Jumlah Pengunjung

20150331

Bersukacita di dalam Tuhan.

Hasil gambar untuk bersuka cita di dalam Tuhan
Bersukacita di dalam Tuhan.
Fil 4: (4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (5)Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Sukacita dan kebaikan Fil 4:4-5
(4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

Kita mengetahui dengan jelas bahwa pada saat surat ini ditulis Paulus sedang dalam penjara dan sedang menunggu hukuman atas dirinya, tetapi ia malah menulis menguatkan jemaat di Filipi agar senantiasa bersukacita dalam Tuhan. Apa maksudnya? Apakah ini keadaan putus harapan atau tidak diketemukan jalan keluar sehingga pasrah tak berdaya, lalu menghibur diri sendiri seolah-olah hidupnya penuh sukacita?
Jelas semuanya tidak benar karena di ayat 5 jelas ditulis agar kebaikan hatimu diketahui semua orang, tidak mungkin orang yang putus asa tetap melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan hatinya! Manusia bisa berpura-pura hidup penuh sukacita, tetapi ketika hatinya penuh kepiluan, bagaimana mungkin bisa keluar hal-hal yang baik? 
Matius 12:34  Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Lukas 6:45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Jadi sangat jelas bahwa Paulus bukan berpura-pura, tidak ada orang putus asa melakukan kebaikan hati! 

Bagaimana dengan kita ini, ketika kehidupan menekan kita demikian hebat apakah kita masih bisa bersukacita dalam Tuhan? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita menyadari dan mengerti arti sukacita, dan apa bedanya sukacita dengan bahagia?
Sukacita adalah istilah Alkitab yang asli dan unik. Banyak orang yang mengacaukan sukacita dengan kebahagiaan, tetapi ada perbedaan yang besar di antara keduanya. Kebahagiaan bergantung pada keadaan sekitar, sedangkan sukacita tidak demikian. Kebahagiaan merupakan tanggapan yang dangkal terhadap hal-hal yang baik; sukacita merupakan tanggapan yang jauh mendalam, yang tetap bertahan apakah yang terjadi di sekitarnya itu buruk atau baik. (dikutip dari e-konsel edisi 185, 3-6-2009, "Hidup dalam Sukacita").
Ada kesaksian seorang Professor Teologi di Friend Univesity, Kansas, bernama James Bryan Smith. Ketika istrinya mengandung anak yang kedua, dan kandungannya telah berumur 8 bulan, diketahui bahwa bayi dalam kandungan itu mengidap penyakit kromosom langka, yang dapat menyebabkan kematian saat kelahiran. Dia mengatakan hingga titik tersebut, belum pernah ada berita buruk yang menimpa kehidupannya. Ini momen terburuk yang ia dan istrinya hadapi. Ternyata prediksi sang dokter tidak tepat, bayi tidak meninggal ketika dilahirkan, tetapi tetap dilahirkan mengidap penyakit kromosom langka tersebut. Bayi itu diberi nama Madeline (artinya "Menara Kekuatan"). Ia dilahirkan dengan kelainan jantung, tuli dan tidak bisa menelan makanan melalui tenggokannya. 
Bagaimana kalau kita yang mengalaminya, apakah kita bisa bersukacita? Diakhir kesaksiannya Pendeta Jim dan istrinya bisa menerima keadaan buruk ini dan tetap bersukacita di dalam Allah!
Jika belum jelas dan belum mengerti tentang Sukacita yang diajarkan oleh Alkitab, kita bisa membaca dan mempelajari dari Lukas 15. Dalam Lukas 15 ini kita menemukan 3 perumpaan yang menjelaskan arti sukacita! Bacalah! 
Dan ketika merasa Sukacita senantiasa di dalam Tuhan maka kebaikan kita terpancar keluar, sehingga semua orang mengetahuinya bahwa orang ini hidupnya penuh sukacita selalu!
Jadi hati-hatilah selalu karena ayat ini saling menguatkan dan membuktikan. Tidak ada orang yang hatinya baik hidupnya tidak sukacita, demikianpun kebalikannya tidak ada orang yang penuh sukacita tetapi hatinya busuk!

