Jumlah Pengunjung

20151104

Penguasaan diri karena Kristus (2 Korintus 5:11-21)


Penguasaan diri karena Kristus
2 Korintus 5:11-21
Pelayanan untuk pendamaian
5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. 5:12 Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. 5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. 5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Pelayanan Paulus
ayat 11-13
Takut, begitu kita mendengar atau membaca kata 'takut' yang pertama melintas dalam pikiran kita adalah sebuah pengalaman kita yang berhubungan dengan suatu situasi atau keadaan yang membuat kita takut, keadaan yang menakutkan, yang membuat kita gentar. 
Dalam hidup ini kita pun sering dilanda ketakutan. Ketakutan yang beragam, mulai takut kena penyakit, takut dirampok, dan masih banyak lagi tipe ketakutan-ketakutan.
Sedangkan arti kata takut itu sendiri ada 4:  1 merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana: 2 takwa; segan dan hormat: 3 tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb): 4gelisah; khawatir (kalau ...):rasa gelisah, khawatir kacau-balau;

Jika kita perhatikan pada ayat 11:  "Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu."
Paulus merasa takut akan Tuhan berbeda dengan ketakutan Adam terhadap Allah pada Kejadian 3: 10 (Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.")
Paulus pada ayat ini mengatakan 'Takut' berarti takwa, segan dan hormat kepada Allah, bukan takut seperti Adam karena ia telah berbuat dosa. Paulus menaruh rasa hormat yang sungguh-sungguh kepada Allah, dan ia sadar bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan  Allah, Allah tahu motivasi pelayanan Paulus, dan motivasi pelayanan ini Paulus ingin juga jelas dimata jemaat Korintus. Mari lihat ayat selanjutnya ;'dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu,..'
Pelayanan Paulus all out / habis-habisan bukan untuk mendapatkan pujian tetapi ia melayani karena ia merasa telah menerima Anugerah yang besar dari Allah melalui Yesus Kristus.
Lalu apa artinya ayat 13 (Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu) ini?
Paulus menulis ini karena ada sekelompok anggota jemaat Korintus yang menganggap pelayanan Paulus terlalu berlebihan dan dianggap tidak menguasai diri dengan baik, dan Paulus tidak berusaha menyangkal atau membenarkan diri, dan ia tidak merasa suatu masalah kala disebut 'tidak menguasai diri', karena semua yang ia kerjakan adalah dalam rangka pelayanan kepada Allah. Jadi kalau dianggap gila-gilaan itu semata untuk Allah, dan kala ia dalam keadaan penguasan diri, ini diperuntukkan untuk kepentingan jemaat.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, adakah orang yang bertindak seperti Paulus dalam pelayanan pada saat ini? All out untuk Allah, dan dianggap tidak waras oleh kita, tetapi tetap waras ketika melayani orang-orang.
Jika kita melihat riwayat pahlawan-pahlawan iman zaman sekarang, sungguh banyak yang melakukannya seperti Paulus. Banyak contohnya! Salah satunya yang paling kita kenal adalah Bunda Teresa. Inilah yang dinamakan pelayanan all out seperti Paulus. Bunda Teresa keluar dari nikmatnya tinggal dibiara, berjalan dilorong-lorong gelap dan kumuh mencari orang-orang miskin yang sekarat untuk dibawa pulang, dimandikan dan diberi makan. Apakah ini bukan kita namakan gila, tidak wajar atau dalam bahasa orang Korintus dikatakan 'tidak menguasai diri'! 
Belum lagi cerita para misionaris yang meninggalkan tempat tinggalnya yang nyaman pergi kepedalaman Papua untuk mengabarkan Injil. Beberapa meninggal karena dibunuh, meninggal karena malaria, atau hidup menderita dipedalaman. 
Bagaimana dengan diri kita? Saya merasa kebalikannya, sering kali saya tidak bisa menguasai diri saya ketika berhadapan dengan sesama jemaat, sering begitu marah hingga orang - orang menyangka saya tidak waras. Karena ego saya tersinggung, saya merasa tidak dianggap, saya merasa pelayanan saya sudah all out, tapi orang masih mencela saya. Saya merasa belum bisa seperti Paulus! Bagaimana Paulus bisa, Bunda Teresa bisa, para misionaris bisa? 
Saya rasa kita perlu perhatikan ayat selanjutnya dan kita akan tahu bagaimana caranya, dan mengerti mengapa Paulus bisa.

