Jumlah Pengunjung

20160812

Renungan " Lidia - Seorang Wanita Karier "


Lidia - Seorang Wanita Karier 
(Kis 16:14-15 dan ayat 40)
14. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya. 

 (40) Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.

Allah membukakan hati (Ayat 14). 
Apa yang sebenarnya di cari oleh manusia di seluruh dunia? Atau mungkin yang lebih spesifik :"Apakah yang engkau cari di dunia ini?" Jika mendadak ada orang yang bertanya kepada kita, pertanyaan tersebut, apa kira - kira jawaban kita?
Menurut majalah Observer : "Everybody wants what feels good. Everyone wants to live a carefree, happy and easy life, to fall in love and have amazing sex and relationships, to look perfect and make money and be popular and well-respected and admired and a total baller to the point that people part like the Red Sea when you walk into the room".

Ketika melihat apa yang ditulis oleh majalah Observer dan mempelajarinya, ternyata bisa lebih dari satu yang kita dambakan. Yang sedang tertekan hidupnya tentu ingin "feels good", yang sedang tidak baik hubungan suami - istri tentu mendambakan "Happy and easy life". Yang merasa kehilangan jati diri, hidup tidak dianggap oleh lingkungannya tentu mendambakan "be popular and well-respected"
Dan masih banyak lagi dan mungkin tidak termasuk yang didaftar oleh majalah Observer.

Yang menjadi pertanyaan penting selanjutnya adalah "Apakah mudah mendapatkan semuanya itu?"
Manusia mengais-ngais hal yang sebenarnya tidak penting, maksudnya bukan hal yang utama! Hal yang sia-sia, akan tetapi manusia dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. Akibat dari semuanya itu maka di dunia saat ini ada kurang lebih 4200 agama. Inilah manifestasi manusia untuk mendapatkan hal yang sia-sia? Mungkin banyak orang yang tidak setuju dengan pendapat ini, akan tetapi apapun alasannya, ada satu kebenaran bahwa  begitu banyaknya agama didunia yang timbul dikarenakan agama yang semula ia anut sudah tidak bisa lagi memuaskan dirinya. Kalau sudah puas kan tidak mungkin mencari yang lain?

Jadi dalam hidup kita ini ada demikian banyak pertanyaan, keinginan, ambisi atau yang lainnya, dan ketika kita tidak menemukan cara untuk mendapatkannya, kita menjadi marah, jengkel dan putus asa.
Mengapa kita tidak kembali saja kepada Alkitab? Ya, Alkitab!

Pada Lukas 12:30 dikatakan "Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu."

Untuk lebih jelas tentang arti kehidupan, mari kita telaah bacaan firman Allah hari ini mulai dari Kisah 16:14. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. 

Lidia adalah seorang wanita kaya, yang mempunyai profesi sebagai penjual kain ungu dari kota Tiatira.
Kota Tiatira terletak di daerah Turki, daerah Asia. Ia seorang wanita Asia yang sukses, meninggalkan berbagai pembatasan di Tiatira untuk mencoba memajukan bisnisnya di Filipi, kota yang lebih terbuka baginya. Filipi terletak di Yunani, dataran Eropa.
Kalau melihat perjalanan dari Lidia, bisa menggambarkan bagaimana seorang wirausaha yang tidak berbeda dengan zaman sekarang. Seorang pebisnis tentu tidak terikat oleh satu wilayah, ia akan mencari daerah yang dapat mendatangkan laba.
Lidia adalah seorang non Yahudi yang pindah agama Yahudi. Ia sembahyang di tempat sembahyang orang Yahudi di tepi sungai bersama dengan para wanita Yahudi lainnya. Mereka nampaknya tidak memiliki sebuah synagog, sehingga mereka pergi ke tempat ini, di tepi sungai itu untuk berdoa pada hari Sabat. Paulus dan rekan-rekannya datang dan berkhotbah kepada sekelompok wanita ini. Dan ayat ini berkata bahwa Lidia "turut mendengarkan." (Kis 16:13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.)

Lidia hidup di Tiatira sebuah kota yang merupakan muara pertemuan banyak bangsa. Sifat kosmopolitan daerah itu terbukti dari berbagai nama yang telah ditemukan pada monumen-monumen kuno. Keanekaragaman tersebut juga tercermin dalam kecenderungan daerah itu untuk menjadi tempat pemujaan kepercayaan yang politeis. Objek pemujaan yang terutama ialah Apollo, yang disembah sebagai dewa matahari dengan nama Tirannus, tetapi ia hanyalah satu dari banyak dewa lainnya.  Jadi demikianlah suasana kebudayaan, industri, dan agama di tempat Lidia berasal.
Meskipun demikian, pada suatu ketika Lidia meninggalkan Asia Kecil dan pindah ke Filipi, kota utama di Makedonia (sekarang wilayah Yunani utara), yang jauhnya memerlukan perjalanan dua hari melalui Sungai Aegea dan menyusuri hampir 240 km perjalanan ke arah pantai dari propinsi Lidia—tentunya bukan perjalanan mudah di abad pertama. Alasannya untuk pindah ke Filipi mungkin beragam, tetapi salah satu faktor pemicunya mungkin karena orang-orang di Filipi mempunyai pandangan yang lebih luas tentang hak-hak wanita daripada kebudayaan di Asia Kecil. Alhasil, Lidia mempunyai lebih banyak kebebasan di Filipi daripada di Tiatira, dan luasnya kebebasan inilah yang membuatnya berhasil menjadi pebisnis wanita yang sukses. (Paragraf ini disunting dari buku Sorotan Iman)

Ada suatu pertanyaan dalam kehidupan Lidia ini, bagaimana seorang yang bukan orang Yahudi bisa tertarik dan mengikuti ajaran agama Yahudi. Padahal ia dibesar di dua kota kafir saat itu, baik Tiatira maupun Filipi, kedua-duanya kota modern pada saat itu. Kota Sekuler!
Karena hal ini tidak diungkapkan dalam Alkitab, kita hanya bisa menebaknya dalam sudut pandang manusia yang terbatas ini. Saya pikir mungkin Lidia juga seperti manusia pada umumnya mencari sesuatu yang bisa membawa kebahagiaan, kehidupan yang tenang, dan terbebas dari masalah. Kepercayaan orang-orang sekitarnya terhadap dewa-dewa, tidak membawa Lidia kepada sukacita yang ia cari. Oleh karena itu ia mulai berpindah dengan mengikuti kehidupan orang Yahudi, yang pada hari Sabat berkumpul bersama dan mempelajari Firman Allah. Di sinilah Lidia berlabuh, hatinya mulai terpaut kepada Allah yang Benar, Allah yang patut disembah.
Sampai Akhirnya ia bertemu Paulus dalam sebuah kesempatan. Tuhan membukakan hatinya, sehingga ia menerima dan percaya kepada Kristus sesuai yang diberitakan oleh Paulus.

Proses pencariannya memperoleh hasil, hasil ini diberikan oleh Allah. Allah bekerja dengan ajaib dan tidak terduga. Segala sesuatu Allah lah yang menentukan. Demikian juga pertemuan dengan Paulus, bukanlah suatu kebetulan, semua sudah diatur oleh Allah. Rasul Paulus dihentikan oleh Roh Kudus dari pergi ke Asia yang menjadi salah satu dari provinsi Roma (Kis. 16:6). Ia bermaksud pergi ke Bitinia namun, lagi, Roh Allah menghentikan dia (Kis. 16:7). Kemudian Allah mengirim suatu penglihatan kepada Paulus pada suatu malam, memanggil dia untuk menyeberang ke Makedonia, di Yunani (Kis. 16:9).  "Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana" (Kis. 16:10). 
Kita dapat melihat bagaimana pekerjaan Allah melalui bacaan ini, ajaib dan mengagumkan.

Melihat itu semua, ada satu pelajaran yang menarik. Bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah. Di dalam penghidupan jika kita diberi kesempatan untuk memberitakan injil dan seseorang menjadi percaya, itu bukan perbuatan atau kehebatan kita, melainkan semuanya adalah pekerjaan Allah. Jadi kita tidak boleh sombong dalam hal ini, seolah-olah kitalah yang hebat sehingga orang tersebut bertobat!
Demikian juga kebalikannya, ketika kita memberitakan Injil, dan tidak satu orangpun yang mau bertobat, kitapun tidak perlu berkecil hati, apalagi putus asa. Karena hal ini pun pekerjaan Allah, karena tidak ada orang yang dibukakan hatinya oleh Dia!  Roma 8:28, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

Dan ketika kita ada dalam posisi Lidia, yang menerima pelajaran dari Paulus. Apa yang kita peroleh dari pembelajaran ini? Kehidupan Lidia saat itu sebenar tidak berbeda dengan kehidupan sekarang. Berhala yang ada pada saat itu adalah dewa-dewa yang disembah manusia saat itu, sedangkan 
Berhala saat ini tersamar tapi tetap disembah dalam hati, didambakan dalam hati, seperti kekayaan, jabatan, penghargaan diri dlsbnya. Nah untuk hal-hal itu, apakah kita tetap sibuk dengan hal-hal pencapaian dunia, dan hal-hal duniawi lainnya? Apakah ketika kita duduk dalam Gereja benar-benar hati kita siap dibukakan oleh Allah? Atau hanya duduk diam dan sedikitpun tidak mau mengerti apa yang di Khotbahkan atau yang di ajarkan? Karena hati kita tertutup untuk Firman Allah? Kita bergereja hanya sekedar ke Gereja, tanpa mengerti kenapa kita ke Gereja, dan untuk apa ke Gereja?
Disinilah kita harus hati-hati, kita harus belajar dari Lidia. Jangan sampai terlambat! Ada sebuah konsekuensi yang harus kita bayar ketika kita mengaku sebagai orang Kristen! Yaitu bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak mengenalNya. Kalau kita mengenalNya tentu kita akan mengikuti firmanNya. Bagaimana kita mengikuti firmanNya, sedangkan kita tidak pernah membaca firmanNya!
Yohanes 8:55 padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.