Kebebasan dari Kekhawatiran (Fili 4:6-7)
Bergantung kepada Allah
(6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Melalui ayat ini Paulus jelas-jelas hidupnya bergantung kepada Allah, tidak ada sedetikpun ia lepas dari Allah, oleh karena itu tidaklah heran ia hidup dalam sukacita dalam keadaan apapun, dan damai sejahtera Allah ada padanya.

Kuatir artinya takut, gelisah, cemas terhadap sesuatu hal yang belum diketahui dengan pasti! Penyakit kuatir ini sudah melanda manusia sejak ribuan tahun yang lalu, yang kita dapat lihat mulai dari PL hingga zaman sekarang. Manusia setelah jatuh ke dalam dosa maka hidupnya terputus dengan Allah, oleh karena itu hidupnya penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran. Contoh ketika Kain diusir oleh Allah setelah membunuh adiknya Habel di Kej 4:14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." 
Kain takut dan khawatir ada orang yang akan membunuhnya!

Amsal mengatakan "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia." (Amsal 12:25)

Bagaimana dengan zaman sekarang? Hampir semua manusia dilanda kekhawatiran setiap saatnya. Hampir setiap keadaan selalu membuat kita takut. Kemarin ada pesawat terbang Germanwings yang menabrak gunung dan ternyata sengaja ditabrakkan oleh Co Pilot nya.
Apakah ini tidak membuat kita khawatir ketika bepergian menggunakan pesawat? Pesawatnya ok tidak ya? lalu bagaimana dengan pilotnya? copilotnya? awak pesawat lainnya? adakah teroris di dalam pesawat kita? ini yang diudara
Bagaimana yang didarat? adakah begal ditengah jalan? apakah tetangga kita anggota ISIS? dlsbnya.  

Dalam kehidupan sehari-hari kita khawatir akan masa depan kita, anak-anak kita, orang tua kita. Kita takut akan masalah kesehatan, keuangan dan kebahagiaan.
Jadi seluruh keadaan akan membuat kita khawatir dan takut.

Kembali ke ayat 6! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa dekat sih, hubungan kita dengan Allah? Coba periksa dengan seksama karena ini kunci jawaban untuk mengatasi kekhawatiran!
Pada pertemuan wilayah bulan Febuari kita masih ingat tentang Yohanes 15:7-8
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Apakah Firman Allah hidup dalam diri kita?
Kalau ya, maka ayat 7 menjawabnya  "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." (Amsal 3:5-8)
Maka Damai sejahtera Allah menangani kekhawatiran kita! 

Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Fili 4:8-9)
Positif thinking atau berpikir positif.
Setelah menjelajahi 4 ayat yang penuh dengan harapan dan sukacita maka sekarang kita memasuki tahap harapan yang diubah menjadi kenyataan dan penguatan. Paulus mengajarkan dengan bahasa yang jelas dan tegas bahwa Suka cita dalam segala keadaan, bagaimana menghilangkan rasa khawatir yang membelenggu, kini keadaan ini harus dipelihara dengan baik atau dikuatkan yaitu (8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (9) Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Dalam dunia sekular kita mengenal positif thinking, kaum motivator selalu mendengungkan positif thinking!
Mereka katakan dengan merubah pikiran kita dari negatif menjadi positif maka apa yang kamu cita-citakan pasti berhasil. 
Berpikir positif adalah sikap mental seseorang untuk memasukkan pikirannya dengan hal-hal yang positif yang membangun, mendengarkan kata-kata yang baik dan jangan mau mendengarkan hal-hal buruk sekitar kita. Pandanglah segala sesuatu yang membakar semangat bisa melihat benda atau gambar-gambar yang mempengaruhi kita secara positif, misalnya kita mengidamkan mempunyai mobil mercedes, maka taruhlah gambar mobil idaman kita di kamar, dikantor, jadikan sebagai background laptop atau gadget kita. Maka hal-hal yang sifatnya konstruktif ini melahirkan kebiasaan-kebiasaan positif seperti: jiwa yang selalu optimis, percaya diri, kreatif, dan sebagainya. Dan sangat berbeda bila seseorang berpikir negatif yang hanya akan melahirkan kebiasaan-kebiasaan negatif, seperti: Jiwa yang pesimis, rendah diri, reaktif, dan lain-lain.

