Jumlah Pengunjung

20150818

Setia dalam Perkara Kecil

Setia dalam Perkara Kecil

Lukas 16:10-13
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Perkara Kecil
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Dalam perikop hari ini jelas Tuhan Yesus membicarakan tentang harta duniawi yaitu Mamon. Kata Mamon (kekayaan) berasal dari bahasa Kasdim, yang berarti "rumah harta benda", "kekayaan", sehingga kata tersebut dipakai juga untuk mempribadikan kekayaan, sebagaimana tersebut dalam Mat 6:24; Luk 16:9. Kata Mamon itu sendiri hanya disebut empat kali dalam seluruh Kitab Suci yaitu Mat 6:24; Luk 16:9 ; 11 dan 13.

Mengenai hal kekayaan ini dianggap oleh Tuhan Yesus sebagai perkara kecil, dan dengan jelas jika ada orang yang tidak setia pada perkara kecil ini maka ia pun tidak akan setia pada perkara besar. Perkara Besar adalah perkara kerohanian termasuk perkara kehidupan Kekal.

Ini suatu hal yang cukup berat untuk dapat diterima oleh kebanyakan orang termasuk diri saya. Bagaimana mungkin perkara keuangan atau harta bisa dianggap perkara kecil?
Berapa banyak orang menjadi putus asa karena dihimpit kemiskinan? Sampai-sampai berani menipu sana-sini, berani mengambil resiko apa saja untuk mendapatkan uang! Atau ada juga menjadi apatis dan marah kepada Tuhan.
Ada pula kejadian dimana seorang kaya raya yang mengambil jalan bunuh diri karena kekayaannya menciut. Aneh bukan?

Konglomerat asal Jerman, Adolf Merckle, mengakhiri hidupnya secara tragis. Senin malam, 5 Januari 2009 waktu setempat, ia nekat beradu badan dengan sebuah kereta api yang tengah melaju kencang setelah tak tahan menghadapi kenyataan bahwa semua aset perusahaannya - mulai dari industri mobil VW, farmasi, hingga pembuatan semen - susut terjerat krisis keuangan global.
Sebelum krisis Majalah Forbes pernah mengungkapkan bahwa Merckle memiliki aset kekayaan senilai US$ 9,2 miliar,dan pada tahun 2005, pemerintah Jerman memberi penghargaan tertinggi kepada Merckle berupa medali Bundesverdienstkreuz.

Mari kita bayangkan bagaimana mungkin kekayaan ini disebut perkara kecil jika melihat kejadian diatas. Yang miskin stress karena tidak punya kekayaan, yang kaya raya bunuh diri hanya karena kekayaannya susut!

Ketika saya mengumpulkan data-data untuk renungan ini barulah pikiran saya terbuka. (Saya percaya ini berkat doa dan bimbingan Roh Kudus). Tepat apa yang Yesus katakan bahwa kekayaan adalah perkara kecil, karena
1. Kekayaan tidak menjamin kebahagiaan, contoh jelas dari kejadian yang diceritakan di atas! Segala sesuatu yang tidak dapat memberikan kebahagiaan ataupun suka cita apalagi Kehidupan Kekal tentulah bukan hal besar atau perkara besar!
2. Yang tidak mempunyai kekayaan mengejarnya dengan berbagai cara bahkan ada yang menghalalkan segala cara, sehingga mengorbankan sesuatu yang lebih berharga, misalnya keluarga, nama baik dan bahkan kesehatan karena lupa diri tak kenal waktu dalam mengejar kekayaan.
Lalu apa pantas yang demikian kita berikan nama Perkara Besar, ini lebih tepat dikatakan Perkara Kecil yang mengakibatkan persoalan besar!

Saat ini dimana posisi Anda dan saya?
Apakah masih sedang mengejar kekayaan?
Apakah sedang galau dan susah hati karena dollar tambah naik, sedangkan harga saham di indonesia sedang turun?
Atau mungkin saat ini sedang putus asa tidak tahu apa yang harus diperbuat karena keadaan demikian susahnya sehingga untuk makan pun tidak ada?

Lalu apa maksud dari Tuhan Yesus tentang ucapannya setia kepada perkara kecil? Apakah saya harus setia kepada kekayaan?
Mari kita mencari jawaban pada ayat-ayat selanjutnya.

ayat 11-12
16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Apa artinya Mamon yang tidak jujur? Kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini mempunyai makna yang dalam. Banyak orang pada masa Yesus hadir di dunia menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Ada banyak orang hadir mendengarkan Khotbah Yesus termasuk orang Farisi. ( Lukas 16: 14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. )
Semakin banyak hartanya semakin tenang hati orang tersebut. Mereka benar-benar tergantung dari kekayaannya, karena dengan menjadi kaya mereka dihargai orang, dapat memperoleh kekuasaan, dapat mempunyai banyak budak. Tetapi benarkah kekayaan dapat melindunginya dalam segala situasi? Bacalah Lukas 12:16-21. (Tentang Orang Kaya yang Bodoh). Kekayaan ternyata memberikan ketentraman semu, manusia akan dibuat selalu merasa kurang, dan akhirnya ketamakan merasuki hidupnya.
Inilah arti dari Mamon yang tidak jujur!
Bukan hanya itu saja dalam hal mengejar ketamakan manusia cenderung menghalalkan segala cara. Sehingga mereka dikatakan tidak setia dalam hal mengejar Mamon. Melakukan hal-hal yang tidak jujur! Baca Lukas 16: 1-9 Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.