Respon Manusia
Ayat 15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya

Lidia mengaku percaya, kemudian ia meminta ketegasan kepada Rasul Paulus tentang kebenarannya bahwa ia telah percaya. Ia pun berubah seketika, hati yang penuh sukacita itu ia bagikan kepada sesamanya.
Rasa syukur kepada Kristus mendorong Lidia untuk melakukan sesuatu bagi nama- Nya. Ia membujuk Paulus dan para pengikutnya untuk tinggal di rumahnya dan mengizinkannya untuk melayani dan menolong mereka. Dengan melakukan hal ini, ia menunjukkan sesuatu yang sering kali dianjurkan Alkitab kepada kita: kemurahan hati untuk menerima orang di rumah kita.
• Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat (Ibr. 13:1-2). 
• Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Ef. 4:32). 
• Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! (Rm. 12:13). 
• Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat. 25:40).
Inilah yang diperbuat oleh Lidia.

Bagaimana dengan diri kita yang telah mengaku percaya kepada Kristus? Perubahan apa yang telah kita lakukan? 
Ketika melihat perubahan yang terjadi pada Lidia, ada satu pelajaran yang menarik yang dapat kita ambil yaitu jika asumsi saya benar bahwa Lidia berpindah agama karena mencari sesuatu yang ia dambakan atau inginkan, ini berarti yang menjadi subjek adalah dirinya sendiri. Demikian juga tentang adanya begitu banyak agama di dunia seperti yang disebut di atas, ini juga besar kemungkinan hanya sekedar mencari Allah untuk memenuhi kebutuhan diri manusia. Manusianya yang menjadi Subjek sedangkan Allah hanyalah objek. Kita semua menjalankan agama kita hanya sebatas Mythical Literal faith (menurut James Fowler), artinya secara bebas bisa diartikan bahwa kita beriman kepada Allah karena takut dikutuk, takut tidak dapat rejeki, takut masuk neraka, takut usaha kita mandek, atau kita beriman kepada Allah karena ingin disembuhkan dari penyakit berat, ingin tambah sukses. Jadi kalau disimpulkan semuanya berpusat pada diri kita sendiri, dan Allah tanpa sadar adalah pesuruh kita.
Inilah yang tidak boleh terjadi! Lidia berubah seketika, dirinya bukan  menjadi subjeknya, ketika ia mendengar tentang Yesus yang diajarkan Paulus, ia merasa ada yang lebih berharga daripada kekayaannya yaitu Kasih Anugerah Allah. Ia pasti mengerti arti pengorbanan Kristus di Kayu Salib.
Inilah yang harusnya kita lakukan seperti Lidia.
Ingatkah ketika kita pertama kali menyatakan percaya kepada Kristus, apa yang kita rasakan? Apakah ada perasaan yang luar biasa yang masuk kedalam hati kita, sehingga kita mau dibaptis?
Mengapa hal yang baik itu kita lupakan dengan berjalannya waktu! Kita kembali hidup tidak beda dengan sebelum menerima Kristus? Ini disebabkan hati kita tertutup untuk Roh Kudus yang mengubahkan.

Haruslah kita waspada, sungguh jangan dianggap sepele! Karena itu berarti kita tidak memahami kebenaran yang paling sederhana tentang Injil. Ada sesuatu yang gelap dan Setan yang membutakan mata kita. Paulus sendiri mengatakan bahwa ini benar, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah" (II Korintus 4:3-4). 
Sungguh mengerikan dan menyedihkan. Segeralah bersujud di kaki Yesus, mohon pertolongan kepada Nya agar diberikan Roh Kudus untuk melepaskan belenggu dosa dalam kehidupan kita. 
Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus" (II Korintus 4:6). 

Kesetiaan
Ayat 40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.

Sebelum masuk kepada ayat 40, ada baiknya kita membaca juga ayat sebelumnya yaitu dari Kis 16: 16-39 yang menceritakan perjalanan Paulus selanjutnya, kemudian dipenjara dan dibebaskan oleh Allah dengan ajaib! Segera setelah bebas, Paulus dan Silas kembali kerumah Lidia. Rumah Lidia sekarang sudah merupakan tempat berkumpulnya orang-orang percaya baru.

Dari ayat 40 ini kita juga dapat belajar banyak, perubahan yang terjadi pada Lidia berlangsung terus dan makin meningkat. Iman Lidia tidak stagnan melainkan tumbuh. Bagaimana dengan diri kita masing-masing?
Mari kita periksa diri kita masing-masing, sudah berapa tahun kita dibaptis, dan mengaku percaya kepada Kristus? Lalu bagaimana dengan perjalanan iman kita? Berubahkah? Makin bertumbuh, atau dari dulu yang begitu-begitu saja?
Memeriksanya mudah sekali untuk membuktikan apakah iman kita bertumbuh atau tidak. Kala kesusahan, himpitan hidup atau beban/ pergumulan hidup yang terasa tidak habis-habisnya datang menerpa, bagaimana sikap kita kepada Kristus? 
Kehidupan kita di Gereja apakah berubah atau mandek? Sehingga orang akan mengatakan, memang dari dulu sifatnya begitu! Sejak muda, saya kenal dia, dia orangnya mudah tersinggung, atau dari dulu memang dia egois, mau menang sendiri, pendapatnya jangan ditentang dlsbnya! 
Hati-hati! Ini ciri-ciri iman yang mandek. Kalau iman kita mandek, apakah masih dapat dikatakan kita benar-benar percaya kepada Kristus?
Yakobus 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Kesimpulan:
Jadikanlah Allah menjadi Subjek dari segala aspek kehidupan, dan kita yang menjadi objeknya, jangan dibalik. 
Yakobus 1 : (22) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (23) Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. (24)Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (25) Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Bogor, 12 Agustus 2016
Luki F. Hardian












20160708

Miryam - Sang Saudara Perempuan


MIRYAM - Sang Saudara Perempuan (Kel 2:4-10 ; Bil 12 : 1-10)

Keluaran 2:4-10
2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. 2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani. " 2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" 2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. 2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."

 Pemberontakan Miryam dan Harun
(1) Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. (3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (4) Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. (5) Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. (6) Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. (7) Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. (8) Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" (9) Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. (10) Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!


Permulaan Pelayanan ( Kel 2:4-6)

Berdasarkan tema yang telah ditentukan oleh Gereja Kristus Bogor, untuk pertemuan wilayah bulan Juli 2016 yaitu Miryam- Sang Saudara Perempuan. Maka renungan kali ini tidak membicarakan tentang Musa, melainkan tentang Miryam- sang saudara perempuan dari Musa. Akan tetapi jika membahas hanya dari Keluaran 2:4-10 saja rasanya kurang lengkap untuk menggambarkan bagaimana hubungan antara Miryam dengan Musa untuk waktu yang panjang, mungkin hubungan itu terjalin lebih dari 90 tahun. Untuk itu ada baiknya juga nanti kita buka bagian dari Alkitab di Bilangan 12, dan beberapa ayat tambahannya.

Saya dilahirkan sebagai anak laki-laki pertama dengan dua orang adik perempuan. Mengingat masa kecil dulu, ada satu hal yang paling tidak disukai adalah melaksanakan perintah dari orang tua saya untuk menjaga adik saya. Suatu pekerjaan yang mengganggu, tetapi pekerjaan itu harus juga dikerjakan karena takut kepada ayah saya. Mungkin kalau ditanya kepada adik saya, pasti ia akan bercerita bahwa kakaknya penuh dengan keluhan dan omelan ketika sedang menemani dia, baik di sekolah atau di rumah. Jadi dapat diartikan saya bukanlah seorang kakak yang baik.
Beberapa bulan yang lalu, waktu perjalanan pulang dari Singapura, saya kebetulan satu pesawat dengan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, anak perempuannya dan anak lelakinya yang masih kecil-kecil, yang lelaki mungkin berumur kurang lebih 3 tahun. Saya memperhatikannya karena merasa terganggu oleh tingkah anaknya yang laki-laki itu, sangat aktif, rewel dan mengganggu. Tetapi kejengkelan itu saya tahan ketika melihat ayahnya tidak berbuat apa-apa, ia hanya duduk diam dan bergeming. Yang sibuk adalah anaknya yang perempuan menjaga adiknya, merayu adiknya, agar mau makan, agar mau duduk diam dlsbnya. Terlihat begitu sabar sang kakak menjaga adiknya, padahal mungkin sang kakak tidak lebih berumur 9 tahun.
Ketika menunggu bagasi di terminal kedatangan, saya melihat anak laki-laki itu naik ke ban berjalan dan berlari-lari, sehingga membuat repot sang kakak. Saya mencoba membantunya untuk memegang sang adik, yang kemudian sang kakak menggendong adiknya itu. Sambil menunggu bagasi saya mulai bertanya kepadanya, dan benar dugaan saya bahwa ketika ia baru saja duduk di kelas 4SD, dan dia anak yang pertama. Sang ayah sama sekali tidak peduli keadaan sekelilingnya, seperti orang yang sedang dilanda masalah berat. Dengan tidak hadirnya sang ibu, tentu saja menimbulkan banyak pertanyaan dalam hati saya, dan hal inilah  yang membuat saya iba melihat sang anak perempuan tersebut, seolah-olah menggantikan peran ibunya.Bagaimana ia sibuk mengendong adik, sambil menarik-narik kopernya. Saya membantu mengambilkan barang-barangnya, tanpa berani bertanya-tanya.

