Jumlah Pengunjung

20150607

Kesabaran dalam kesesakan

Kesabaran dalam kesesakan
Habakuk 2 :1-20
Orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya
(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (4) Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. (5) Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."
Penghukuman atas para penindas
(6) Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya berapa lama lagi? dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian. (7) Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka? (8) Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa-bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. (9) Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka! (10) Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri. (11) Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah. (12) Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan. (13) Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa-bangsa bersusah-susah untuk api dan suku-suku bangsa berlelah untuk yang sia-sia?(14) Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut. (15)Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya. (16) Telah engkau kenyangkan dirimu dengan kehinaan ganti kehormatan. Minumlah juga engkau dan terhuyung-huyunglah. Kepadamu akan beralih piala dari tangan kanan TUHAN, dan cela besar akan meliputi kemuliaanmu. (17) Sebab kekerasan terhadap gunung Libanon akan menutupi engkau dan pemusnahan binatang-binatang akan mengejutkan engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. (18) Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya. (19) Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. (20) Tetapi TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!


Ayat 1-3
Habakuk 2 ini menjelaskan tentang jawaban Allah atas doa dan jeritan Nabi Habakuk, termasuk berbagai pertanyaan ada dalam pikiran dan hati Habakuk. Kitab ini menurut para ahli ditulis antara thn 608 hingga 598 SM. Pada saat itu Yehuda ada dalam kuasa bangsa Babel yang fasik. Berbagai kejadian yang Nabi Habakuk lihat tidak masuk akalnya. Bagaimana orang orang fasik dapat hidup enak-enak, sedangkan org benar hidup menderita. Hal ini dapat kita lihat pada Habakuk pasal 1. Banyak pertanyaan ini ia sampaikan kepada Allah.

Pada Habakuk 2:1-3 Habakuk mendapat jawaban Allah:
(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
dan ia dipertintahkan untuk mencatatnya pada loh-loh. Mengapa harus dicatat pada loh-loh? Karena apa yang Allah katakan tidak segera terlaksana, dan orang sambil lalu dapat membacanya. Jawaban Allah pasti terjadi , Allah tidak akan menipu (ayat3).
Ketika kita melihat ketidak adilan yang terjadi di dunia, misalnya kita tahu bagaimana penindasan yg terjadi kepada kaum tidak mampu oleh orang-orang yg mempunyai kuasa, dan hal yg mengusik hati adalah mengapa ini bisa terjadi?
Hidup kita penuh dengan kesesakan dan penuh penderitaan, kita merasa hidup ini tidak adil, kita berteriak kepada Tuhan, tapi jawaban tidak kita peroleh.
Hingga suatu saat kita bertanya apakah benar Allah ada dan benarkah Allah masih berkuasa?

Jika kita perhatikan penderitaan bangsa Yehuda pada zaman Nabi Yehuda, penderitaan ini terjadi karena bangsa ini telah meninggalkan Allah sehingga dihukum oleh Allah dengan menggunakan bangsa fasik yaitu Babel untuk menguasai kehidupan bangsa Yehuda.
Jika kita melihat penderitaan pengikut Kristus pada zaman Gereja Mula-Mula atau tepatnya zaman Paulus, sangat jauh berbeda mereka menderita bukan karena meninggalkan Allah melainkan karena mereka beriman kepada Yesus Kristus. Mereka menderita karena mengabarkan Injil. Ini bisa kita lihat pada Roma 8:35, Roma 12:12, atau 2 Kor 6: (4) Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, (5)dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;

Yang menjadi pertanyaan saat ini apa yang membuat kita hidup dalam kesesakan?
Kalau kita boleh jujur kita merasakan kesesakan bukan karena memberitakan Injil seperti yang terjadi pada zaman gereja mula-mula. Akan tetapi kita pun menolak pendapat bahwa kesesakan yang kita derita karena kita telah meninggalkan Allah seperti yang dikerjakan bangsa Yehuda.
Nah, kalau bukan dua-duanya apa yang membuat kita hidup dalam kesesakan?
Mari kita periksa bersama-sama apa sebenarnya akar masalahnya dengan menelaah ayat-ayat selanjutnya.

ayat 4-5
(4) Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. (5) Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."

Ayat 4 jelas mengatakan bahwa orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya, dan ayat 5 orang sombong tidak akan tetap ada. artinya akan dimusnahkan.


Siapa yang dimaksud dengan orang benar disini? Yang paling mudah dengan melihat ayat 4 dan ayat 5 tentunya orang yang tidak angkuh, tidak sombong. Dan yang terpenting hati orang benar tentunya hanya terarah kepada Allah, bersekutu secara erat dan berkesinambungan dengan Dia.

Kata orang benar akan hidup oleh percayanya ini dapat diartikan hidupnya penuh dengan "iman", kepercayaan yang kokoh dan kesetiaan hanya kepada Allah. Rasul Paulus menulis Roma 1:17 (17) Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." dan Gal 3:11
(11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman."