Kristus juru damai.
ayat 14 - 19
5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami,......
Paulus bisa all out untuk Allah karena Kristus telah menguasai dirinya. Ayat inilah kunci keberhasilan dari Paulus.
Di dalam keseharian kita sering kali kita tidak sadar bahwa ada sesuatu yang menguasai diri kita, dan ini bisa tercermin dalam tindakan kita. Sebagai contoh yang sederhana, ketika hidup kita dikuasai amarah, maka tindakan kita pun mencerminkan rasa amarah tersebut. 
Sebenarnya didalam penghidupan ada 3 kekuatan besar yang menguasai kehidupan manusia:
1. Allah, 
2. Setan,
3. Diri kita.
Kita tahu berapa besar kuasa Allah itu tetapi sering kita ragukan kekuasaanNYA, dan kita tahu kuasa Setan menyesatkan tetapi kita sering berkompromi dengan nya, dan yang kita tidak tahu atau tidak sadari adalah kuasa Diri Kita sendiri. 
Kuasa yang ketiga inilah yang sering menjatuhkan diri kita sendiri, dan kuasa inilah yang menyingkirkan Kuasa Allah, kuasa inilah yang sering berkolaborasi dengan kuasa iblis.
Tadi telah disinggung bagaimana ketika kita dikuasai amarah, bagaimana ketika hidup kita dikuasai iri hati, kepahitan hidup dan pikiran negatif? Kalau kita hidup dikuasai ego kita ini, maka Iblis datang menghampiri dan mendorong kita agar makin terperosok, jadi semakin jauhlah Kuasa Allah dalam diri kita. Hasilnya kita dapat bayangkan yaitu kegelapan dan hilangnya harapan.
Ayat 14sampai 16 kita dapat belajar dari Paulus bagaimana Yesus telah menguasai dirinya hingga ia mau diperdamaikan dengan Allah sehingga Kuasa Allah berkuasa dalam diri Paulus.
Hasilnya sungguh ajaib. Paulus menjadi Ciptaan Baru (ayat 17) dan siapapun yang menerima Yesus Kristus oleh iman dijadikan ciptaan yang baru, yang kemudian Roh Kudus akan memerintah atau menguasai diri orang percaya (Rom 8:14; Gal 5:25; Ef 2:10). 
Paulus menegaskan yang lama telah berlalu, jadi kita pun harus melupakan yang lama, benar - benar bersandar hanya kepada Allah tidak kepada yang lain, bahkan kepada kepandaian diri kita sendiri, walau seberapa pandainya diri kita, seberapa berkuasanya diri kita di lingkungan kita, baik dirumah, diperusahaan maupun di Gereja!
Pada saat PA di Pos Kartini, ibu Gea mengatakan bahwa adanya golongan Atheis Praktis yaitu seseorang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi dalam tindakan sehari-hari ia mengandalkan kepada kepandaiannya, keahliannya atau kekuasaannya. Inilah yang disebut Paulus: "yang lama". Inilah yang harus ditanggalkan dan hiduplah yang baru yaitu hidup dalam Kuasa Roh Kudus. Ini sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar karena Allah telah mendamaikan kita dengan diriNya (ayat 18)
Pendamaian (Yun. _katallage_) merupakan satu segi dari karya penebusan Kristus, pemulihan orang yang berdosa kepada persekutuan dengan Allah.
Dosa dan pemberontakan umat manusia telah mengakibatkan permusuhan terhadap dan pengasingan dari Allah (Ef 2:3; Kol 1:21). Pemberontakan ini mendatangkan murka dan hukuman Allah (Rom 1:18,24-32; 1Kor 15:25-26; Ef 5:6).
Melalui kematian Kristus yang menebus, Allah telah menyingkirkan penghalang dosa dan membuka suatu jalan bagi orang berdosa untuk kembali kepada Allah (ayat 2Kor 5:19; Rom 3:25; 5:10; Ef 2:15-16).
Dan Pendamaian itu berlaku bagi setiap orang melalui pertobatan pribadinya dan imannya dalam Kristus (Mat 3:2; Rom 3:22), juga gereja telah dikaruniai pelayanan pendamaian, yang memanggil seluruh umat untuk diperdamaikan kepada Allah (ayat 2Kor 5:20; Rom 3:25).