Melihat bagaimana kakak perempuan menjaga adiknya tanpa mengeluh dan marah-marah, saya dapat mengerti juga akan hal bagaimana Miryam demikian setia menjaga adiknya. Ia pasti mengasihinya. Ia setia menjaga adiknya, tanpa berpikir macam-macam, yang ia pikirkan hanya menjaga adiknya agar selamat! Ia tidak tahu bahwa adik yang dijaganya itu kelak menjadi Musa. Seorang tokoh besar dalam sejarah manusia, terutama bagi kita yang mengaku pengikut Kristus.
Pada kejadian tersebut tidak seorangpun tahu termasuk ibunya bahwa  bayi yang diapungkan dalam keranjang di tepi sungai Nil itu akan menjadi tokoh besar yang berkenan di hadapan Allah. 

Melihat apa yang dikerjakan oleh Miryam, ini suatu  perjuangan yang cukup berat bagi seorang remaja perempuan untuk mengawasi adiknya itu dalam situasi gawat dan darurat. Karena jika sampai tertangkap oleh para mandor orang Mesir, akibatnya sangat berat, ada kemungkinan baik dirinya maupun adiknya akan dibunuh sesuai dengan peraturan yang berlaku saat itu. 
Keluaran 1:16 "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.
Keluaran 1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."

Tidak dijelaskan sudah berapa lama bayi itu di apungkan di sungai Nil, karena Alkitab tidak menjelaskan lebih jauh. Hal tersebut tidak perlu kita perdebatkan, yang jelas Alkitab pada bacaan ini ingin menceritakan kepada pembacanya sebuah kisah sejarah yang sangat penting bagi umat Israel serta umat manusia umumnya (umat yang percaya kepada Kristus). Kisah sejarah ini  mengungkapkan pekerjaan Allah yang tak terduga untuk umat pilihannya. Pada ayat 5 terlihat bagaimana cara kerja Allah yang ajaib, diceritakan bagaimana seorang puteri Firaun melihat keranjang yang terapung ditepian sungai Nil, di ayat 6 menjelaskan bagaimana puteri Firaun juga seorang yang berwawasan, sehingga ia tahu itu pasti bayi bangsa Ibrani.
Ini suatu kebetulan yang membawa keberuntungan bagi kebanyakan orang-orang duniawi, sedangkan bagi orang-orang percaya, kita percaya ini bukan kebetulan melainkan ini adalah pekerjaan dan rencana Allah.

Sebelum kita membahas ayat-ayat selanjutnya, ada baiknya juga kita memeriksa, apa yang dapat kita petik dari 3 ayat pertama ini. Bagaimana hubungan kita dengan saudara kandung kita? Apakah kita saling menjaga satu dengan yang lainnya? Seperti yang dilakukan Miryam.
Ketika kita menjaga, memelihara hubungan yang baik dengan saudara kita itu dilakukan dengan tulus atau ada motivasi tertentu, misalnya karena saudara kita itu mempunyai harta yang banyak, pengaruh yang besar, atau mempunyai kepandaian tertentu, sehingga ada kemungkinan ia pun akan menolong kita dikemudian hari?
Atau bahkan kita sudah sekian tahun tidak bertegur sapa satu dengan yang lainnya? Mungkin saat ini kita sedang bertarung dipengadilan memperebutkan harta warisan? Mungkin saat ini kita sedang sakit hati kepada saudara kita, yang tidak mau menolong kita kala kita kesusahan!

Alkitab mengajarkan kepada kita,  (1 Yohanes 4:20-21) Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
Kasih kepada saudara ada kasih tanpa syarat. Inilah bentuk dasar dari pelayanan, seperti yang Miryam kerjakan merupakan masa permulaan pelayanannya.

Masa pelayanan (Kel 2: 7-10)

Kala kita mempelajari tentang kisah Miryam dan Musa, kita mengerti bahwa peran utama dari kejadian ini tidak bisa lepas dari Yokhebed sang ibu dari keduanya. Mengenai Yokhebed tidak diceritakan secara detail dalam Alkitab, tetapi dari bacaan yang singkat mengenai dia maka kita percaya bahwa ia adalah ibu yang luar biasa ( khusus mengenai Yokhebed pernah dibahas pada pertemuan wilayah bulan Feb 2016). Jadi sumber kasih Miryam kepada adiknya, sumber keberanian dan kepandaiannya adalah hasil didikan sang ibu.

Miryam terbukti bukan hanya anak yang patuh kepada orang tuanya, melainkan iapun pintar serta berani.
Ketika Miryam melihat pandangan belas kasih di wajah perempuan Mesir itu, ia tidak ragu-ragu. Ia melangkah keluar dari tempat persembunyiannya dan dengan berani berbicara kepada putri Mesir itu. Seorang gadis budak yang memberikan usulan kepada seorang anggota keluarga kerajaan merupakan tindakan berani dan mempertaruhkan nyawa. Meskipun demikian, keberaniannya mendorong Miryam memberikan usulan yang kemudian diterima oleh putri Firaun. "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan putri?" (Kel. 2:7). Bagaimana hasilnya? Tampaklah di sini bagaimana Allah bekerja. Putri Firaun menyetujuinya langsung (Kel 2:8), dan bukan hanya itu Putri Firaun juga  meminta Yokhebed untuk menyusui dan merawat hingga anak atau bayi itu cukup besar (Kel 2:9).
Masa menyusui dan merawat ini tentunya bukan waktu yang singkat, pasti kegiatan ini dilakukan bertahun-tahun, tidak tahu persisnya. Hanya pada ayat 10 dikatakan ' Ketika anak itu telah besar... '
Puteri Firaun tetap tidak bisa melupakan bayi tersebut, dan kelihatan ia juga sangat mengasihi sang bayi yang telah besar ini, dengan mengangkat sebagai anaknya, dan kemudian Puteri Firaun memberi nama Musa yang artinya 'Karena aku telah menariknya dari air'.

Miryam melakukan awal pekerjaan dengan baik dan tulus disertai Kasih. Ini merupakan dasar permulaan dalam pelayanan. Ketika Kasih menguasai hidupnya maka pikirannya pun terbuka untuk hal-hal yang baik, sehingga terjadilah seperti bacaan di atas. 
Melalui ayat - ayat inilah kita juga diingatkan kembali, ketika kita hidup dengan penuh Kasih terhadap sanak keluarga kita, maka kita dapat masuk kedalam pelayanan yang sesungguhnya.
Ada dua institusi yang secara khusus diciptakan oleh Allah, pertama adalah Keluarga (melalui pernikahan) dan yang kedua adalah Gereja.
Kita harus sadar bahwa "Keluarga" adalah dibentuk oleh Tuhan dengan mengikut citra Allah, dan ini merupakan inisiatif Allah.  
Kejadian 2:7,18
2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 

Jadi apapun jabatan kita dalam keluarga, baik sebagai Suami, Istri atau anak, kita harus membentuk keluarga sesuai dengan keluarga berdasarkan Citra Allah. Keluarga yang bertanggung jawab di hadapan Allah. Sehingga otomatis kita akan saling melayani satu dengan yang lainnya dalam satu keluarga inti. 

Jika keluarga ini bergabung dengan keluarga-keluarga lain yang juga saling percaya kepada Allah, maka kumpulan inilah yang dinamakan Gereja yang dalam bahasa Yunani disebut ekklesia berarti persekutuan segala orang percaya dari segala tempat dan segala abad yang adalah merupakan tubuh Kristus (Kol. 1:18); sering disebut juga "the invisible church / gereja yang tidak kelihatan secara fisik" (Matius 16:18); jemaat yang berkumpul di suatu kota (KPR. 5:11); jemaat yang berkumpul disebuah rumah (Roma 16:5). Jadi Gereja bukan mengacu kepada gedung melainkan lebih mengacu kepada berkumpulnya orang-orang percaya! Akar kata "Gereja" tidak berhubungan dengan gedung, tetapi dengan orang.
Kembali kepada bacaan hari ini, kita dapat belajar bagaimana sebuah keluarga yang percaya kepada Allah, hidup dalam tekanan, penyiksaan dan perbudakan, yaitu keluarga Amran, tetap bersatu teguh menghadapi masalah yang mereka hadapi!
Bagaimana dengan keluarga kita? Apa yang terjadi ketika ada hal-hal yang tidak menyukakan hati kita dalam kehidupan berkeluarga? Apa yang kita kerjakan ketika terjadi hal-hal yang menekan kehidupan kita?
Ketika persoalan menguasai kehidupan kita maka sukacita kita hilang! Dapat dibayangkan bagaimana orang-orang yang kehilangan sukacita itu berkumpul bersama dan dengan bibirnya mengaku sebagai orang percaya, perkumpulan macam apa yang terbentuk?

