percaya, dan sekarang pun ia percaya penuh kepada-Nya.
Hanya pada ayat 39 kembali logika Marta bekerja dengan mengatakan bahwa mayat telah berbau karena sudah 4 hari.
Pada ayat 40 sekali lagi Yesus menegaskan dengan sangat jelas "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu; jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
Pada ayat selanjutnya 41-44 terjadilah pembuktian apa yang Yesus ucapkan! Lazarus bangkit dari kubur, walau sudah mati 4 hari, ini sekaligus mematahkan kepercayaan orang - orang yahudi.

Hal demikian bisa pula terjadi kepada diri kita, kita kadang-kadang goyah seperti Marta, karena logika kita mengatakan tidak mungkin atau kita bisa saja telah mempunyai asumsi atau kebiasaan/ kebudayaan seperti orang Yahudi tentang pengertiannya akan jiwa, dan pengertian tentang hidup karena hal itulah yang mengakibatkan yang terjadi persis seperti judul " Hidup yang salah dimengerti".
Semuanya diakibatkan kekurang percayaan kita kepada Kristus. Ini pula yang terjadi pada saat Yesus berada disekitar Yerusalem. Mari kita lihat pasal sebelumnya yaitu Yoh 10 :22-39 sekali lagi Yesus menekankan di ay 25-28 yang artinya sama adalah meninta orang Yahudi mempercayaiNya! Tetapi mereka tetap menolak! Bahkan di ay 31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Semua orang Yahudi menolak Dia, bahkan di ay 39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka!

Kemudian kita lihat pasal sesudahnya , sesudah Lazarus bangkit yaitu Yohanes 11:45-57
Walau telah melihat apa yang Yesus kerjakan terhadap Lazarus dan banyak membuat mujizat, mereka bukannya berbalik untuk percaya malah mereka membuat persepakatan untuk membunuh Yesus! Tragis bukan kalau hidup yang salah dimengerti!

Kesimpulan atau makna terdalam yang Alkitab ingin ajarkan:
Dimana posisi kita saat ini setelah mengaku pengikut Kristus sekian tahun lamanya?
Berapa banyak mujizat lagi yang harus Yesus tunjukkan kepada kita, baru kita mau percaya kepadaNya sepenuh hati, jiwa dan akal budi kita?

Bogor, 7 April 2016
Luki F. Hardian

20160406

Izebel, jiwa yang jahat

Izebel - jiwa yang jahat.
1 Raja-raja 21:1-25
Kebun anggur Nabot
21:1 Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. 21:2 Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." 21:3 Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!" 21:4 Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar karena perkataan yang dikatakan Nabot, orang Yizreel itu, kepadanya: "Tidak akan kuberikan kepadamu milik pusaka nenek moyangku." Maka berbaringlah ia di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. 21:5Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya: "Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?" 21:6 Lalu jawabnya kepadanya: "Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu: Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kebun anggur kepadamu sebagai gantinya. Tetapi sahutnya: Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu." 21:7 Kata Izebel, isterinya, kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu." 21:8 Kemudian ia menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. 21:9 Dalam surat itu ditulisnya demikian: "Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. 21:10 Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati." 21:11 Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. 21:12 Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. 21:13 Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: "Nabot telah mengutuk Allah dan raja." Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. 21:14Setelah itu mereka menyuruh orang kepada Izebel mengatakan: "Nabot sudah dilempari sampai mati." 21:15 Segera sesudah Izebel mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab: "Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati." 21:16 Segera sesudah Ahab mendengar, bahwa Nabot sudah mati, ia bangun dan pergi ke kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. 21:17 Tetapi datanglah firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: 21:18 "Bangunlah, pergilah menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. 21:19 Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu." 21:20 Kata Ahab kepada Elia: "Sekarang engkau mendapat aku, hai musuhku?" Jawabnya: "Memang sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. 21:21Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan malapetaka kepadamu, Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. 21:22 Dan Aku akan memperlakukan keluargamu sama seperti keluarga Yerobeam bin Nebat dan seperti keluarga Baesa bin Ahia, oleh karena engkau menimbulkan sakit hati-Ku, dan oleh karena engkau mengakibatkan orang Israel berbuat dosa. 21:23 Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. 21:24 Siapa dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara." 21:25 Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya.