Tetapi kita harus hati-hati apa yang ditawarkan dunia, karena di dalamnya ada jebakan, dan sangat berbeda dengan yang ditawar Paulus di ay 8-9. 
Mengapa? 
Konsep tentang berpikir positif yang dunia tawarkan tampaknya sama  dengan yang Paulus tulis, tetapi dipenghujungnya sangat jauh berbeda. 
Yang dunia tawarkan adalah mengenai kekuatan pikiran kita sehingga tanpa sadar kita telah mengillahkan pikiran kita, kita mengtuhankan kekuatan pikiran kita. Inilah konsep yang salah itu, dan bertolak belakang dengan ajaran Kristus.
ayat 8 mengajarkan kita untuk hidup yang berfokus kepada Kristus, jangan kepada hal positif yang lainnya, karena tidak ada  yang suci di dunia ini kecuali Yesus! maka Damai sejahtera tidak akan meninggalkan kita!

Kembali mundur sedikit kepada kesaksian teolog Jim, perlu saya tambahkan disini pengalaman beliau. Ketika semua teman-temannya mengetahui bahwa putri nya lahir cacat, ada seorang pendeta senior yang telah mereka kenal bertahun-tahun mengajak Jim serta istrinya untuk makan siang bersama. Saat Jim sedang makan salad, pendeta itu bertanya,"Siapa diantara kalian yang telah melakukan dosa, Jim, kamu atau istri kamu?" Jim bertanya, "Maaf, apa maksud Anda?" Pendeta berkata,"Ya, setidaknya ada satu di antara kalian atau malah kalian berdua telah melakukan dosa sehingga semua itu terjadi."
Komentar ini sangat mengganggu Jim dan istrinya dan hal seperti ini banyak sekali terjadi dikehidupan kita, ketika kita mengalami sakit, atau kesialan lainnya, selalu dikonotasikan dengan dosa yang telah kita perbuat, seolah-olah Allah yang mereka gambarkan itu demikian jahat dan kerdil.

Jim dan istrinya mengisi pikiran-pikiran yang suci yang baik seperti ayat 8 ini dan berfokus hanya kepada Allah yang Kasih, dan ketika Damai Sejahtera Allah melingkupi kehidupannya, Jim dan Istri tahu bahwa inilah cawan yang ia harus terima, bukan karena dosa apa dan kenapa! Allah tetap dimuliakan oleh mereka berdua dalam penderitaan yang Jim dan istri rasakan. Inilah yang dimaksud dengan ayat 9, ketika ia dan istrinya melakukan hal yang Alkitab ajarkan maka Allah sumber damai sejahtera menyertai Jim dan keluarganya.

Apapun yang terjadi didalam kehidupan kita , selama fokus kita hanya kepada Allah, maka tidak ada yang dapat merampas sukacita kita, karena Damai Sejahtera Allah ada selalu bersama kita!

Kesimpulan:
Bersukacita di dalam Tuhan dapat kita laksanakan jika Damai Sejahtera Allah ada di dalam hati kita.
Damai sejahtera Allah ada di dalam hati kita, jika Firman Allah hidup di dalam diri kita!

Bogor, 31 Maret 2015
Luki F. Hardian

Catatan:
Kisah James Bryan Smith merupakan kisah sejati yang mereka alami, dan dapat dibaca dalam buku "The Good and Beautiful God. Buku ini dapat mengubah konsep yang salah mengenai Allah! Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Literatur Perkantas Jatim.