Akhir pelayanan.(Bil : 12:1-10)

Ada sebuah buku berjudul "Finishing Well" karya dari Rev. DR. David W. F. Wong, yang meneliti 13 tokoh alkitabiah berdasarkan observasi positif dan negatif dari setiap peristiwa di dalam kehidupan mereka. Tema-tema terkait mencakup konsep menyelesaikan pelayanan dengan baik.
Tidaklah berat untuk memulai sesuatu. Yang berat adalah bagaimana menyelesaikannya dengan baik. Menurut data yang dimilikinya, kurang dari 30% pemimpin yang menyelesaikan tugasnya dengan baik. 

Bagaimana dengan tokoh kita kali ini yaitu Miryam - Sang Saudara Perempuan? Ia memulainya dengan sangat baik. Ia pun setia menemani Musa untuk jangka waktu yang lama sekali bagi ukuran manusia. 
Musa ketika dipanggil Allah untuk tugas membebaskan bangsa Israel dari Mesir telah berumur 80 tahun. Musa berhasil membawa bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau, keluaran 14 : 28-31 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.

Musa sangat berterima kasih kepada Allah melihat kejadian dahsyat tersebut, ia menyaksikan betapa Tinggi dan Luhur Allah yang ia sembah, sampai - sampai ia bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian pujian bagi Allah (Kel 15:1-18). Pada ayat 20-21 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut."

Alkitab menyebut Miryam sebagai Nabiah, suatu penghargaan yang tinggi, dan ini dapat kita bayangkan bagaimana hubungan keduanya. Sang kakak menyaksikan bagaimana bayi yang ia lindungi sekarang menjadi Nabi yang dipilih Allah untuk membebaskan bangsanya. Miryam setia, kasih terhadap Musa untuk waktu yang lebih dari 90 tahun.

Hanya akhir kehidupannya sungguh menyedihkan jika kita lihat pada Bil 12:1-10. Miryam di usianya yang telah lanjut merasa iri / tidak suka melihat Musa, dan karena Musa mengambil istri lagi dari wanita Kush, Bil 12:1-2 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. 
Diakhir kisah pada Bil 12 kita tahu bahwa Allah murka (Bil 12:9-10) dan akibatnya Miryam kena penyakit kusta selama 7 hari ia dikucilkan. Kemudian kisah Miryam tidak diceritakan kembali hanya ada pada waktu ia meninggal. (Bil 20:1)

Saya mengutip dari buku Sorotan Iman mengenai Miryam ; 'Hidup Miryam mirip selimut yang terbuat dari sambungan-sambungan kain perca yang dijahit serampangan. Jarang kita melihat di dalam diri seorang "tokoh kecil" begitu banyaknya aplikasi yang berbeda tentang contoh yang baik dan yang buruk. Miryam menunjukkan keberanian dan belas kasih di dalam melindungi adik bayinya, Musa, dan kesetiaan serta kekuatan di dalam mendukung kepemimpinan Musa di kemudian hari. Ia menunjukkan hati yang menyembah dan kecakapan memimpin ketika menyanyikan pujian kepada Allah di Laut Merah. Namun, sebaliknya, ia menunjukkan sikap mementingkan diri sendiri dan kecemburuan yang besar terhadap kepemimpinan Musa. Alangkah tragisnya kehidupan Miryam, yang diawali dengan begitu baik, tetapi berakhir sebagai seorang penderita kusta."

Bagaimana dengan kita, yang juga merupakan tokoh lebih kecil lagi, mungkin sangat kecil jika dibandingkan dengan Miryam, dalam lingkungan kita? Akankah atau haruskah kita mengakhiri pelayanan kita dengan buruk?
Kita semua menyukai akhir yang bagus (happy ending) dari suatu kisah. Kisah hidup kita belum berakhir. Kita tidak akan pernah tahu kejutan yang disiapkan Allah bagi kita. Kisah kita belum berakhir, sebelum Allah mengakhirinya – dan akhir kisah-Nya selalu sempurna.

Kita mungkin atau mungkin tidak memulai kehidupan Kristen kita dengan baik. Kemungkinan di saat ini, kita sedang atau tidak sedang menjalani dengan baik perjalanan kita bersama Tuhan. Namun, hal yang terpenting adalah: Bagaimana kita akan menyelesaikan hidup kita? Bagaimana kita nantinya menutup babak kehidupan kita? 
Miryam jatuh karena iri hati. Iri hati menurut Rev. Billy Graham adalah salah satu dari tujuh dosa yang mematikan!
Inilah yang perlu kita waspadai, kita harus menaruh perhatian khusus mengenai masalah Hati ini!
Alkitab mencatat banyak masalah iri hati, contohnya Kejadian 4:5-7. Kisah tentang Kain dan Habel yang sangat kita kenal. 
Allah telah mengingatkan Kain:...Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.
Ternyata Kain tidak berkuasa atasnya, oleh karena itu ia membunuh adiknya Habel! Masih banyak kisah-kisah tentang iri hati dalam Alkitab. Dan Amsal 14:30 mengatakan :"Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang."
Kita sudah tahu tentang hal itu tetapi tetap saja kita iri hati! Kita iri hati dalam segala hal, akibatnya dalam keluarga terjadi perpecahan karena iri hati. Hati yang mempunyai penyakit ini dibawa kembali bersekutu dengan sesama orang - orang yang percaya tetapi mereka juga membawa penyakit hati ini. Sehingga dalam perkumpulan orang - orang percaya timbul perpecahan karena penyakit kronis ini telah menggerogoti Tubuh Kristus! Dosa yang mendukakan Roh Kudus, dan tidak diampuni!
Apa yang harus kita perbuat? Apakah dengan disiplin yang kuat setiap harinya agar tidak ada iri hati?
Kalau kita berusaha mendisplinkan akan hal ini maka ini adalah perbuatan agamawi, ini yang diajarkan oleh banyak agama di dunia, dan ini sesuatu hal yang tidak mungkin berhasil. Kemarin kita iri hati melihat teman mendapatkan promosi, lalu kita mendisplinkan diri kita untuk tidak iri hati. Dikemudian hari kita melihat teman sepelayanan di Gereja telah di angkat menjadi Penatua, kita iri hati karena kita melihat ia tidak layak, sebab kita tahu apa yang diperbuat di luar gereja. Hari ini kita iri hati akan satu hal, besok kita iri hati akan hal lainnya. Lalu kembali kita mendisplinkan diri untuk hal- hal ini, demikian seterusnya tidak ada habis-habisnya.
Lalu bagaimana? Hanya ada satu jalan yang pasti berhasil yaitu kembali kepada Kristus, mohon dengan sungguh kehadapan-Nya, karena hanya melalui Dia yang memberikan Roh Kudus yang dapat mengubah kehidupan kita secara total. Iri hati bukannya ditekan di dalam pikiran melainkan diubah olehNya, sehingga hidup kita diperbaharui! Lihat nanti bagaimana Roh Kudus bekerja!
Setelah diperbaharui dengan Roh Kudus maka kita akan benar-benar meresapi dan mengerti tentang Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20:1-16)

Kesimpulan apa yang Alkitab ingin ajarkan:
Melihat sejarah Miryam, kita dapat belajar, jangan sesuatu pelayanan yang kita mulai dengan baik, berakhir dengan buruk hanya karena iri hati menguasai hidup kita!
Mintalah kepada Allah agar Roh Kudus mengubah hidup kita bebas dari Iri Hati! Karena Kristus berjanji pada Matius 7:7 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Klimaknya kita akan mengerti dengan sepenuhnya apa yang Allah katakan: "Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." (Roma 9:15)

Marilah kita bersama-sama dengan bantuan Roh Kudus membina Keluarga yang berkenan di hati Tuhan sehingga kita juga dapat membina Gereja yang juga Memuliakan Allah!

Bogor 8 Juli 2016.
Luki F. Hardian



20160606

Renungan "Stefanus - Martir yang pertama"

Stefanus - Martir Yang Pertama (Kis 7:54-60)
Kisah Para Rasul 7:54-60
Stefanus dibunuh -- Saulus hadir
7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 7:56 Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." 7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." 7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Renugan:
Kebenaran dibukakan: Ayat 54-56

Sebelum kita memulai mempelajari dan mendalami Firman Allah dalam Kisah Para Rasul 7 : 54-60, ada beberapa hal yang perlu kita telaah bersama tentang kematian Stefanus yang disebut sebagai Martir pertama dari golongan orang percaya kepada Kristus.
Kata ' Martir ' (bahasa Inggris: martyr) adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani, yaitu μαρτυρ, artinya "saksi" atau "orang yang memberikan kesaksian". Kata ini umumnya dipakai untuk orang-orang yang berkorban, seringkali sampai mati, demi kepercayaannya. Berarti Martir adalah ia menjadi saksi yang mengatakan hal yang sesungguhnya, dan tidak goyah walau akhirnya nyawa yang menjadi taruhannya. Tetap Teguh!
Ini harus dibedakan dari pengertian Syahid (kata tunggal Bahasa Arab: شَهيد ) yang berarti meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.

Ketika kita membela dengan teguh akan suatu 'Kebenaran' yang kita percayai sebagai 'Kebeneraan Mutlak' seperti Yesus adalah Mesias atau Yesus adalah Tuhan, walau sampai dipaksa/ disiksa hingga mati sekalipun, kita bergeming. Maka kita adalah Martir, jadi tanpa perlawanan fisik!
Kalau Syahid adalah membela iman kepercayaan kita, walau kalau perlu melalui perlawanan fisik seperti perang dlsbnya, dan ketika kita dalam membela keyakinan kita dengan cara berperang hingga nyawa kita melayang, ini dinamakan mati Syahid.