1. Benih Dosa.
Ay 1-6
Jiwa yang jahat! Inilah judul yang diberikan. Kalau ada orang bertanya apakah "jiwa" itu? Mengapa dikatakan "jiwa" yang jahat? Berarti ada kebalikannya juga yaitu "jiwa yang baik".
Kalau melihat KBBI Jiwa dikatakan atau diartikan sebagai : 1 roh manusia (yg ada di dl tubuh dan menyebabkan seseorang hidup); nyawa; 2 seluruh kehidupan batin manusia (yg terjadi dr perasaan, pikiran, angan-angan, dsb)
Akan tetapi dalam agama Kristen ada pendapat yang membedakan antara Jiwa dan Roh ini penganut faham Trikhotomi (Tubuh, Jiwa dan Roh) sedangkan faham Dikhotomi (Tubuh, dan Jiwa/ Roh) menganggap Jiwa dan Roh adalah sama. Dalam renungan kali ini kita bukan akan membahas perbedaan yang terjadi, atau perdebatan mana yang benar, karena dua-duanya mempunyai dasar Alkitab. Hanya tetap dalam penjelasan mengenai "jiwa" saya harus menentukan pilihan yang mana, yang termudah adalah mengambil dari awal penciptaan manusia pada:
Kejadian 2:7 (LAI TB), ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup
KJV, And the LORD God formed man of the dust of the ground, and breathed into his nostrils the breath of life; and man became a living soul.
Jadi Jiwa itu berasal dari Allah yaitu Nafas kehidupan, dan jika berasal dari Allah seharusnya adalah "Baik", jadi awalnya jiwa manusia baik adanya! Dalam salah satu buku yang saya baca, Jiwa digambarkan oleh Dallas Willard (Dallas Albert Willard adalah seorang Filsuf Amerika yang banyak menulis buku Spiritual Kristen, telah meninggal pada 8 Mei 2013) bahwa Jiwa adalah keutuhan manusia, misalnya dalam sensus penduduk dikatakan misalnya 250 juta jiwa. Dallas menjelaskan dengan ilustrasi lingkaran, lingkaran terkecil adalah 'Kehendak', lalu dilingkupi oleh lingkaran yang lebih besar 'Pikiran', dan seterusnya lingkaran 'Tubuh' dan lingkaran terbesarnya 'Jiwa' . Dalam sistem operasi kehidupan manusia, Jiwa adalah kapasitas untuk memadukan seluruh bagian menjadi kehidupan yang tunggal dan utuh. Masih menurut Dallas, jiwa menginginkan keharmonisan, koneksi dan integrasi. Itulah sebabnya integritas adalah kata yang berkaitan erat dengan jiwa. Lebih jauh lagi jiwa berusaha menautkan kita dengan orang lain, dengan alam ciptaan dan dengan Allah sendiri.
Kalau digambarkan secara sederhana menurut lingkaran-lingkaran yang dibuat Dallas maka segala berawal dari kehendak, kehendak mempengaruhi pikiran kita, dan pikiran kita memerintah tubuh kita bertindak, dan Jiwa mengontrol semuanya sebelum bertindak! Ini yang seharusnya terjadi. Akan tetapi dalam dunia yang telah rusak ini, Jiwa kita dirusak oleh kehendak, pikiran dan tubuh kita sendiri. Ketika ini yang terjadi maka rusaklah keharmonisan sistem operasi kehidupan kita. Bukan Jiwa yang mengontrol tubuh melainkan Jiwa dikontrol oleh kehendak bebas manusia! Disinilah Jiwa menjadi rusak adanya.
Mari kita lihat kembali kepada bacaan kita hari ini baca kembali 1 Raja-Raja 21 :1-6. Mula-mula Raja Ahab melihat betapa indahnya kebun anggur Nabot, timbul kehendaknya untuk memilikinya, pikirannya mulai bekerja dan begitu mendapat akal maka tubuhnya bergerak dengan mencoba menawar kebun Nabot. Tetapi Nabot tidak memberikannya, dan alasan Nabot pun kuat berdasarkan aturan Firman Allah yang melarang menjual tanah nenek moyang (Im 25:23-28 Bil 36:7-13). Ketika Ahab mendengar hal ini tentunya ia pun mengetahui aturan itu, oleh karena itu ia menjadi gusar, karena Jiwanya melarang sedangkan tubuhnya ingin, inilah yang terjadi. Ketika hal ini diketahui oleh Izebel istrinya maka dosa mulai dibuahi.
Melalui 6 ayat pertama saja kita sudah dapat belajar banyak. Pernahkah kita demikian gusar menghadapi keinginan hati kita, atau keinginan kehendak bebas kita. Padahal jelas ada tertulis bahwa kita dilarang mengingini harta milik orang lain (Kel 20:17). Begitu kita mengingini sesuatu dan tidak dapat tercapai maka iri hati timbul, dan kita menjadi gusar karena Jiwa kita menentangnya! Di sinilah dosa mengintip siap dibuahi.
Mari kita lihat bacaan selanjutnya yaitu ayat 7 -16

