Jumlah Pengunjung

20150818

Setia dalam Perkara Kecil

Setia dalam Perkara Kecil

Lukas 16:10-13
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Perkara Kecil
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Dalam perikop hari ini jelas Tuhan Yesus membicarakan tentang harta duniawi yaitu Mamon. Kata Mamon (kekayaan) berasal dari bahasa Kasdim, yang berarti "rumah harta benda", "kekayaan", sehingga kata tersebut dipakai juga untuk mempribadikan kekayaan, sebagaimana tersebut dalam Mat 6:24; Luk 16:9. Kata Mamon itu sendiri hanya disebut empat kali dalam seluruh Kitab Suci yaitu Mat 6:24; Luk 16:9 ; 11 dan 13.

Mengenai hal kekayaan ini dianggap oleh Tuhan Yesus sebagai perkara kecil, dan dengan jelas jika ada orang yang tidak setia pada perkara kecil ini maka ia pun tidak akan setia pada perkara besar. Perkara Besar adalah perkara kerohanian termasuk perkara kehidupan Kekal.

Ini suatu hal yang cukup berat untuk dapat diterima oleh kebanyakan orang termasuk diri saya. Bagaimana mungkin perkara keuangan atau harta bisa dianggap perkara kecil?
Berapa banyak orang menjadi putus asa karena dihimpit kemiskinan? Sampai-sampai berani menipu sana-sini, berani mengambil resiko apa saja untuk mendapatkan uang! Atau ada juga menjadi apatis dan marah kepada Tuhan.
Ada pula kejadian dimana seorang kaya raya yang mengambil jalan bunuh diri karena kekayaannya menciut. Aneh bukan?

Konglomerat asal Jerman, Adolf Merckle, mengakhiri hidupnya secara tragis. Senin malam, 5 Januari 2009 waktu setempat, ia nekat beradu badan dengan sebuah kereta api yang tengah melaju kencang setelah tak tahan menghadapi kenyataan bahwa semua aset perusahaannya - mulai dari industri mobil VW, farmasi, hingga pembuatan semen - susut terjerat krisis keuangan global.
Sebelum krisis Majalah Forbes pernah mengungkapkan bahwa Merckle memiliki aset kekayaan senilai US$ 9,2 miliar,dan pada tahun 2005, pemerintah Jerman memberi penghargaan tertinggi kepada Merckle berupa medali Bundesverdienstkreuz.

Mari kita bayangkan bagaimana mungkin kekayaan ini disebut perkara kecil jika melihat kejadian diatas. Yang miskin stress karena tidak punya kekayaan, yang kaya raya bunuh diri hanya karena kekayaannya susut!

Ketika saya mengumpulkan data-data untuk renungan ini barulah pikiran saya terbuka. (Saya percaya ini berkat doa dan bimbingan Roh Kudus). Tepat apa yang Yesus katakan bahwa kekayaan adalah perkara kecil, karena
1. Kekayaan tidak menjamin kebahagiaan, contoh jelas dari kejadian yang diceritakan di atas! Segala sesuatu yang tidak dapat memberikan kebahagiaan ataupun suka cita apalagi Kehidupan Kekal tentulah bukan hal besar atau perkara besar!
2. Yang tidak mempunyai kekayaan mengejarnya dengan berbagai cara bahkan ada yang menghalalkan segala cara, sehingga mengorbankan sesuatu yang lebih berharga, misalnya keluarga, nama baik dan bahkan kesehatan karena lupa diri tak kenal waktu dalam mengejar kekayaan.
Lalu apa pantas yang demikian kita berikan nama Perkara Besar, ini lebih tepat dikatakan Perkara Kecil yang mengakibatkan persoalan besar!

Saat ini dimana posisi Anda dan saya?
Apakah masih sedang mengejar kekayaan?
Apakah sedang galau dan susah hati karena dollar tambah naik, sedangkan harga saham di indonesia sedang turun?
Atau mungkin saat ini sedang putus asa tidak tahu apa yang harus diperbuat karena keadaan demikian susahnya sehingga untuk makan pun tidak ada?