Pada saat perang salib abad 11 hingga abad 14, tentunya banyak tentara yang meninggal dikedua belah pihak dalam rangka memperbutkan kota suci Yerusalem. Laskar-laskar yang meninggal ini tidak dapat disebutkan para martir tetapi para syahid.

Dengan mengerti secara jelas artinya maka kita dapat mendalami bagaimana jadinya jika seseorang itu menjadi Martir. Meninggal dengan penuh siksaan dan penderitaan! Dan tanpa sedikitpun melawan. Domba korban bakaran sekalipun tidak pernah melalui penyiksaan, domba domba korban langsung dipotong dan dibakar. Martir diperlakukan lebih rendah dari pada binatang! Sungguh mengerikan!

Mengapa ada manusia yang tega melakukan hal itu terhadap manusia lainnya, hanya karena ia mengatakan kebenaran?
Karena begitu 'Kebenaran' dibukakan maka manusia yang terbuka kedoknya akan menjadi malu, reaksinya adalah marah. Kebetulan yang terbuka kedoknya adalah orang - orang yang mempunyai kuasa, mereka akan menggunakan kekuasaan untuk mengumbar kemarahannya.
7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.
Sebenarnya kan simple saja Stefanus tidak menghina mereka, Stefanus hanya mengatakan kebenaran berdasarkan imannya, kenapa harus ditanggapi dengan marah?

Pada Kisah 6:9b- 10 Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.
Kisah 6: 7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Ketika kebenaran terbuka, dan makin banyak orang percaya, sehingga ini dapat mengganggu kemampanan golongan tertentu termasuk hilangnya kekuasaan, hormat dan kekayaan. Inilah yang membuat mereka marah besar! Sehingga Iblis masuk berkolaborasi dengan mereka. Sungguh menakutkan, karena kuasa ada ditangan mereka.

Akan tetapi Stefanus bukannya melihat ketakutan melainkan melihat 'Kemuliaan Allah' (ay 55), sungguh menakjubkan, itulah jika hidup penuh dikuasai Roh Kudus. Stefanus tahu apa yang sedang ia hadapi tetapi fokusnya bukan pada persoalan yang sedang ia hadapi melainkan fokusnya hanya kepada Allah sehingga ia dapat berkata: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (ay 56).

Sebagai manusia biasa, saya sering berpikir, mengapa Allah yang demikian Maha Kuasa, membiarkan Stefanus menderita, padahal ia telah melakukan banyak hal-hal yang berkenan di hati-NYA?
Dalam buku sorotan Iman pun ada tertulis mati martir tetap menimbulkan banyak pertanyaan serta kebingungan, frustrasi dan ketakutan.
Mengapa Allah membiarkan banyak martir di dunia ini?
Mari kita mencari jawabanNya dalam bacaan selanjutnya.

Tetapi sebelum melanjutkan ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari 3 ayat pertama yang kita baca. Bagaimana sikap kita (sedang dalam posisi mempunyai kekuasaan dalam lingkungan kita) dan seseorang ( orang biasa ) menyatakan hal kebenaran, dan hal kebenaran itu menohok kita?
Apa pilihan kita? Berkolaborasi dengan Iblis? Atau berbalik dan bertobat?
Demikian juga kebalikannya, bagaimana sikap kita, ketika tahu bahwa ada hal yang tidak beres atau salah menurut Moral Allah, yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan atau kedudukan dilingkungan kita? Beranikah kita mengemukakan kebenaran? Mungkin kita tidak sampai menjadi martir, hanya ancamannya kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian.

Penolakan akan kebenaran : Ayat 57- 58

Martir Kristen terus berjatuhan hingga saat ini, jika mencari daftarnya di internet, sungguh mengerikan. Ini salah satu yang saya kutip. Tahun lalu, Andrew White, seorang pastor Anglikan yang dikenal sebagai "Vikaris dari Bagdad" mengisahkan kembali berbagai aksi keji terhadap umat Kristen di Irak --- termasuk melihat anak-anak mereka dipotong bagi dua karena menolak memeluk Agama Islam:
"ISIS hadir dalam insiden itu lalu memaksa anak-anak [Kristen], "kalian ucapkan kalimat [Syahadat, menjadi mualaf], bahwa kalian akan mengikuti Muhamad.' Anak-anak itu, semuanya masih di bawah umur 15 tahun. Namun empat dari mereka, mengatakan, 'Tidak, kami mencintai Yesus [Yesua]. Kami selalu mencintai Yesus. Kami selalu mengikuti Yesus. Yesus selalu bersama kami." Mereka [ISIS] berteriak, 'Ucapkan!' Mereka [anak-anak] mengatakan, 'Tidak, kami tidak bisa.' [White pun mulai menangis terisak-isak]. Mereka lalu memenggal kepala anak-anak itu. Bagaimana kau menanggapi kenyataan ini. Kau hanya menangis. Mereka anak-anak kami. Itulah yang sedang kami alami. Itulah apa yang sedang kami alami."
Upaya mentargetkan anak-anak Kristen di Irak bisa dilacak kembali segera setelah tergulingnya Saddam Hussein. Pada Juni 2008, seorang anggota komisi parlemen Kanada mendengar betapa "kaum Muslim militan" menyalibkan anak-anak Kristen: "Sejak perang pecah pada 2003, sekitar 12 anak, banyak dari mereka masih muda berusia 10 tahun diculik, dibunuh kemudian dipaku pada salib-salib sementara dekat rumah mereka guna menakut-nakuti serta menyiksa orangtua mereka."

Dua ribu tahun yang lalu juga terjadi hal yang sama, Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu Stefanus. Mereka menyeret Stefanus ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus (Ay 57-58).
Mari kita diam sejenak lalu bayangkan seandainya kita hadir disana baik di Irak maupun di Yerusalem saat kejadian itu berlangsung. Kita menyaksikan bagaimana anak kecil yang dipotong hanya karena ia katakan ' mencintai Yesus ', anak tersebut tidak melakukan hal yang salah. Hanya undang-undang Iblis yang mengharuskan pembasmian bagi pengikut Yesus!

Saya sendiri merasa takut, bagaimana seandainya terjadi pada diri saya. Bagaimana kalau ini terjadi di Indonesia? Seandainya ditengah-tengah kebaktian, tiba-tiba kita diserbu dan dibantai karena hanya karena iman kepercayaan kita? Kita disiksa agar menyangkal Kristus?
Bagaimana kita melihat orang yang kita kasihi disiksa didepan mata kita sendiri? Dimana Allah? Dimana kuasaNya? Itulah pasti yang dirasakan oleh orang yang mengalami kejadian sebenarnya.
Sebagai orang Kristen saya dan Bapak ibu sekalian sudah tahu bahwa Matius 16 :24-25 mengajarkan:
A. Menyangkal diri
B. Memikul salib
C. Mengikut Kristus
D. Dan bersiaplah untuk mati.
Oh, sungguh sulit dan tidak masuk akal manusia. Ketika kita mengikuti suatu ajaran yang mengajarkan 'Kasih', sebagai imbalannya adalah penderitaan.
Alkitab sekali lagi mengatakan bahwa : Yohanes 15:(18) "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu."

Alkitab menjelaskan jauh sebelum segala sesuatu terjadi, jadi seharusnya kita tidak merasa heran dan bingung ketika demikian banyak orang-orang dunia membenci pengikut Kristus.
Jadi kalau kita pikirkan baik-baik dengan tenang, lalu gunakan logika kita, maka akan terbuka dan sangat masuk akal apa yang di firmankan melalui Alkitab. Dunia benar-benar membenci Kristus, membenci 'kebenaran'. Inilah yang membuat saya tidak ragu bahwa Kristus benar-benar Tuhan yang sepatutnya saya sembah dan saya rangkul dengan kesungguhan.
Alkitab benar-benar Firman Allah yang hidup, dan tidak bohong!
Melihat inilah saya dibukakan untuk mengerti mengapa Allah mengajarkan agar kita harus mengasihi Tuhan, Allah dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. (Mat 22:37)

Yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana jika keadaan yang terjadi pada zaman Stefanus atau yang terjadi saat ini dibelahan dunia lain, terjadi juga disini, ditempat kita tinggal?
Akan goyahkah iman kita?
Kalau saya katakan siap menjadi martir, tentunya ini sebuah kesombongan rohani yang fatal. Sebagai manusia secara naluri pasti merasakan takut. Untuk itulah kita sebagai orang Kristen harus selalu siap sedia seperti 7 orang yang dipilih oleh jemaat Yerusalem (Kis 6:3-6). Kita harus menjadi orang yang penuh hikmat dan Roh Kudus.
Untuk mencapai tahap seperti yang tertulis pada ayat 55 'tetapi Stefanus dengan penuh Roh Kudus ...' , ada hal hal penting yang harus kita kerjakan dan lakukan mulai sekarang ketika segala sesuatu masih aman, belum ada ancaman yang serius, yaitu bergaul akrab dengan Allah! Tidak ada jalan lain, karena inipun sudah ditulis dalam Alkitab Yoh 14:(6) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku".
Bergaul akrab berarti berhubungan setiap harinya, setiap saat saling komunikasi satu dengan yang lainnya tanpa putus. Tiap hari membaca firman Allah inilah cara Allah berkomunikasi dengan kita, berdoa setiap saat kepada Allah, inilah cara kita berkomunikasi denganNya. Melakukan apa yang Allah minta, inilah bukti kita adalah pengikutNya yang setia. Maka hidup kita akan dikuasai oleh Roh Kudus.
Apapun yang akan terjadi dikemudian hari, sudah tidak menjadi masalah bagi kita, karena kita sudah sepenuhnya menyerahkan hidup kita kedalam tanganNya.