2. Dosa yang berbuah.
Siapakah Izebel itu? Dalam 1 Raja-Raja 16:31 Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya.
Dari sini kita mengetahui jelas siapakah Izebel itu! Seorang manusia yang jiwanya telah lama rusak karena ia bukan orang yang menyembah Allah yang Esa melainkan penyembah Baal. Jadi dapat kita bayangkan bagaimana reaksi Izebel mengetahui kegelisahan Ahab. Ia malah membuahi dosa itu sehingga menjadi buah dosa yang matang. Izebel penyembah Baal yang bisa kita katakan penyembah 'Setan', ia bukan istri yang baik tentunya dan ia menggunakan kekuasaannya mempengaruhi banyak orang, yaitu Ahab sendiri dan bersekutu dengan orang-orang dursila untuk memfitnah Nabot dan memanipulir hukum Taurat. Hukum Taurat memang memberikan persyaratan sedikitnya dua saksi (Ul 17:6-7 19:15 Bil 35:30). Hukum Taurat juga mengatakan bahwa sebagai saksi mereka harus melempar batu yang pertama (Ul 17:7). Jadi tampaknya pelaksanan hukuman terhadap Nabot benar adanya!
Apa yang dapat kita pelajari dalam hal kehidupan sehari-hari, mungkin tidak tidak sampai menfitnah seperti Izebel. Tetapi pernahkah kita terlibat dalam intrik-intrik untuk menjahati orang lain, atau memprovokasi ketika teman kita dalam kebimbangan sehingga ia terjerumus dalam dosa?
Dalam dunia serba gemerlap dan konsumerisme ini saat ini, banyak Izebel-Izebel berkeliaran yang membuat kaum lelaki jatuh kedalam pelukannya dan berbuahlah dosa itu. Inilah yang diingini Iblis yaitu menjauhkan kita dari Allah! Iblis tidak ingin disembah, iblis gembira ketika kita jauh dari Allah.
Bagi kaum wanita sudah seharusnya tidak menjadi Izebel-Izebel melainkan wanita yang takut akan Allah sehingga dapat menjadi istri-istri yang berkenan di hadapan-Nya, Istri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya (Ams. 12:4).

Ketika Jiwa tidak mendapatkan keharmonisan dengan Kehendak, Pikiran dan Tubuh, maka jiwa yang asalnya baik karena berasal dari Allah, akan menjadi rusak, dan jika ini dibiarkan maka jiwa akan mengeras dan menjadi jahat. Inilah yang harus kita perhatikan, karena Allah tidak akan tinggal diam ketika pemberian-Nya yang diberikan kepada kita menjadi rusak, maka Allah akan membinasakan selamanya!

Coba kita lihat bacaan selanjutnya yaitu ayat 17-25
3. Hukuman atas Dosa.
Jika diperhatikan pada ayat 17 maka kita dapat simpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh Izebel tidak ada orang yang mengetahui nya, tetapi Allah tentu mengetahuinya oleh karena itu Allah berfirman kepada Elia, orang Tisbe itu. Dengan membaca seluruhnya ayat 18-25 betapa dasyat hukuman Allah kepada Ahab, Izebel dan keluarganya. Allah menghukum demikian berat karena Izebel telah menyesatkan bangsa Israel. Nubuat ini digenapi ketika Ahab terbunuh dalam pertempuran dan anjing-anjing menjilati darah hasil cucian kereta perangnya (1Raj 22:35,38). Putra-putra Ahab juga mati dengan kekerasan: Ahazia jatuh dari kisi-kisi kamar atasnya dan kemudian mati karena cedera itu (2Raj 1:2,17); Yoram terbunuh oleh Yehu dan tubuhnya dilemparkan ke kebun Nabot (2Raj 9:22-26). Istri Ahab, Izebel, juga mati dengan kekerasan (lih. 2Raj 9:30-37).