Apa yang dikatakan Yesus 2000 tahun yang lalu ternyata masih berlaku hingga saat ini. Manusia masih mengejar Mamon.
Sebelum menuduh orang lain, marilah kita melihat kepada diri kita sendiri.
Apakah saya dan anda masih mengandalkan mamon dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah saya dan anda masih sering melakukan hal-hal yang tidak jujur dalam mengelola mamon?
Bagaimana saya dan anda bisa menjaga Harta Sorgawi (Perkara Besar), jika saya dan anda masih menjawab 'YA' pada kedua pertanyaan di atas?
Bagaimana Allah dapat mempercayai kita dalam mengelola Harta Nya?
Seharusnya kita setia kepada perkara kecil ini, bukan setia kepada mamon tetapi setia kepada Kebenaran! Berlakulah jujur, jauh dari ketamakan. Menerima hasil jerih payah jujur kita apa adanya, karena kita percaya itulah yang sudah diberikan Allah!
Mazmur 37:(25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua,
tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,
atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. (27) Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;(28) sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara.

Kemudian bukankah Yesus telah mengajarkan dengan jelas dalam Doa Bapa Kami! Mat 6:9-13

Yang menjadi pertanyaan ialah "Mengapa kita masih belum bisa menerapkannya padahal kita mengerti?"

Jawabannya ada pada ayat 13
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Tidak mungkin manusia mempunyai 2 majikan, Allah dan Mamon, akan tetapi kita masih melakukan dan kalau bisa menyembah kepada dua-duanya! (keinginan terselubung)
Tuhan mengatakan ini tidak mungkin! Oleh karena itu kita harus memilih.

Mamon selalu menjajikan hal yang tidak jujur. Seperti yang sudah dikatakan di atas, dengan mempunyai banyak kekayaan kita dapat memperolah kekuasaan! Kekuasaan dari manusia bukan dari Allah.
Karena pengalaman hidup sering direndahkan atau dilecehkan maka kita mengejar kekuasaan, dengan dalih agar nanti tidak dilecehkan lagi! Dan ketika kita memperolehnya, kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Akibatnya kita bertindak seperti Allah! Kita memuliakan diri sendiri dan membalas dendam kita.
Kita menjadi munafik, sepertinya kita orang yang saleh dan baik, padahal hati kita penuh dengan kebencian. Kita ingin membalas kemudian tanpa sadar kita ingin dimuliakan. Akibatnya kita tidak dipercayai mengelola Perkara Besar.
Matius 6:21-24. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Masihkah kita tetap bersikukuh mau menyembah dua majikan, sedangkan Alkitab dengan jelas mengatakan tidak mungkin?

Kesimpulan:
Kesetiaan adalah salah satu unsur buah Roh Kudus, Buah Roh ini bukan karena usaha kita melainkan diperoleh ketika Allah menjadi majikan tunggal saya dan anda.

Bogor 14 Agustus 2015.
Luki F. Hardian

20150801

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.
Kisah Para Rasul 9:36-43
Petrus menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. 9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." 9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. 9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. 9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. 9:42Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. 9:43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.
Apa arti Kebaikan Allah? Apa perbedaan dgn kebaikan manusia atau kebaikan umumnya?
Ini perlu dijelaskan dengan baik agar tidak terjadi kesalah pahaman, karena perbedaannya sering kali kita abaikan karena tanpa sadar kita merasa Kebaikan Allah sama dengan kebaikan pada umumnya.
Menurut KBBI arti ke·ba·ik·an :
1 sifat baik; perbuatan baik:
2 sifat manusia yg dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yg berlaku;
atau secara moral ia baik.
Itulah kebaikan yang kita kenal pada umumnya.
Lalu bagaimana dengan arti Kebaikan Allah? Marilah kita telaah dari bacaan kita hari ini.
Ayat : 36-38a menjelaskan siapa Dorkas.
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. 9:38 Lida dekat dengan Yope.