Ada suatu pertanyaan besar, apakah benar dan sungguh-sungguh kita mau diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus? Kalau masih ada keraguan, masih pantaskah kita merasa pengikut Kristus? atau kita termasuk golongan Atheis Praktis.

Himbauan Paulus
ayat 20-21
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah

Paulus dengan jelas mengajak jemaat di Korintus dan juga berlaku untuk kita saat ini, jika kita merasa pengikut Kristus, maka kita tentunya menerima diri kita diperdamaikan dengan Allah. Biaralah diri kita dikuasai Kristus, jadikanlah diri kita kepunyaanNYA.

Kesimpulan:
Ketika hidup kita telah dikuasai Kristus, maka kuasa diri kita menjadi tidak berarti lagi, dan buah Roh Kudus yang terakhir yaitu Penguasaan Diri bukan hal yang mustahil karena Penguasaan Diri ini bukan hasil kerja kita melainkan karena Kristus. 

Bogor, 24 Okt 2015.
Luki F. Hardian

20151003

Belajar Lemah Lembut seperti Yesus

Belajar lemah lembut seperti Yesus
Matius 11:28-30
(28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Undangan.
Pernahkah kita menghitung berapa banyak undangan yang kita terima selama hidup kita ini. Baik undangan pernikahan, undangan seminar, undangan pameran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan saya pikir mungkin tidak ada seorangpun yang pernah menghitungnya. Karena sebuah undangan bisa saja berbentuk undangan lisan, misalnya :"Kapan anda bisa datang main ke rumah saya?" ini juga sebuah bentuk undangan bukan?
Akan tetapi pasti kita mengingat akan sebuah undangan atau beberapa undangan yang membuat kita senang menerimanya, kita bangga menerimanya. Undangan seperti ini pasti pernah dialami kita. Beberapa tahun yang lalu saya pernah menerima sebuah undangan peresmian sebuah perusahaan besar di Surabaya dan undangan itu disampaikan oleh pemiliknya langsung. Hati merasa tersanjung dan gembira.

Ketika membaca ayat 28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Apakah kita merasakan ini juga sebuah undangan, atau hanya sebuah tulisan yang sudah tidak berlaku lagi pada saat ini karena sudah kadaluarsa?
Ini adalah sebuah undangan yang terus berlaku tanpa batas waktu! Sebuah undangan yang manis dan indah yang diberikan oleh Tuhan Yesus pribadi! Seorang yang sangat berkuasa (Mat 28:18),"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi".

Setelah kita mengerti siapa yang mengirimkan Undangan, dan dengan jelas Undangan itu dialamatkan kepada siapa, yaitu kepada semua orang yang letih lesu dan berbeban berat, seharusnya kita merasakan suatu perubahan besar dalam diri kita! Ada Sukacita, Ada Damai Sejahtera dan adanya sebuah Pengharapan. Kalau ternyata kita tidak mengalami perubahaan maka kita perlu mengkaji lebih dalam, mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus yang letih-lesu dan berbeban berat?
Pada saat itu Tuhan Yesus sedang berbicara dihadapan orang banyak, Ia sedang mengajar dan sekaligus memberikan jalan keluar bagi mereka semua dari himpitan beban kehidupan. Letih-lesu dan berbeban berat dalam kehidupan bukan hanya dialami oleh orang-orang pada masa itu, tetapi juga terus hingga sekarang. Sebelum bumi ini dipulihkan oleh kedatangan Yesus kedua kali, maka beban kehidupan pasti terus ada dan ada. Oleh karena itu undangan Tuhan Yesus berlaku dari dulu hingga sekarang dan hingga masa yang akan datang.

Jika saya dan anda dalam keadaan letih-lesu dan berbeban berat marilah kita datang kepada Yesus karena Ia akan memberikan kelegaan!

Kelegaan seperti apa?
Mari kita perhatikan ayat selanjutnya, ayat 29; Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Disini kita menemukan kata Kuk, Kuk dalam KBBI berarti; kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak (pedati dsb). Dapat pula berarti pikulan untuk membawa beban.