20150303

Renungan "Hidup dalam Kasih Allah"

Gal 5:22-24 dan 1 Yohanes 4: 7-21

"Kasih"
Ajakan dan pengajaran!
Ayat 7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi , sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Ay 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

Hasil gambar untuk hidup dalam kasih AllahInilah ajakan dan pengajaran Rasul Yohanes kepada jemaat mula-mula, dan ajakan serta ajaran ini ternyata masih berlaku hingga saat ini, setelah 2000 tahun sejak ditulisnya surat edaran yang dibuat oleh Rasul Yohanes.
Karena masih banyak manusia walau mereka mengaku sebagai orang-orang Kristen hidupnya jauh dari Kasih. Nampak dalam kehidupannya tidak memiliki Kasih!

Pelajaran bulan lalu adalah 'di dalam Yesus kita berbuah banyak', suatu pelajaran dimana kita harus hidup bersatu atau tinggal di dalam Pokok Anggur yang benar. Dan ketika hidup bersatu dengan Kristus maka kita akan berbuah banyak, seperti yang di tulis pada Gal 5:22-24:
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Buah Roh yang pertama ditulis adalah 'Kasih', dan mengenai betapa pentingnya 'Kasih' dapat pula kita baca pada 1 Kor 13 bagaimana Rasul Paulus mengajari kita tentang Kasih.

Mengapa sudah demikian banyaknya kata Kasih dalam penghidupan kekristenan, namun kita masih sulit menerapkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah seorang teman saya dalam kelompok 'Berea' mengatakan bahwa orang Budha lebih berhasil menerapkan kasih daripada orang Kristen. Sungguh menyedihkan bukan?

Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita persamakan dulu persepsi kita tentang Kasih ini. Apa yang dimaksud Kasih oleh Rasul Yohanes atau tentang Kasih yang diajarkan pada PB?
Jika melihat kepada bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani kata Kasih yang terdapat di bacaan hari ini ditulis AGAPE, yaitu kasih Allah, kasih tanpa pamrih.

Seperti apa sih kasih Agape ini ? Secara sederhana dapat dikatakan kasih Agape adalah tanpa pamrih, cinta tanpa pamrih.
Kalau kita bertanya kepada pasangan yang sedang berpacaran, mengapa engkau mencintai dia? atau kalau kita bertanya mengapa ia bisa bersahabat dengan dia. Maka jawabannya bisa macam-macam, misalnya dia mengerti akan kesukaan saya, saya menyukainya karena ia pandai, cantik dan ramah. Ia adalah seorang teman yang selalu memberi perhatian kepada saya. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya.
Ini bukan kasih Agape! Karena ada pamrih di dalam nya. Seperti; saya tidak mencintainya lagi karena sekarang dia sudah tidak mengerti akan kesukaan saya, ternyata setelah dijalankan ia tidak sepandai yang saya duga, dlsbnya. itulah sebabnya banyaknya perceraian, karena sudah tidak ada kasih antar keduanya! Atau dalam pergaulan dengan sahabat, saya sekarang tidak menyukainya lagi karena sudah tidak memberikan perhatian kepada saya.

Adakah Kasih yang abadi? Ada, yaitu Kasih Allah yang disebut Agape, kasih yang tanpa pamrih. Mengapa Allah mengasihi saya? Karena tidak ada pamrih di dalamnya! Allah mengasihi kita apa adanya, walaupun tahu bahwa kita sering mengecewakan dia. Ia hanya minta hidup dekat denganNya, dan ketika kita menolakNya, Ia tidak membuang kita tetapi tetap menantiNya.

Oleh karena itu kalau kita sudah hidup menempel pada pokok anggur yang benar yaitu Kristus maka sudah seharusnya kita mengerti tentang Kasih, dan mau menerapkannya seperti di ayat-ayat yang kita baca ini.
Kasih ini memang paling sulit dikerjakan, sulit diterapkan, mudah diucapkan. Contohnya :"Adakah orang, pasangan, saudara atau teman yang hingga kini saya masih belum bisa mengasihinya?"