Ketika kita selesai membaca hal ini, pasti kita berpikir bahwa kita tidaklah sejahat Izebel! Jadi tenang-tenang sajalah. Apakah benar demikian? Karena dimata Tuhan tidak ada dosa besar dan dosa kecil, dan setiap dosa selalu menimbulkan konsekwensi yang tidak menyenangkan. Setiap dosa yang kita lakukan Allah mengetahui-Nya!
Memelihara Jiwa kita dengan baik berarti berdasarkan apa yang diajarkan oleh Dallas Willard adalah Jiwa kita harus yang menjadi pemimpin dalam sistem operasi kehidupan kita. Ketika kehendak kita bertentangan dengan Jiwa kita, kita harus dapat menaklukkan kehendak kita. Jika hal ini dapat kita lakukan terus menerus maka kita bisa mengetahui apa artinya "Sukacita". Kita dapat mengerti apa yang dikatakan pada Filipi 4 :4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Apapun keadaannya kita tetap dapat merasakan Sukacita.
Ada sebuah ilustrasi yang menggambarkan bagaimana Jiwa yang mengontrol pikiran sehingga membawa Sukacita.
Beberapa tahun yang lalu saya membaca sebuah kisah tentang seorang wanita kristiani berusia 92 tahun yang buta. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia selalu berpakaian rapi. Rambutnya selalu tersisir rapi dan ia berdandan dengan sangat cantik. Setiap pagi ia menyambut hari yang baru dengan penuh semangat.
Setelah suaminya meninggal pada usia 70 tahun, wanita itu merasakan perlunya pindah ke panti wreda supaya mendapatkan perawatan yang layak. Pada hari kepindahannya itu, seorang tetangga yang baik hati mengantarkannya ke panti wreda dan menuntunnya menuju ruang tunggu. Karena kamarnya belum disiapkan, maka ia menunggu di ruang tunggu dengan sabar selama beberapa jam.
Ketika akhirnya seorang petugas datang menjemputnya, ia tersenyum manis sembari mengarahkan alat bantu jalannya menuju lift. Petugas itu menggambarkan keadaan kamarnya kepadanya, termasuk gorden-gorden baru yang dipasang di jendela kamarnya. "Saya menyukainya," sahut wanita buta itu. "Tapi Bu Jones, Anda kan belum melihat kamar Anda," sahut petugas itu. "Hal itu tidak ada pengaruhnya bagi saya," timpalnya. "Kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Entah saya menyukai kamar saya atau tidak, hal itu tidak tergantung pada bagaimana penataan kamar saya. Itu tergantung pada bagaimana saya menata pikiran saya."
Alkitab mengatakan, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!" (Filipi 4:4). Demikianlah seharusnya Anda menata pikiran Anda —David Roper (dari Sabda.org)

Bukankah yang kita cari adalah Sukacita? Kalau ya, mengapa kita tidak memelihara Jiwa kita agar tidak menjadi Jiwa yang Jahat!

Bogor, 26 Feb 2016
Luki F. Hardian

Yokhebed, Ibu yang luar biasa

Kelompok Berea Gereja Kristus Bogor.
Yokhebed, ibu yg luarbiasa.
Kel 2:1-10

Musa lahir dan diselamatkan
(1) Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; (2) lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (3) Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; (4) kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. (5) Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. (6)Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." (7) Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" (8) Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. (9) Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. (10) Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." 

Ay 1-2 proses kelahiran.