Injil Matius itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi, jadi ada banyak sekali istilah-istilah khusus yang tidak diberi keterangan, dengan asumsi orang Yahudi pasti mengetahuinya. Jadi kalau Matius disini menulis "KUK" maka maksudnya adalah "hukum". Maka kata "kuk" itu dengan mudah dimengerti para murid sebagai simbolisasi dari "hukum" yang harus dipikul.

Kata "kuk" (Yunani, ζυγος – zugos) dapat dirujuk di dalam Alkitab PB : Kisah 15:10; Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?
Galatia 5:1; Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

Jadi jelaslah bahwa Kuk sesuatu yang dikenakan kepada kita, yang sebenarnya menjadi alat bantu untuk membawa beban tetapi Kuk itu pun bisa membuat kita tertekan karena terlalu berat dan menghimpit. Dapat kita bayangkan seandainya kita harus membawa beban dengan menggunakan Kuk dan Kuk itu sendiri sudah sedemikian beratnya, jadi bukannya dapat menolong mengangkat beban, malah sudah membebani diri kita.

Masalah setiap hari datang silih berganti dan tidak akan berhenti selama hayat dikandung badan. Masalah kehidupan ini sudah menjadi beban tersendiri. Beban-beban ini dapat demikian menekan membuat kita menjadi letih lesu, stress. Ketika semua itu terjadi bertumpuk-tumpuk maka ini semua akan merusak jiwa dan raga kita. Beban-beban ini mau tidak mau harus kita pikul tidak bisa tidak. Akan tetapi Kuk yang kita kenakan untuk mengangkat beban tersebut bukannya membantu malah semakin memberatkan!

Mengapa Kuk itu demikian berat dan malah membebani? Karena menurut pengertian orang Yahudi kuk itu merupakan hukum yang dibebani kepada seseorang.
Ratapan 3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
Kuk ini adalah hukum Taurat yang harus dikerjakan oleh orang Yahudi. Ada upacara Yahudi yang bernama Bar-Mitsvah; dimana seorang anak Yahudi yang berumur 12 atau 13 tahun wajib menjalani upacara ini untuk menjadi 'anak hukum'. Dalam upacara ini, secara simbolis anak itu melakukan 'aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Jadi inilah gambaran secara tradisional dari hukum yang dilukiskan sebagai pikulan kuk.

Lalu apa bedanya KUK TAURAT dengan KUK YESUS KRISTUS
Dalam Matius 23:4 Tuhan Yesus berkata : Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Tuhan Yesus berani menyatakan hal ini karena Ia tahu bahwa ahli Taurat dan orang Farisi telah mempersulit dan menambah hukum-hukum Musa, ini bukan berasal dari Tuhan melainkan dari tradisi rabbinik (Matius 7:1-3)

Hukum Taurat menekankan hal-hal lahiriah yang telah dipahami oleh orang Israel secara turun temurun sebagai tuntutan tradisi yang mengikat, dan hukum Taurat itu jika diperinci ada 613 perintah yang harus dipikul! (MITSVOT). "KUK" ini juga disebut הכלה - HALAKHAH (petunjuk moral yang berisikan soal-soal hukum dan praktek ibadah Yahudi)

"613 MITSVOT" adalah penjabaran dari Taurat Musa, disusun oleh para rabi Yahudi (rabi Rambam dan dimuat dalam Misyneh Torah dan Talmud, traktat Makot) menjadi 613 buah. Jika Sepuluh Firman ('ASERET HADEVARIM) diibaratkan sebagai Undang-undang Dasar, maka Hukum Taurat merupakan Undang-undang (organik), dan "MITSVOT" adalah Peraturan Pemerintah.

Dengan demikian "Kuk Hukum Taurat" jelas sangat berat, melelahkan apalagi pelaksanaannya harus sempurna :
Yakobus 2:10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Dan nyatanya tak ada orang yang mempu memikul kuk Taurat yang jumlahnya sebanyak itu.

Sedangkan yang Tuhan Yesus tawarkan sebuah Kuk yang ringan yaitu Hukum Kasih. Keseluruhan Hukum Taurat terangkum dalam Hukum Kasih ini.
Disamping ringan juga melegakan, karena beban - beban kehidupan ditanggung bersama dengan Kristus sendiri.
Mat 28: 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Bayangkanlah "kuk" ini kita pikul bersama-sama dengan Yesus. Seperti pada sebuah kereta dengan 2 ekor kuda, satu kuda adalah kita dan satu kuda di sebelahnya adalah Yesus.
Jadi beban yang ada di kereta tersebut ditanggung bersama.
Yesus Kristus tidak sekali-kali meninggalkan kita ditengah jalan, selama kita mau bersamaNya.
Pada Yohanes 12: 46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.