Jadi jelaslah mengapa bangsa Yehuda pada saat itu hidup penuh kesesakan karena mereka tidak beriman kepada Allah. Malah hidup menyatu dengan bangsa Babel yang fasik dan besar kemungkinan kehidupan bangsa Yehuda sudah menyatu dengan kehidupan bangsa Babel sehingga hidup seperti orang fasik.


Sekarang kembali kepada diri kita, agar jelas permasalahannya.
Apakah kita hidup penuh dengan kesombongan?
Apakah kita hidup tidak rendah hati?
Apakah kita hidup sudah beriman kepada Allah melalui Yesus Kristus?

Ayat 6-20
Ayat-ayat ini mengucapkan kutukan-kutukan hukuman atas mereka yang "tidak lurus hatinya" (ayat Hab 2:4). Orang semacam ini akan dihukum karena merampas milik orang (ayat Hab 2:6-8), ketidakadilan (ayat Hab 2:9-11), kekerasan dan tindak pidana (ayat Hab 2:12-14), kebejatan (ayat Hab 2:15-17), dan penyembahan berhala (ayat Hab 2:18-20).

Kalau melihat hukuman Allah kepada bangsa Yehuda dengan menggunakan bangsa Babel, kelihatannya Allah begitu kejam ya. Koq tega ya? Umat yang dikasihinya dihukum demikian rupa.
Demikian pula kala kita hidup dalam kesesakan, kita mulai berpikir, apa dosa saya ya, sehingga dihukum Allah sedemikian rupa.
Sakit yang tak kujung sembuh, orang - orang mengfitnah saya, padahal saya sudah berbuat banyak untuk mereka.
saya mencari pekerjaan yang tak kunjung datang, dan masih banyak lagi keluhan-keluhan lainnya.
Saya mulai mencari jawaban tetapi tidak saya temui. Sehingga kembali kepada sangkaan saya semula bahwa Allah sangat kejam. atau mungkin Allah sudah tidak ada atau tidak peduli, mungkin juga Allah sudah tidak berkuasa lagi.

Melihat jawaban Allah kepada Nabi Habakuk ada pertanyaan yang masih relevan saat ini, apakah saya bengkok hati?, apakah saya mengingini hak orang lain?, apakah saya masih melakukan ketidak adilan, kekerasan, melanggar hukum, kebejatan termasuk perselingkuhan, dan yang terparah adalah menyembah berhala baik secara sadar maupun secara tidak sadar!
Gambaran Allah yang kejam sebenarnya sangatlah salah! Allah sejak zaman PB hingga saat ini tidak berubah adalah Allah yang penuh Kasih!
mazmur 32 : 1 Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,
yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN,
dan yang tidak berjiwa penipu!
Roma 4: (7) "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; (8)berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."

Kemudian apa yang dimaksud dengan Firman Allah kepada Habakuk pada ayat 6-20 dengan menggunakan kata "Celakalah...." sebanyak 5 kali.?

Ketika kita hidup seperti yang digambarkan pada bacaan hari ini, maka sebenarnya dunia menerkam kita dengan kejamnya, dan Allah membiarkannya. Karena kita memilih jauh daripada Nya. Kita hidup terpisah atau memisahkan diri daripada Allah!
Kita melihat korupsi merajarela di negeri kita, dan walau sudah disidangkan dan divonis mereka terlihat tenang-tenang saja, sepertinya tidak malu. Apakah benar memang demikian? Tidak!
Dunia yang sama bejatnya mencibirnya, menghinanya dlsbnya.
Jika ada orang yang tidak lurus hatinya atau bengkok hati, pasti sekali waktu akan terbuka kedoknya sendiri. Apakah ini hukuman dari Allah? Bukan karena dunia sedang menganga menunggu saatnya terbuka!
Semua hal-hal kejahatan kebejatan yang dilakukan manusia akan terbuka pada saatnya.
Mari perhatikan Amsal 29:(6) Orang yang jahat terjerat oleh pelanggarannya, tetapi orang benar akan bersorak dan bersukacita.
Jerat - jerat inilah yang ditebar oleh sipenghulu dusta!
Ketika orang berselingkuh dan terbuka kasusnya, apakah ini adalah hukuman dari Allah? bukan Ia terjerat oleh pelanggarannya.
Maka dari itu bertobatlah, berbaliklah kepada Allah, sebelum Allah benar-benar menjatuhkan hukuman yang dasyat bagi orang jahat yang tidak mau bertobat dengan tidak ada ampun pada saat hari penghakiman!

Kini sampailah pada akhir pembacaan kita. Bagaimana dengan kesesakan yang kita derita?
Apa sebabnya kita merasakan kesesakan?Hanya kita sendiri dan Allah yang tahu.
Kalau kita hidup benar dan beriman hanya kepada Allah dan mengalami kesesakan, maka kita pasti bisa bersabar dalam kesesakan sambil menanti jawaban dari Allah seperti Nabi Habakuk.

Kesimpulan:
Hiduplah benar, berimanlah dan fokuslah hanya kepada Allah melalui Yesus Kristus maka kesabaran selalu ada dalam hati kita apapun yang terjadi!

Bogor 5 Juni 2015
Luki F.Hardian