Allah adalah Kasih
Buktinya:
Ay 9-16
4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

Sangat jelas yang dikatakan ayat 9-10, kalau Allah tidak mengasihi manusia tidak mungkin Ia mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, demikian juga yang difirmankan pada Yoh 3:16. Suatu bukti yang kuat, bukan?
Siapakah kita manusia sehingga Allah demikian mengasihi kita? Sebenarnya kita adalah manusia yang tidak layak dihadapan Allah, kita sebenarnya layak dimusnahkan di api neraka, karena demikian berdosanya kita ini. Ini pula yang merupakan jeritan pemazmur di Mazmur 8 : 5-6.

4:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 4:12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 4:13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. 4:14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. 4:15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. 4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Setelah membaca ayat-ayat di atas ini, maka kita mengerti bahwa sifat Allah yang utama adalah Kasih. Inilah keunikan hubungan orang Kristen dengan Allah yang tidak dipunyai oleh agama lainnya. Bagi orang Kristen Allah yang lebih dahulu mengasihi kita, bukan kebalikannya!
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering terpengaruh oleh budaya yang telah berumur ribuan tahun yaitu penimbangan dosa, perhitungan pahala dan jumlah kebaikan yang telah kita kerjakan (pengaruh Zoroaster)
Contoh; Saya memberikan perpuluhan, karena saya ingin Allah memberkati saya lebih besar, atau karena saya takut rejeki saya diambil Allah. Saya telah banyak memberikan derma, bantuan agar kasih saya diperhitungkan Allah hingga bisa mengurangi dosa saya.
Perhatikan cerita dibawah ini:
Ada seorang pria yang sering menipu kesana kemari, sehingga namanya buruk. Sampai suatu saat ia sudah tidak dapat menipu lagi dikota asalnya, karena namanya sudah cemar. Maka merantaulah ia ketempat yang jauh. Ditempat yang baru ini ia telah ditobatkan dan hidup baru dan bahkan sekolah teologia dan menjadi seorang pendeta! Ia banyak berbuat baik, mau pelayanan ketempat kumuh sekalipun, mau mengurus yatim piatu dan banyak anak asuhnya. Bisakah Ia menghapus dosa lamanya yaitu menipu? Dan ketika salah seorang yang pernah ditipunya datang kepada dia, dan ia mengatakan hutangku sudah lunas karena saya telah mengurus banyak anak asuh. Coba kita pikirkan baik-baik, adilkah sistem ini?

Setelah kita mengerti dengan benar bahwa Allah itu Kasih, maka jika kita perlu mengambil saat teduh dan memikirkan apakah saya sudah merasakan Kasih Allah itu? (jangan terburu-buru, biarkan diri kita tenang)
Apa contohnya? Jangan ambil ayat dari Alkitab, tapi apa yg Alkitab katakan, saya sudah rasakan.

Hidup dalam Kasih Allah
Praktekkan!
ay 17-21
4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Apa yg dimaksud dengan takut disini (ay 18)? Apakah takut dalam menghadapi tekanan hidup? Atau takut menghadapi hari penghakiman? Jika kita perhatikan ayat 17 maka yang dimaksud dengan takut itu adalah tidak berani menghadapi hari Penghakiman. Ini suatu hari yang harus kita hadapi sebagai orang yang percaya kepada Kristus, karena Ia harus hadir untuk ke 2 kalinya, yaitu saat penghakiman nanti! Kita tidak boleh abaikan hal ini, karena pasti terjadi. (Mat 11:22-24; Yoh 5:22)

Jadi bagaimana kita pasti dan yakin berani berhadapan dengan Allah nanti! Kita berani karena kita telah hidup dalam Kasih Allah, dan kita telah merasakannya hidup dalam Kasih Allah.
Salah satu bukti saya hidup dalam Kasih Allah, saya sudah tidak membenci saudara saya, walau ia sering menyakiti saya.

Kesimpulan:
Hidup dalam kasih Allah hanya dapat dibuktikan ketika sudah tidak ada lagi kebencian, dendam terhadap orang yang menyakiti saya, walau seberapa dalamnya pun luka hati saya!

Salam sejahtera dalam Kristus,
Bogor, 01 Maret 2015
Luki F.Hardian