Kemudian Kristus juga mengundang kita untuk belajar padaNya, agar kita dapat menjalankan Hukum Kasih, belajar untuk menjadi serupa denganNya. Salah satunya ialah lemah - lembut, rendah hati. Jika kita dapat hidup dengan lemah - lembut dan rendah hati maka kita akan mendapatkan ketenangan jiwa.

Mengapa bisa demikian? Bagaimana hubungan antara lemah-lembut dan rendah hati dengan ketenangan jiwa?

Ketika beban hidup demikian menekan dapat merubah karakter manusia, akibat beban ini manusia menjadi mudah marah, temperamental, tidak boleh tersinggung. Ini kita dapat lihat dijalan raya bagaimana manusia tidak ada yang mau mengalah ketika mengendarai kendaraan, dan terjadilah perang mulut. Karena semua manusia telah terbeban berbagai hal dalam kehidupan ini.

Jadi kalau digambarkan "beban" yang ditanggung membuat "stress" dan akibatnya kehilangan kendali diri, begitu kehilangan kendali diri maka ketenangan jiwa hilang. Begitu ketenangan jiwa hilang maka sukacita pun sirna.
Suka cita sirna akibatnya penyakit menumpuk, hidup menjadi tanpa makna.

Hal inilah yang dilihat oleh Kristus, maka Ia menawarkan jalan keluar dari kemelut ini. Ketika kita mau menerima Kuk yang Kristus tawarkan untuk belajar kepadaNya untuk mengikut teladan dan ajaranNya. Belajar untuk lemah - lembut dan rendah hati.
Tentang karakter Yesus Kristus sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, Yesaya 42 : (2) Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. (3) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. (4)Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Kita tidak akan pernah berhasil jika mengatasi persoalan, masalah dan beban kehidupan yang datang bertubi-tubi dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Akan tetapi jika kita mau menerima Kuk Kristus yaitu Hukum Kasih, dan Kristus berjalan bersama dengan kita, Ia yang juga akan menanggung beban beban kehidupan. Ketika kita berjalan bersamaNya, kita akan belajar akan karakter Nya, kita menjadi lemah-lembut dan rendah hati seperti Kristus.

Lemah lembut dapat berjalan tanpa rendah hati, lemah lembut yang Kristus ajarkan adalah lemah lembut dan rendah hati.

Karena ketika kita rendah hati maka pasti kita lemah lembut, orang yang lemah lembut belum tentu rendah hati. Contoh yang paling mudah adalah bagaimana seorang salesman top berhadapan dengan calon konsumennya, mereka pasti lemah lembut, tetapi belum tentu rendah hati.

Begitu kita dapat mencapai kerendah-hatian seperti yang Kristus ajarkan, maka hampir seluruh persoalan hidup yang kita hadapi menjadi ringan.
contoh yang paling mudah kita temukan adalah di dalam penghidupan sehari-hari. Mengapa terjadi cek-cok antara suami dan istri? dan karena sering kali terjadi maka perceraianlah jalan keluarnya? karena masing-masing tersinggung egonya. Mengapa dikegiatan Gereja sering timbul masalah, dan terjadi percekcokan? Yang merasa kalah maka meninggalkan Gerejanya pergi mencari Gereja lain. Karena sebabnya masing-masing tersinggung egonya. Masing-masing merasa diri benar, bahkan merasa paling benar! Jadi ketika itu semua terjadi dimanakah gerangan kerendah-hatian yang Yesus ajarkan.

Janganlah menganggap remeh persoalan ini, karena dampaknya kepada kehidupan sangat buruk, seperti efek donimo.
Ada sebuah cerita dimana seorang ayah bertengkar di kantornya, pulang kerumah tidak dalam keadaan suka-cita. Anaknya tanpa sengaja menjatuhkan barang porselen koleksinya, melihat itu sang Ayah menjadi marah dan tanpa sengaja menampar anaknya, ketika ditampar anak kecil itu terjatuh dan kepalanya membentur ujung meja, kepalanya robek. Sang Ayah panik dan dengan berurai air mata ia membawa anaknya ke rumah sakit. Inilah hasil dari tidak adanya kerendah hatian, bermula dari pertengkaran di kantor!