Tabita atau Dorkas tinggal di Yope, nama ini di dalam Alkitab hanya disebut pada perikop ini, dan tidak diketemukan pada bagian lain dalam Alkitab. Jadi mengenai Siapa Dorkas kita hanya mendapatkan gambaran yang tidak banyak. Ia disebut hanya seorang murid, tentunya murid Kristus. Kalau sampai orang banyak menyebut Dorkas murid Kristus, ini disebabkan karena Dorkas adalah pengikut Kristus, dan seorang pengikut tentunya menuruti teladan gurunya.
Itulah sebabnya pengikut Yesus disebut orang Kristen, artinya orang yg hidupnya seperti Kristus.

Ia banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Jadi secara duniawi ia baik secara moral, dan juga mempunyai sifat yang baik. Pada ayat selanjutnya di ayat 39 dapat kita lihat bagaimana janda-janda menangisi kepergiannya. Jadi disini tampaklah dalam kebaikan Tabita ada unsur Kebaikan Allah di dalamnya. Karena ia menuruti perintah Gurunya yaitu mengasihi para janda. (Lihat Lukas 7:13) dan sejak zaman PL Allah pun banyak memperhatikan para janda (Ul 24:17; Ul 24:19; Mzm 68:5; Mzm 146:9 dan masih banyak lagi).

Dorkas selama hidupnya membantu para janda dan banyak membuatkan baju dan pakaian untuk mereka. Jadi disinilah salah satu arti Kebaikan Allah, yaitu Kebaikan yang berlandaskan kemurahan hati. Inilah dasar yang penting dan sangat berbeda dengan kebaikan yang dunia ajarakan. Kita bisa saja mempunyai kebaikan tetapi kebaikan yang berpusat pada diri kita atau manusia (antroposentris) dan di dalamnya mengandung imbal balik, beda dengan kebaikan Allah yang berlandaskan kemurahaanNya.

Dalam PL kebaikan Allah sering diserukan sebagai tema puji-pujian dan alasan permohonan dalam doa (2 Taw 30:18; Mzm 86:5). Kebaikan-Nya nampak dalam perbuatan-perbuatan baik yg Ia buat (Mzm 119:68), tindakan kemurahan hati dari Roh-Nya yg baik (Neh 9:20; Mzm 143:10), dalam banyaknya segi-segi kemurahan-Nya terhadap seluruh bumi (Mzm 145:9); khususnya kebaikan-Nya kepada fakir miskin dan kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya (Mzm 25:8; 73:1; Rat 3:25; Nah 1:7).

Pada zaman sekarang masih banyak wanita-wanita sebagai murid Kristus yang seperti Dorkas, salah satu yang kita kenal adalah Bunda Teresa dari Kalkuta. Ia berbuat baik bukan untuk terkenal, Ia berbuat baik karena menuruti nasihat Gurunya. Ia mengumpulkan orang-orang yang dibuang, orang-orang miskin yang tidak punya rumah, orang-orang sakit yang sedang menunggu ajal dilorong-lorong jalan kumuh. Bunda Teresa mengumpulkan mereka dan dirawat nya bersama dengan teman-temannya agar manusia terbuang ini dapat meninggal dengan layak seperti layaknya seorang manusia dihadapan Allah (Maz 8).

Bagiamana dengan kita? apakah kebaikan kita adalah kebaikan dunia atau kebaikan Allah?
Mengapa kita berbuat baik? Kepada siapa kita berbuat baik?

Ketika sampai pada bagian ini, saya malu mengakui bahwa ternyata 'kebaikan' yang saya lakukan selama ini adalah kebaikan yang umum, karena selalu tersembunyi maksud dari kebaikan yang saya lakukan hanya berpusat pada diri saya sendiri!
Bisakah saya berubah? Bagaimana caranya?
Kalau anda masih seperti saya dan ada keinginan berubah maka ada baiknya kita belajar kepada Petrus pada bacaan selanjutnya.

Ayat : 38 b-41
Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." 9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. 9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. 9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.

Petrus sedang ada dekat Yope, bagi kita orang percaya bahwa ini bukan suatu kebetulan, inilah pekerjaan Allah, sehingga orang di Yope dapat datang ke Lida dengan cepat untuk memanggil Petrus. Mereka pasti telah mendengar mujizat atas nama Yesus yang dilakukan Petrus sebelumnya (Kis 9:32-35). Jadi mereka sangat mengharapkan kehadiran Petrus , dengan harapan bisa menolong Tabita. Pada bacaan selanjut dengan jelas kita dapat melihat apa yang diperbuat Petrus.
Ada sesuatu yang sangat penting yaitu di ayat 40 B "lalu ia berlutut dan berdoa". Ini adalah suatu kegiatan yang paling utama sebelum kita melakukan kegiatan lainnya.
Walau tidak disebut apa yang Petrus doakan tetapi satu hal yang pasti kita tahu bahwa Petrus tidak memerintah Allah untuk menuruti kehendak Petrus, melainkan ia pasti meminta Kemurahan Allah serta Kebaikan Allah. Kebaikan Allah pasti membawa dampak bagi sipenerimanya.
Kemurahan Allah terbesar bagi manusia adalah dengan mengorbankan AnakNya yang Tunggal agar kita yang percaya memperoleh keselamatan.(Yoh 3:16).