Di dalam setiap kehidupan manusia ada banyak peristiwa yang harus dialami oleh setiap insan baik secara perorangan maupun secara keluarga. Ada peristiwa yang menggembirakan ada juga peristiwa yang menyedihkan. Ada juga peristiwa yang seharusnya menyenangkan malah membawa penderitaan, demikian juga kebalikannya ada peristiwa yang seharusnya menyedihkan malah menjadi peristiwa yang melegakan.
Contohnya; ketika ada keluarga dekat kita yang mengalami sakit yang parah tetapi masih diberi nafas oleh Allah dalam penderitaannya, dan ini ia alami hingga tahunan. Ketika sampai pada saatnya ia berpulang, biasanya kita sebagai keluarga atau teman dekatnya merasakan kelegaan. Jadi yang biasanya peristiwa kematian adalah peristiwa yang membawa duka, kali ini malah membawa kelegaan.

Ada juga sebuah peristiwa yang membawa kegembiraan yang luar biasa yaitu peristiwa 'Kelahiran', ketika sebuah keluarga diberi oleh Allah seorang anak, seluruh keluarga mengalami sukacita. Tetapi karena dunia telah dikuasai dosa sejak lama banyak peristiwa kelahiran malah membawa bencana.
Misalnya kita mendengar berita- berita saat ini banyak sekali kejadian yang membuat hati kita miris, karena berapa banyak seorang Ibu membuang bayinya, baik yang belum dilahirkan maupun yang sudah dilahirkan. Ini sungguh-sungguh tragis dan menyedihkan. 

Kembali kepada firman Allah di ayat 1 dan 2 pada bacaan hari ini maka terlihat jelas bahwa peristiwa kelahiran Musa membawa kegembiraan hati keluarganya sekaligus membawa masalah bagi keluarganya. Karena kita tahu bahwa yang tertera pada Keluaran 1: 15 Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: 16 "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."

Keluarga Musa tahu bahwa bayi mereka akan dibunuh! Kelahiran yang membawa masalah yang sangat besar. Inilah awal kehidupan Musa yang membuat orang tuanya terutama ibunya harus mencari akal untuk menyelamatkan anaknya.

Jika kita melihat riwayat selanjut dari Musa, maka kita dapat melihat bahwa Ibu nya seorang yang percaya kepada Allah, jadi sangat tidak mungkin ia selama masa kehamilan tidak berdoa kepada Allah. Memang kita tidak tahu apa yang ia doakan, saya hanya berandai-andai, mungkin ia berdoa minta agar bayinya perempuan saja, agar selamat. Tetapi hasilnya berbeda dari doa yang diminta. Inilah kenyataan yang harus kita pelajari, ketika jawaban dari doa kita berbeda dari yang kita pikirkan, bukan berarti Allah mengabaikannya.
Untuk orang yang layak di hadapan -Nya Allah selalu mendengar doa nya. Allah mempunyai suatu tujuan yang tidak pernah kita duga. Dari bacaan hari ini kita dapat belajar bagaimana Ibu Musa mencari akal agar anaknya selamat. Ini pulalah yang harus kita lakukan meminta hikmat Allah, agar kita dibukakan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. 
Satu hal yang harus kita amini adalah : "Allah tidak pernah merencanakan yang buruk bagi umat-Nya"
Sebagai tambahan untuk menguatkan iman kita , ingatlah riwayat Yusuf dalam PL, dan Yusuf mengatakan pada Kej 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, .....
Dikala keadaan, orang atau sekelompok orang yang merencanakan yang buruk untuk kita, kita ingat Allah, pasti memberikan jalan keluar. Roma 8: (28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Mari lihat jalan keluar yang Allah berikan kepada Ibu Musa dengan membaca ayat selanjutnya.
Ay 3-6 awal dari perjalanan hidup