Doa pengampunan: ay 59-60
Pada dua ayat terakhir pada bacaan hari ini, kita dapat melihat bagaimana keadaan Stefanus ditengah siksaan yang sedang ia rasakan, ia masih memohon Allah untuk mengampuni orang-orang yang menyiksanya. Kembali ini suatu yang paradok, Stefanus sudah sampai pada tahap menyangkal diri, memikul salib, mengikuti Kristus, dan bersedia mati! Inilah hidup yang penuh Roh Kudus, melalui hal inilah kita semua dibukakan tentang hukum yang kedua :"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 2:39).
Stefanus memohon ampun kepada Allah untuk orang-orang yang menyiksa karena Stefanus tahu kesudahan bagi orang-orang yang menolak Allah. Stefanus tahu akhir dari semuanya, oleh karena itu ia mohon kepada Allah, persis seperti yang Yesus lakukan sebelum mati di Kayu Salib! (Luk 23:34).

Yesus berkorban untuk menebus dosa manusia, Stefanus berkorban karena Stefanus tidak mau menyia-nyiakan pengorbanan yang telah dilakukan Kristus!
Dalam sebuah khotbah Pdt. Yakub Susabda menceritakan sebuah kisah pengorbanan seorang tentara Amerika dalam perang Vietnam. Pemuda ini seorang anak yang pandai dan lahir dari keluarga yang harmonis. Sejak sekolah dasar hingga masuk collage ia seorang anak yang menyenangkan dan bertanggung jawab. Ketika ada panggilan untuk menjadi tentara, ia pun mendaftarkan dirinya. Hingga suatu saat ia berpangkat Kopral, sehingga ia mempunyai beberapa bawahan di kesatuannya. Mereka semua dikirim ke Vietnam untuk berperang. Pada suatu ketika pos nya diserang tentara vietkong dengan ganasnya, ia dan pasukannya lari menyelamatkan diri untuk masuk kedalam lobang perlindungan. Ternyata salah seorang bawahannya tertembak kakinya sebelum sampai di lobang perlindungan, melihat itu semua pemuda ini keluar untuk menolong prajuritnya yang tertembak. Naas sebuah peluru mengenai tubuhnya hingga pemuda ini tewas ditempatnya, tetapi prajuritnya tertolong.
Beberapa tahun kemudian setelah perang usai, orang tua pemuda yang tewas itu mencari dan mengundang prajurit yang telah ditolong oleh anaknya itu untuk datang kerumahnya untuk makan malam bersama sambil mengenang anaknya yang telah tewas.
Ketika tiba jam yang sudah dijanjikan prajurit ini belum juga datang, setelah lewat 2 jam dari waktu yang dijanjikan prajurit itu datang dengan ditemani oleh seorang temannya dalam keadaan mabuk berat. Sesampainya di dalam rumah, sang prajurit mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, duduk dengan seenaknya dan mencela makanan yang disajikan, sambil berteriak - teriak. Sungguh memalukan dan menyebalkan.
Orang tua pemuda yang tewas itu menangis melihat kejadian tersebut, untuk manusia macam inilah anakku berkoban? Suatu pekerjaan yang sia-sia.

Sekarang setelah melihat pengorbanan Kristus, dan pengorbanan Stefanus, apa yang saya dan Bapak ibu perbuat?
Apakah untuk membuatnya sia-sia?
Pada pembahasan di awal telah ditanyakan mengapa Allah membiarkan kematian Stefanus dalam penuh siksaan?
Ketika penyiksaan terjadi pada diri Stefanus di sana dengan jelas dikatakan hadir juga Saulus.
Melihat apa yang terjadi membuat Saulus makin ganas dan beringas, meminta kuasa kepada Mahkamah Agama untuk mengejar seluruh pengikut Kristus dimanapun berada. Persis seperti ISIS saat ini, tidak beda sedikitpun.
Akan tetapi kesudahannya kita tahu bagaimana Saulus diubahkan oleh Allah, karena ia telah dibukakan mata hatinya, melihat jelas yang disiksa itu bukan lagi Stefanus tetapi Kristus sendiri.
Akhirnya kita tahu dari kematian Stefanus, Saulus diubah menjadi Paulus, dan melalui Paulus lah kita mengenal injil Kristus.
Suatu pekerjaan diluar nalar dan daya tebak manusia.

Kesimpulan:
Melalui bacaan yang kita baca kita mengetahui bagaimana Kedaulatan Allah, tidak bisa kita selami. Kita hanya bisa merasakan Kasih Allah ketika kita bergaul akrab dan bergantung hidup kita padaNYa.
Maka hidup kita akan dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus seperti Stefanus, dan tidak mungkin menyia-nyiakan pengorbanan Yesus Kristus.

Bogor, 4 Juni 2016
Luki F.Hardian

20160528

Renungan Filipus - Pria yang siap sedia

Filipus- Pria yang siap sedia (Kis 8:4-40)

Kisah Para Rasul 8:4-40
Filipus di Samaria
8:4 Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. 8:5 Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. 8:6 Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. 8:7 Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. 8:8 Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu. 8:9 Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting. 8:10 Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar." 8:11 Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya. 8:12 Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. 8:13 Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. 8:14 Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. 8:15 Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. 8:16 Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. 8:17 Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. 8:18 Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, 8:19 serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus." 8:20 Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. 8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. 8:22 Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; 8:23 sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." 8:24 Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu." 8:25 Setelah keduanya bersaksi dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria.
Sida-sida dari tanah Etiopia
8:26 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. 8:27 Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. 8:28Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. 8:29 Lalu kataRoh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" 8:30 Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" 8:31 Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. 8:32 Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. 8:33 Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. 8:34 Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" 8:35 Maka mulailahFilipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. 8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" 8:37 (Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.") 8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. 8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. 8:40 Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.


Ayat 1-12 : Tugas pertama untuk Filipus melayani di Samaria.
Kata siap sedia berarti keadaan dimana seseorang secara sadar dalam keadaan siap untuk melakukan sesuatu. Siap sedia ini lebih mudah diartikan dalam bahasa inggris yaitu 'ready'. Kalau kita menonton suatu pertandingan tinju, maka sebelum terjadinya buku pukul, biasanya sang wasit akan menanyakan kepada petinju dari sudut merah :" Are you ready?", dan sipetinju menganggukkan kepala, kemudian sang wasit kembali menanyakan pertanyaan yang sama kepada petinju dari sudut biru :" Are you ready?". Kemudian sipetinju ini juga menganggukkan kepalanya, dan dengan lantang sang wasit akan meneriakkan kata:"BOX!". Mulailah kedua petinju saling bertinju.

Petinju menyatakan ia ready untuk bertinju, berarti sebelumnya ia pasti telah berlatih diri dengan sungguh-sungguh penghadapi pertandingan ini. Melalui ilustrasi ini maka kata 'Siap Sedia' menjadi jelas! Rasul Paulus pun dalam melaksanakan pelayanannya sering mengilustrasikan dengan olah raga.
2 Timotius 4: 7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

Siapakah Filipus ini yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 8 ini?
Ada 4 tokoh yg memakai nama Filipus, yg dikenal oleh para penulis PB.
1. Seorang putra Herodes Agung dan Mariamne, putri Simon, Imam Besar. (Mat 14:3: Mrk 6:17, Luk 3:19).
2. Seorang putra Herodes Agung dari istrinya yg kelima, yaitu Kleopatra orang Yerusalem. (Luk 3:1)
3. Filipus yg rasul, dipanggil mengikuti Yesus pada keesokan harinya sesudah Andreas dan Simon dipanggil, dan dialah pengantara yg membawa Natanael mengikuti Yesus (Yoh 1:43-46).
4. Filipus adalah seorang dari 'tujuh orang' yg terpilih menjadi pelayan dari jemaat di Yerusalem (Kis 6:3,5).

Jadi yang yang kita bahas adalah Filipus tokoh ke 4 yang tertulis dalam PB yaitu seorang diakon, mungkin saat ini setara dengan Penatua dari jemaat Yerusalem. Para Rasul menugaskan Filipus untuk mengabarkan Injil ke Samaria tentunya ada alasan tertentu, jika melihat sejarah bangsa Israel dapat terlihat bagaimana bangsa Samaria itu begitu dianggap rendah oleh bangsa Yahudi. Sampai-sampai Tuhan Yesus menggunakannya sebagai perumpamaan "Orang Samaria yang murah hati" ( Lukas 10:25-37)
Dan bangsa Samaria pun mempunyai perasaan yang sama yaitu tidak menyukai bangsa Yahudi, ini dapat dilihat pada Lukas 9: 51-56 .Tentang penolakan mereka terhadap Yesus, yang mereka anggap sebagai bangsa Yahudi.