Kebaikan Allah demikian agung dan mulia! Pernahkah kita menyadari tentang Anugerah Allah diberikan jauh sebelum kita bertobat? Jadi jangan dibalik! kita bertobat baru diselamatkan ini adalah pengertian dangkal, inilah kebaikan yang dunia pikirkan. Kamu baik maka saya baik, kamu perhatian kepada saya, maka saya lebih perhatian lagi terhadap mu.

Marilah kita buktikan! Yesus dikorbankan ketika manusia berteriak kepada Allah bahwa mereka bertobat? atau apakah mungkin pada saat ini jika seseorang bertobat lalu Yesus disalibkan kembali?
Allah memberikan dulu kemurahaanNya yang sangat besar! Tidak pandang bulu, tetapi bagi setiap orang berdosa. Inilah Kebaikan yang Allah tawarkan!
Allah tidak mematikan free will kita , kita bebas memilih mau menerima Kebaikan Allah atau menolaknya, terserah kita! Inilah bukti yang jelas.
Jauh sebelum Yesus disalibkan, ketika Yesus dikirim ke dunia , Allah sudah menunjukkan betapa baiknya IA kepada manusia. Allah tahu tanpa kebaikkanNya manusia pasti mati!

Petrus tahu akan hal ini dengan baik setelah ia disempurnakan oleh Roh Kudus, sehingga ia dapat menjadi contoh bagaimana Kebaikan Allah via Petrus dapat dirasakan banyak orang.

Jadi setelah kita melangkah pada 4 ayat ini kita sudah sewajarnya agar berlutut dan berdoa minta dikuatkan oleh Roh Kudus agar dapat seperti Petrus selaku murid Kristus serta dibuat mengerti tentang Kebaikan Allah. Ketika ada kerinduan untuk berjalan sertaNya maka Roh Kudus dapat mengubahkan diri kita!

Pada ayat 42-43
9:42Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. 9:43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.

Ada pelajaran penting dari Petrus yang harus kita perhatikan di ayat 42 ........ banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.

Setelah Petrus membangkitkan Tabita bukan dia yang dimuliakan melainkan Allah, karena ayat 42 jelas mengatakan 'banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan'
Petrus tidak mengajarkan kepada kita , bahwa setelah kita banyak melakukan kebaikan kepada sesama agar kita yang dipuja! Alkitab tidak menulis bagaimana cara Petrus bertindak, tetapi Alkitab mencatat dengan jelas hasil akhir tetap Allah yang dimuliakan.
Inilah suatu bukti ketika kita menjadi saluran berkat Allah, kita benar-benar hanya sebagai alat, tidak lebih.
Kita dapat bayangkan seperti air mengalir melalui pipa - pipa saluran, air harus mengalir tanpa terhambat! air harus mengalir sampai tujuan yang dikehendaki.

Demikian juga tugas kita sebagai saluran kebaikan Allah harus bertindak seperti pipa-pipa saluran air yang baik. Tidak menghambat, dan sampai tujuan sesuai dengan yang memasangnya, dan dalam hal ini tentunya Allah sendiri.

Kita sudah diselamatkan Allah oleh karena itu melakukan pekerjaan-pekerjaan yg baik adalah tugas wajib orang Kristen sepanjang hidupnya (Mat 5:14-16; 2 Kor 9:8; Ef 2:10; Kol 1:10; Tit 2:14). Orang Kristen dipanggil untuk siap sedia mengerjakan setiap pekerjaan yg baik yg dapat ia lakukan (2 Tim 2:21; Tit 3:1), sehingga celakalah orang yg mengaku dirinya Kristen tapi 'tidak sanggup berbuat sesuatu yg baik' (Tit 1:6; bnd Yak 2:14-26).

Amsal 3:27-28 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu.

Janganlah jemu membagikan kebaikan, walau orang yang menerima kebaikan belum tentu menyadarinya bahkan ada yang malah sangat mengecewakan kita. Teruslah berbuat kebaikan karena jika kita selalu berbuat baik, maka (menurut Pdt. Bigman Sirait ) kita sedang menyantap Pohon buah Kehidupan.

Bulan lalu kita telah membahas soal Kemurahan, dan mengerti, tentunya sekarang makin dikuatkan bahwa Kebaikan Allah juga ada karena Kemurahan Allah.

Kesimpulan:
Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang bisa kita laksanakan ketika kita mengerti apa itu Kebaikan Allah dan kita mengerti apa peran kita agar Kebaikan Allah bisa tersalurkan!

Bogor 1 Agustus 2015.
Luki F. Hardian