Musa ketika berumur 3 bulan, sudah tidak bisa disembunyikan lebih lama lagi di rumahnya, maka ibunya merancang sebuah rencana yang matang. Ayat 3 menjelaskan bahwa peti pandan yang dilapisi galah dan ter agar peti itu kedap terhadap air, tidak bocor. Ia tidak berencana menghanyutkan anaknya di sungai Nil, tetapi menaruhnya ditengah teberau. Kata Teberau diterjemahkan dari bahasa ibrani 'suph", yang secara literal berarti gelagah atau rumput tinggi yang hidup di tempat yang berair. Teberau adalah sejenis tanaman air yang termasuk kategori atau keluarga rumput-rumputan. Tingginya bervariasi antara 1,5-5 meter. 
Jadi dengan menaruhnya di tengah tanaman ini, ia percaya peti pandan itu tidak akan hanyut terbawa arus air. 
Pada ay 4 dijelaskan bahwa kakak wanitanya menjaganya dari kejauhan. Ada kemungkinan, sekali kali kakaknya dapat menarik kembali peti itu jika diperlukan.
Tidak dijelaskan dalam Alkitab apakah telah direncanakan terlebih dahulu oleh ibunya agar ditaruh dekat tempat mandi putri Firaun atau secara kebetulan putri Firaun mandi di sekitar sana.
Hanya melihat dari rencana yang matang yang telah dibuat ibunya ada kemungkinan besar , memang hal itu sudah direncanakan oleh Ibu Musa untuk meletakkannya di sekitar tempat mandi Putri Firaun. Ia yakin tidak dapat menyembunyikan dengan cara demikian selamanya, dan ia melihat bayinya adalah bayi yang cantik, sehingga setiap orang yang melihatnya akan jatuh iba dan menyayanginya. Sebuah rencana yang sempurna. 

Melalui peristiwa ini kita dapat belajar, dari sesuatu yang menekan kehidupan dapat menghasilkan sebuah rencana yang baik dan kemudian bagaimana rencana itu akan digenapi Allah. Kuncinya dapat kita baca pada Ibrani 11 : 23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
Seberapa besar Iman kita kepada Allah? Inilah kunci jawaban bagaimana terjadinya perubahan keadaan dari yang buruk menjadi yang baik.

Ay 7-10 Ibu penuntun kepada Allah.

Melihat judul yang ditelah ditentukan yaitu Yokhebed ibu yang luar biasa. Perlu kita ketahui siapakah Yokhebed itu? Karena dalam ayat yang kita baca tidak menyebutkan nama Yokhebed. Ini bisa kita lihat pada  Keluaran 6 :20. Ia adalah ibunya Musa.
Kita setuju mengatakan bahwa Yokhebed ibu yang luarbiasa, setelah membaca keterangan di atas. Bagaiamana keberaniannya menghadapi hukuman Raja, bagaimana kecerdikannya menyembunyikan Musa hingga bahkan tetap ia yang menyusui Musa walau sampai Musa diangkat anak oleh Putri Firaun (ayat 7-10).
Ketika membaca hal ini kelihatannya hal yang biasa - biasa saja karena kita tidak mengalaminya. Padahal kalau kita selami secara mendalam, kita lihat bagaimana perjuangan Yokhebed dalam rangka menyelamatkan putranya ini. Bagi ibu-ibu yang mengalami tekanan ketika memelihara bayinya dapat merasakan hal demikian.
Ada kejadian yang diceritakan oleh teman saya melalui WAnya sebagai berikut;
Seorg pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika bermain di sebuah kota melihat pedagang kuliner disana menyajikan proses penyembelihan trenggiling hidup sampai memanggangnya. 
Mereka tertarik dan ingin menyaksikan sendiri seluruh proses penyajian hidangan lezat itu.

Konon trenggiling setelah tertangkap krn ketakutan atau defensif, secara naluri & otomatis tubuhnya akan menggulung sendiri dgn sangat erat spt sebuah lingkaran atau bola. 

Umumnya proses penjualan trenggiling sbb: Setelah dipilih pembeli, penjual sekuat tenaga  akan menarik lurus trenggiling yg meringkuk itu, selanjutnya dada dan perut dibelah, organ dalam dikeluarkan kemudian dicuci bersih, dijepit dgn jepitan besi dan dipanggang di atas bara api sampai semua sisik tebal di tubuhnya rontok. 

Ada seorg penjual memilih  trenggiling berbadan gemuk dan dgn ketrampilannya siap menarik lurus trenggiling yg dipegangnya itu. Namun walau sdh sekuat tenaga ia masih tdk mampu menarik lurus trenggiling itu. 
Trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama
semut dan rayap.

Orang-2 yg menyaksikan merasa heran, penjual muda itu juga kehilangan muka, maka dibantinglah trenggiling malang itu ke lantai dgn keras, sambil menjelaskan trenggiling akan membuka diri jika kesakitan. 

Tidak disangka bantingan ber-kali2 itu malah membuat trenggiling meringkuk lebih erat.
Dari mata sipit trenggiling yg semula terlihat ketakutan telah tertutup dgn rapat, dan moncongnya yg runcing mengalir darah segar, akan tetapi tubuhnya tidak nampak menjadi lurus. Malah terkesan semakin melingkar dgn erat. 