Lalu apa maksud dari Tuhan Yesus tentang ucapannya setia kepada perkara kecil? Apakah saya harus setia kepada kekayaan?
Mari kita mencari jawaban pada ayat-ayat selanjutnya.

ayat 11-12
16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Apa artinya Mamon yang tidak jujur? Kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini mempunyai makna yang dalam. Banyak orang pada masa Yesus hadir di dunia menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Ada banyak orang hadir mendengarkan Khotbah Yesus termasuk orang Farisi. ( Lukas 16: 14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. )
Semakin banyak hartanya semakin tenang hati orang tersebut. Mereka benar-benar tergantung dari kekayaannya, karena dengan menjadi kaya mereka dihargai orang, dapat memperoleh kekuasaan, dapat mempunyai banyak budak. Tetapi benarkah kekayaan dapat melindunginya dalam segala situasi? Bacalah Lukas 12:16-21. (Tentang Orang Kaya yang Bodoh). Kekayaan ternyata memberikan ketentraman semu, manusia akan dibuat selalu merasa kurang, dan akhirnya ketamakan merasuki hidupnya.
Inilah arti dari Mamon yang tidak jujur!
Bukan hanya itu saja dalam hal mengejar ketamakan manusia cenderung menghalalkan segala cara. Sehingga mereka dikatakan tidak setia dalam hal mengejar Mamon. Melakukan hal-hal yang tidak jujur! Baca Lukas 16: 1-9 Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.

Apa yang dikatakan Yesus 2000 tahun yang lalu ternyata masih berlaku hingga saat ini. Manusia masih mengejar Mamon.
Sebelum menuduh orang lain, marilah kita melihat kepada diri kita sendiri.
Apakah saya dan anda masih mengandalkan mamon dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah saya dan anda masih sering melakukan hal-hal yang tidak jujur dalam mengelola mamon?
Bagaimana saya dan anda bisa menjaga Harta Sorgawi (Perkara Besar), jika saya dan anda masih menjawab 'YA' pada kedua pertanyaan di atas?
Bagaimana Allah dapat mempercayai kita dalam mengelola Harta Nya?
Seharusnya kita setia kepada perkara kecil ini, bukan setia kepada mamon tetapi setia kepada Kebenaran! Berlakulah jujur, jauh dari ketamakan. Menerima hasil jerih payah jujur kita apa adanya, karena kita percaya itulah yang sudah diberikan Allah!
Mazmur 37:(25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua,
tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,
atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. (27) Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;(28) sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara.

Kemudian bukankah Yesus telah mengajarkan dengan jelas dalam Doa Bapa Kami! Mat 6:9-13

Yang menjadi pertanyaan ialah "Mengapa kita masih belum bisa menerapkannya padahal kita mengerti?"

Jawabannya ada pada ayat 13
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Tidak mungkin manusia mempunyai 2 majikan, Allah dan Mamon, akan tetapi kita masih melakukan dan kalau bisa menyembah kepada dua-duanya! (keinginan terselubung)
Tuhan mengatakan ini tidak mungkin! Oleh karena itu kita harus memilih.

Mamon selalu menjajikan hal yang tidak jujur. Seperti yang sudah dikatakan di atas, dengan mempunyai banyak kekayaan kita dapat memperolah kekuasaan! Kekuasaan dari manusia bukan dari Allah.
Karena pengalaman hidup sering direndahkan atau dilecehkan maka kita mengejar kekuasaan, dengan dalih agar nanti tidak dilecehkan lagi! Dan ketika kita memperolehnya, kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Akibatnya kita bertindak seperti Allah! Kita memuliakan diri sendiri dan membalas dendam kita.
Kita menjadi munafik, sepertinya kita orang yang saleh dan baik, padahal hati kita penuh dengan kebencian. Kita ingin membalas kemudian tanpa sadar kita ingin dimuliakan. Akibatnya kita tidak dipercayai mengelola Perkara Besar.
Matius 6:21-24. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Masihkah kita tetap bersikukuh mau menyembah dua majikan, sedangkan Alkitab dengan jelas mengatakan tidak mungkin?

Kesimpulan:
Kesetiaan adalah salah satu unsur buah Roh Kudus, Buah Roh ini bukan karena usaha kita melainkan diperoleh ketika Allah menjadi majikan tunggal saya dan anda.

Bogor 14 Agustus 2015.
Luki F. Hardian