Filipus yang diminta untuk mengabarkan Injil ke Samaria adalah seorang Yunani, bukan seorang Yahudi, sehingga bangsa Samaria tidak mempunyai prasangka yang negatif tentang dia. Inilah mungkin alasan Para Rasul mengirimkan Filipus terlebih dahulu ke Samaria agar mereka menerima Kristus. Di sana Filipus banyak memberikan tanda-tanda dan mujizat (ayat 6-8) dan banyak orang menerima Kristus! Di ayat 12 ditulis, mereka (bangsa Samaria) bersedia dibaptis, baik laki-laki maupun peremuan.

Bersediakah kita jika kita ditugaskan oleh Allah kemana saja?
Dengan melihat judul yang diberikan :" Filipus -pria yang siap sedia" , maka kita segera mengerti bahwa Filipus seorang yang ready untuk melakukan tugas pelayan kemana saja dan kepada siapa saja!
Walaupun kita merasa bukan siapa-siapa dan tidak mempunyai jabatan atau gelar akan tetapi dalam hal ke Rohanian, sudah sepantasnya kita juga harus selalu siap sedia!

Motivasi pelayanan.
Ayat 13-25
Ketika kita membaca ayat 9-11 ada seorang bernama Simon yang ahli sihir. Simon ini juga tertarik kepada ajaran Filipus terutama dalam hal membuat mujizat. Dia pun bersedia di baptis (ay 13). Ketika Para Rasul datang untuk memberikan Roh Kudus kepada petobat baru. Simon begitu kagumnya akan kemampuan Roh Kudus, sehingga ia mau membelinya agar diberikan kuasa seperti Para Rasul (ayat 18-19).

Disini tampaklah motivasi dari pada Simon mengikut Kristus, bukan untuk memuliakan-Nya tetapi untuk ketenaran namanya sendiri.
Motivasi tidaklah selalu buruk, dan salah. Karena tanpa sadar ketika kita mengerjakan sesuatu sebenarnya di dalamnya terkandung motivasi. Jika kita melihat KBBI arti kata motivasi adalah:
1. dorongan yg timbul pd diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dng tujuan tertentu;
2. usaha yg dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu krn ingin mencapai tujuan yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dng perbuatannya;
Jadi jelas bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan atau melakukan suatu tindakan, sebenarnya di dalamnya ada sesuatu yang mendorong kita.

Ketika mempelajari tujuan Simon (orang samaria) menjadi pengikut Kristus, jelas yang mendorongnya adalah ambisinya untuk menjadi tenar dan berkuasa. Suatu motivasi yang salah.
Simon yang mencari kuasa dan karunia dari Roh Kudus ini dan juga kuasa untuk memberikannya (ayat Kis 8:19) ditolak Allah karena hatinya tidak lurus di hadapan Allah; Simon masih jahat dan "terjerat dalam kejahatan" (ayat Kis 8:22-23). Karunia Roh Kudus yang sejati hanya akan dicurahkan atas mereka yang "takut akan Dia dan yang mengamalkan yang benar" (Kis 10:35; Kis 10:44-48; Kis 5:32).

Simon tukang sihir ini mau menempuh jalan pintas, tanpa mau melewati proses pertobatan yang sungguh-sungguh.

Apa motivasi kita mengikuti Kristus?
Mengapa kita mau mengikuti Kristus?
Apa motivasi kita dalam pelayanan?
Mari kita periksa dalam-dalam apakah motivasi kita itu?

Siap sedia
Ayat 26-40
Tampaknya Filipus telah berhasil dalam tugasnya di Samaria, dan Allah mengirimkan Malaikat untuk memberi tugas pelayanan baru (ay 26). Malaikat menggambarkan secara jelas sekali untuk tempat dan waktunya kepada Filipus (ay 27-28), dan kembali Roh Kudus menegaskan sekali lagi apa yang harus Filipus perbuat (ay 29).

Yang menjadi pertanyaan adalah mungkinkah Allah memerintahkan Filipus suatu tugas yang mana ia tidak dapat melaksanakannya? Tidak mungkin bukan!
Inilah satu lagi pembuktian bagaimana kesiap-sediaan dari Filipus. Bahkan di ayat 31-35 Filipus dapat menjelaskan Injil dengan tepat ketika sida-sida bertanya tentang kitab Yesaya.

Jika kita kembali ke ilustrasi di atas tentang seorang petinju yang ready dalam pertandingan, tentunya itu berarti ia telah berlatih keras sebelumnya.

Demikian juga dengan Filipus, pasti ia juga mempelajari seluruh kitab - kitab yang dibaca juga oleh orang Yahudi sehingga mengerti bahwa Mesias itu adalah Kristus. Proses pembelajaran ini harus ditempuh, tidak dapat potong kompas.
Filipus mendapatkan gemblengan dari Para Rasul yang ada di Yerusalem, dan ketika Roh Kudus turun kepada orang-orang percaya pada saat itu, maka mereka diberikan kemampuan yang lebih dan keberanian dalam mempertahankan iman kepercayaannya.
Demikian juga Filipus, walau tahu rekan sepelayanannya Stefanus menjadi martir, ia tidak mundur dalam pelayanannya.
Inilah yang menyukakan hati Allah, sehingga pada akhir bacaan hari ini kita lihat bagaimana berhasilnya pekerjaan Filipus sehingga orang Etiopia itu minta dibaptis (ayat 38).
Pada dua ayat terakhir kita dapat melihat bagaimana Filipus ditugaskan kembali oleh Allah ketempat lainnya.
Sehingga pada akhirnya Filipus ini terkenal sebagai "Pemberita Injil"! (Kis 21:8). Ini merupakan pencapaian dari kesiap-sediaan Filipus.

Dimana posisi kita saat ini? Apakah dalam keadaan siap sedia?
Dalam kehidupan yang serba cepat dan menekan, kita sebagai orang Kristen tampaknya hanya sampai pada sebutan saja, yaitu orang Kristen. Belum benar-benar seorang pengikut Kristus yang sejati.
Kapan kita terakhir kali bersaat teduh dengan Tuhan?
Adakah waktu yang kita sediakan untuk belajar mendalami Firman Allah?
Lalu apakah dapat kita sebutkan bahwa kita ada dalam keadaan siap sedia?
Jangankan dalam mengerjakan tugas penginjilan, mungkin menghadapi kematian pun kita belum siap sedia!

Kesimpulan:

Tuhan tetap bekerja dengan aktif hingga saat ini dan selamanya, dan IA tahu siapa yang benar-benar siap sedia dalam menjalankan tugas yang IA berikan ! Jadilah diri kita selalu siap sedia mendapatkan panggilanNya.


Bogor 27 Mei 2016
Luki F. Hardian

20160407

Renungan Marta - Hidup yang salah dimengerti

April - Marta - Hidup yang Salah Dimengerti (Yohanes 11:1-44)
Lazarus dibangkitkan
(1) Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. (2) Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. (3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. (6) Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (7) tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." (8) Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" (9) Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. (10) Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya." (11) Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." (12) Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." (16) Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." (17) Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. (18) Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. (19) Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. (20) Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.(21) Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. (22) Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (23) Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." (24) Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." (25) Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (27) Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." (28)Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." (29) Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. (30) Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. (31) Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.(32) Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."(33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: (34) "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" (35) Maka menangislah Yesus. (36) Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!" (37) Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" (38) Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. (39) Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." (40)Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" (41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. (42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" (44) Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."


Hidup yang salah dimengerti!
Pernyataan Pertama untuk Percaya! Ayat 1- 18
Judul renungan kali ini adalah "Marta, hidup yang salah dimengerti" diambil dari buku "Sorotan Iman" yang diterbitkan oleh PT. Duta Harapan Dunia, ditulis oleh Bill Crowder. Melalui tulisannya kita dapat pelajari dasyatnya efek dari kesalah mengertian terutama yang menyangkut kehidupan manusia.
Inilah cuplikan tulisannya:"Salah pengertian dapat menjadi hal yang sangat berbahaya. Dan hal itu tidak hanya berlaku pada peristiwa-peristiwa di dunia. Kesalahpahaman alkitabiah dapat menjadi ancaman bagi kita dan bagi kehidupan gereja itu sendiri.
Komunitas Kristen sering melakukan kesalahan karena salah mengerti atau salah menerapkan kebenaran Alkitab dengan cara mengenyahkan asumsi daripada mempelajarinya dengan hati-hati. Hal itu biasanya disebabkan karena kita tidak mau berusaha untuk mengerti. Kita menemukan cukup informasi di permukaan untuk menarik beberapa kesimpulan, tetapi kita tak pernah menggali lebih lanjut unsur-unsur di bawah permukaan ini untuk meraih makna terdalam dari kebenaran Alkitab, dan kita sudah berpuas diri dengan apa yang tersurat daripada mencari yang tersirat di dalamnya. Tentunya hal ini jarang menimbulkan perang dunia (meskipun kadang-kadang rasanya seperti itu di dalam kehidupan sebuah gereja!), tetapi kesalahpahaman seperti ini dapat mengantarkan kita pada penilaian salah yang serius, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perpecahan, perasaan yang terluka, dan bahkan sumber daya yang terbuang sia-sia."