Rombongan tidak tega menyaksikan kondisi trenggiling itu dan melambaikan tangan memberi isyarat agar tidak diteruskan lagi.

Penjual masih belum puas, diambillah jepitan besi lalu menjepit trenggiling kemudian diletakkan di atas api panggangan.
Sisiknya yg keras rontok dan bau terbakar menebar luas.
Tetapi posisi trenggiling tetap tidak berubah. 

Pemuda penjual tidak berdaya lagi. Dia menggelengkan kepala sambil berkata trenggiling ini pasti bermasalah.
Tidak layak dikonsumsi sambil membuangnya ke  lahan pasir yg terletak di belakangnya. 

Kemudian dipilihnya lagi dua ekor yg lain, kali ini proses
pengolahan berjalan lancar dan tidak sampai 5 menit selesai.

Selanjutnya teman itu berkata, ketika temannya sedang membayar, tanpa disengaja dilihatnya trenggiling naas tadi yg di buang di atas pasir per-lahan2 meluruskan tubuhnya, 
kelopak matanya terbuka sedikit, disusul beberapa kedutan lalu menjadi lurus kaku dan tidak bernyawa lagi. 

Seiring tubuhnya menjadi lurus, mereka dikejutkan oleh gerakan lembut dari perut yg terkapar. Muncul seekor trenggiling kecil yg tubuhnya transparan hanya sebesar tikus. 
Perlahan ia membuka mulut kecilnya,  seakan memanggil induknya yg sudah tak bernyawa.

Pemandangan tsb membuat semua orang terpana. 
Dalam sekejap, saya merasakan darah dalam tubuh bergelora, kepala dan rambut seakan membengkak, air mata bergulir dari  kelopak. 

Berat badan trenggiling itu tidak lebih dr 5 kg.
Dan tubuhnya telah mengalami bantingan dan pembakaran.
Tetapi sampai napas terakhirnya masih saja melindungi anaknya.

Tubuh yg telah terpanggang setengah matang, sisik pun rontok semua, namun masih tetap berhasil melindungi keutuhan jiwa dan raga anaknya.

Kekuatan semangatnya telah jauh melampaui batas kehidupan......"Cinta kasih" induk hewan begitu mengharukan! 

Bagaimana dengan manusia saat ini?
Sebagai orang Kristen sudah seharusnya kita lebih daripada seekor trenggiling!
Dalam kitab Yesaya 49:15 a Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? 

Seorang ibu Kristen atau orang tua Kristen, bukan hanya sekedar menyayangi anaknya tetapi juga ada suatu kewajiban untuk mengajarkan agar anaknya menjadi anak yang takut akan Tuhan, yang setia kepada Tuhan. 
Hal inilah yang tidak ditulis dalam bacaan hari ini, tetapi kita tahu bagaimana perjalanan hidup Musa selanjutnya, dimana ia merupakan sosok yang percaya kepada Allah dan takut kepada-Nya.
Siapa yang mengajarkannya? Sedangkan ia dibesarkan dilingkungan istana Firaun yang tidak percaya kepada Allah? Bagaimana ia mengerti bahwa ia seorang Ibrani?
Walau tidak ditulis, tetapi banyak orang atau teolog percaya bahwa hal ini pasti diajarkan oleh Ibunya ketika ia disapih oleh ibunya. Ibunya yaitu Yokhebed bukan hanya menyayangi tetapi juga mengajari untuk takut akan Allah, inilah yang membuat ia seorang Ibu yang luar biasa.
Dalam Ibrani 11 : 24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
Ibunya Yokhebed bisa bangga ketika mengetahui Iman Musa, ia telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai ibu yang berkenan di hadapan Allah.

Bagaimanakah kita ? Sudahkah kita menjadi orang tua yang mau merelakan waktu untuk mengajarkan anak-anak kita agar setia kepada Allah? Atau kita masih disibukkan mencari yang dunia cari, sehingga pengajaran anak kita serahkan kepada orang lain?
Belajarlah kepada Yokhebed!

Bogor, 30 Januari 2016
Luki F. Hardian