Apa yang terpikir atau teringat oleh kita ketika mendengar nama Marta yang ada di PB? Saya menebak bahwa hampir seluruh dari diri kita teringat pada Marta adalah seorang wanita yang mengadu kepada Yesus tentang saudaranya Maria yang tidak mau membantu dia. Peristiwa yang dapat kita baca pada Lukas 10:38-42 yang oleh LAI diberi judul Maria dan Marta. Kesalah pengertian pertama tentang Marta adalah sosok wanita yang negatif dan Maria sosok yang positif. Sering kali ketika kita bertemu dengan wanita yang demikian sibuk mengerjakan ini dan itu di Gereja, langsung saja kita menyebutnya Marta! Sungguh kasihan Marta, nanti kita lihat benarkah penilaian tentang dia selama ini?
Sebelumnya mari kita baca baik-baik ayat 1-8 bacaan hari ini. Di ayat 4 dengan tegas Yesus berkata:"Penyakit itu tidak akan membawa kematian..... Yesus sudah menunjukkan keilahiannya. Di ayat 5 tertulis bahwa Yesus memang mengasihi Marta, Maria dan Lazarus. Ayat 6 mengatakan Yesus malah tinggal lagi ditempatnya 2 hari. Bukankah Yesus mengasihi mereka bertiga ? Lalu mengapa tidak buru-buru datang ketempat Lazarus? Ini bisa menimbulkan kesalah pengertian yang fatal, bukan?
Bagaimana mungkin orang yang mengasihi tetapi tidak segera datang setelah mendengar kabar tentang keadaan orang yang dikasihi sedang sakit?
Yesus mengatakan bahwa penundaan-Nya bukan karena kekurangan kasih, kemurahan atau belas kasihan, tetapi untuk kemuliaan Allah (ayat Yoh 11:4) dan kerajaan-Nya serta kebaikan kekal dari mereka yang menderita (ayat Yoh 11:15,23-26,40-44).

Di ayat 7 Yesus mengajak murid-muridnya ke Yudea. Disini jelas telah menimbulkan kesalah pengertian murid-murid Yesus, di ayat 8 ........, masih maukah Engkau kembali kesana?"
Di ayat 12 telah terjadi kesalah pengertian kembali dari murid-murid Kristus, sehingga Yesus harus menjelaskannya di ayat 13-14. Kemudian Yesus memberikan suatu penegasan yang sangat berarti di ayat 15. Bukannya tambah jelas bagi murid-muridnya, malah Tomas di ayat 16 berpikir untuk mati bersama saat itu! Tomas saat itu mempunyai kepercayaan kepada Gurunya, tapi salah mengartikan kepercayaannya itu. Ini yang disebut akibat yang tragis oleh Bill Crowder.
Ketika Yesus tiba Betania, Lazarus telah meninggal 4 hari! Ini juga menimbulkan sekali lagi kesalah pengertian tentang kehidupan.

Mengapa hal demikian semuanya dapat terjadi? Murid-murid Yesus yang setiap hari bergaul denganNya, berjalan bersamaNya, menyaksikan banyak mujizat yang Yesus buat. Tetapi mereka khawatir akan hidup Yesus? Ada penjelasan Calvin mengenai ayat ini, dikatakannya bahwa sebenarnya murid-murid Yesus bukan khawatir tentang hidup Yesus, melainkan mengkhawatirkan hidup mereka.
Kalau melihat perjalanan selanjutnya atau ayat-ayat selanjut memang apa yang ditulis Calvin dapat diterima. Yaitu bagaimana mereka semua lari ketika Yesus disalibkan.
Bagaimana dengan kita? Berapa banyak kita menyalah artikan hidup kita? Ini disebabkan oleh logika kita yang ditaruh diatas iman kita! Ini juga yang terjadi pada murid-murid Kristus saat itu. Bagaimana reaksi kita ketika berada dalam kesulitan, penyakit atau keadaan apa pun yang membuat kita menderita? Dari ayat - ayat ini kita dapat pelajari bahwa perhitungan waktu dan tujuan Yesus berbeda dengan yang kita ingini. Memang perhitungan waktu dan kehendak Allah di tengah-tengah penderitaan kita berbeda dengan yang kita ingini. Allah menjawab kita sesuai dengan kebijaksanaan dan kasih-Nya. Untuk itu kita perlu belajar untuk Percaya kepada Nya! Ayat-ayat selanjutnya adalah cara bagaimana kita bisa belajar untuk Percaya.

Pernyataan kedua untuk Percaya : Ayat 19- 28
Marta yang mulai percaya
Pada ayat 20 ; Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, Ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Kita tidak tahu persis pada tepat saat itu untuk apa Marta bergesa menghampiri Yesus yang baru saja tiba di Betania, untuk bertanya? Atau untuk mengeluhkan kenapa Yesus begitu terlambat datang? Sedangkan Maria diam saja di rumahnya. Inipun tidak ada satu orang yang tahu pasti mengapa Maria diam saja di rumah? Mungkin dia pikir, toh saudaranya telah meninggal, dan tidak satupun yang dapat mengubahnya. Apalagi mengingat sudah 4 hari lewat sejak Lazarus meninggal. Yang menurut kepercayaan atau kebudayaan Yahudi bahwa jiwa orang yang meninggal telah meninggalkannya setelah 4 hari. Mereka bangsa Yahudi percaya bahwa jiwa orang yang meninggal ada tetap pada tubuhnya sampai hari ke 3.
Di ayat 21-22 barulah tampak kenapa Marta bergegas menghampiri Yesus. Ternyata gambaran tentang Marta yang selama ini kita pikir selalu negatif, yaitu yang sok sibuk dan mengeluh, telah berubah ia sekarang mempunyai keyakinan kepada Yesus. Ayat 22: "Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Pada ayat 25- 26 Yesus menegaskan dengan jelas siapa Dirinya itu!
Ayat 27 Marta menunjukkan pertumbuhan iman yang besar dikala kesusahan melandanya. Ia mengakui bahwa Yesus adalah Mesias!

Seharus sebagai orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus, dalam kehidupan haruslah ia menunjukkan kemajuan rohani yang berarti. Kita dapat melihat perubahan yang terjadi dalam diri Marta. Ketika tekanan hidup datang kita dapat memilih untuk seperti Marta yang malah tumbuh iman percayanya atau malah berhenti percaya dan meninggalkan Kristus?
Bagaimana jika dalam kehidupan, baik diri kita sendiri atau orang - orang yang kita kasihi menderita suatu penyakit yang mematikan? Kita sudah berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, bahkan harta telah terkuras habis untuk melawan penyakit itu. Dan akhirnya semuanya tampak sia-sia karena kematian tetap datang menghampiri!
Firman Allah mengajarkan kepada semua orang percaya bahwa bagi mereka yang percaya kepada Yesus, kematian jasmaniah bukanlah merupakan akhir yang mengerikan. Sebaliknya, peristiwa tersebut merupakan pintu kepada hidup kekal yang berkelimpahan dan persekutuan dengan Allah. "Akan hidup" dari ayat Yoh 11:25 menunjuk kepada kebangkitan; sedangkan istilah "tidak akan mati selama-lamanya" dalam ayat Yoh 11:26 berarti bahwa orang percaya yang dibangkitkan tidak pernah akan mati. Mereka akan memiliki tubuh baru, yang kekal dan tidak dapat binasa (1Kor 15:42,54), yang tidak dapat mati atau merosot keadaannya (Rom 8:10; 2Kor 4:16)

Pembuktian : ayat 29-44
Mengubah dari Hidup yang salah dimengerti menjadi hidup bersamaNya!
Di atas kita menebak-nebak tentang Maria, di ayat 32 ternyata Maria pun tidak berubah pandangannya terhadap Yesus, dulu percaya, dan sekarang pun ia percaya penuh kepada-Nya.
Hanya pada ayat 39 kembali logika Marta bekerja dengan mengatakan bahwa mayat telah berbau karena sudah 4 hari.
Pada ayat 40 sekali lagi Yesus menegaskan dengan sangat jelas "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu; jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
Pada ayat selanjutnya 41-44 terjadilah pembuktian apa yang Yesus ucapkan! Lazarus bangkit dari kubur, walau sudah mati 4 hari, ini sekaligus mematahkan kepercayaan orang - orang yahudi.

Hal demikian bisa pula terjadi kepada diri kita, kita kadang-kadang goyah seperti Marta, karena logika kita mengatakan tidak mungkin atau kita bisa saja telah mempunyai asumsi atau kebiasaan/ kebudayaan seperti orang Yahudi tentang pengertiannya akan jiwa, dan pengertian tentang hidup karena hal itulah yang mengakibatkan yang terjadi persis seperti judul " Hidup yang salah dimengerti".
Semuanya diakibatkan kekurang percayaan kita kepada Kristus. Ini pula yang terjadi pada saat Yesus berada disekitar Yerusalem. Mari kita lihat pasal sebelumnya yaitu Yoh 10 :22-39 sekali lagi Yesus menekankan di ay 25-28 yang artinya sama adalah meninta orang Yahudi mempercayaiNya! Tetapi mereka tetap menolak! Bahkan di ay 31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Semua orang Yahudi menolak Dia, bahkan di ay 39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka!

Kemudian kita lihat pasal sesudahnya , sesudah Lazarus bangkit yaitu Yohanes 11:45-57
Walau telah melihat apa yang Yesus kerjakan terhadap Lazarus dan banyak membuat mujizat, mereka bukannya berbalik untuk percaya malah mereka membuat persepakatan untuk membunuh Yesus! Tragis bukan kalau hidup yang salah dimengerti!

Kesimpulan atau makna terdalam yang Alkitab ingin ajarkan:
Dimana posisi kita saat ini setelah mengaku pengikut Kristus sekian tahun lamanya?
Berapa banyak mujizat lagi yang harus Yesus tunjukkan kepada kita, baru kita mau percaya kepadaNya sepenuh hati, jiwa dan akal budi kita?

Bogor, 7 April 2016
Luki F. Hardian