Masih banyak bukti-bukti lain dipenghidupan satu beban hidup menjadi banyak beban karena tidak ada kerendah-hatian. Kristus sudah tahu itu semuanya, oleh karena Ia mengundang anda dan saya! Kala kita semua mengaku Kristen itu berarti pengikut Kristus, tetapi tidak ada kerendah-hatian dan kelemah-lembutan, bagaimana bisa? Perlu kita renungkan dengan sungguh-sungguh.

Ayat 30 mengatakan: "Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Dengan membaca ayat ini maka alangkah bodohnya jika seseorang menolak Kuk yang ditawarkan Kristus, apa lagi mengaku diri kita seorang Kristen.

Kesimpulan:
Belajar lemah-lembut seperti Yesus maka beban penghidupan menjadi ringan dan hidup penuh dengan Sukacita.

Bogor 19 September 2015,
Luki F. Hardian

20150818

Setia dalam Perkara Kecil

Setia dalam Perkara Kecil

Lukas 16:10-13
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Perkara Kecil
16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Dalam perikop hari ini jelas Tuhan Yesus membicarakan tentang harta duniawi yaitu Mamon. Kata Mamon (kekayaan) berasal dari bahasa Kasdim, yang berarti "rumah harta benda", "kekayaan", sehingga kata tersebut dipakai juga untuk mempribadikan kekayaan, sebagaimana tersebut dalam Mat 6:24; Luk 16:9. Kata Mamon itu sendiri hanya disebut empat kali dalam seluruh Kitab Suci yaitu Mat 6:24; Luk 16:9 ; 11 dan 13.

Mengenai hal kekayaan ini dianggap oleh Tuhan Yesus sebagai perkara kecil, dan dengan jelas jika ada orang yang tidak setia pada perkara kecil ini maka ia pun tidak akan setia pada perkara besar. Perkara Besar adalah perkara kerohanian termasuk perkara kehidupan Kekal.

Ini suatu hal yang cukup berat untuk dapat diterima oleh kebanyakan orang termasuk diri saya. Bagaimana mungkin perkara keuangan atau harta bisa dianggap perkara kecil?
Berapa banyak orang menjadi putus asa karena dihimpit kemiskinan? Sampai-sampai berani menipu sana-sini, berani mengambil resiko apa saja untuk mendapatkan uang! Atau ada juga menjadi apatis dan marah kepada Tuhan.
Ada pula kejadian dimana seorang kaya raya yang mengambil jalan bunuh diri karena kekayaannya menciut. Aneh bukan?

Konglomerat asal Jerman, Adolf Merckle, mengakhiri hidupnya secara tragis. Senin malam, 5 Januari 2009 waktu setempat, ia nekat beradu badan dengan sebuah kereta api yang tengah melaju kencang setelah tak tahan menghadapi kenyataan bahwa semua aset perusahaannya - mulai dari industri mobil VW, farmasi, hingga pembuatan semen - susut terjerat krisis keuangan global.
Sebelum krisis Majalah Forbes pernah mengungkapkan bahwa Merckle memiliki aset kekayaan senilai US$ 9,2 miliar,dan pada tahun 2005, pemerintah Jerman memberi penghargaan tertinggi kepada Merckle berupa medali Bundesverdienstkreuz.

Mari kita bayangkan bagaimana mungkin kekayaan ini disebut perkara kecil jika melihat kejadian diatas. Yang miskin stress karena tidak punya kekayaan, yang kaya raya bunuh diri hanya karena kekayaannya susut!

Ketika saya mengumpulkan data-data untuk renungan ini barulah pikiran saya terbuka. (Saya percaya ini berkat doa dan bimbingan Roh Kudus). Tepat apa yang Yesus katakan bahwa kekayaan adalah perkara kecil, karena
1. Kekayaan tidak menjamin kebahagiaan, contoh jelas dari kejadian yang diceritakan di atas! Segala sesuatu yang tidak dapat memberikan kebahagiaan ataupun suka cita apalagi Kehidupan Kekal tentulah bukan hal besar atau perkara besar!
2. Yang tidak mempunyai kekayaan mengejarnya dengan berbagai cara bahkan ada yang menghalalkan segala cara, sehingga mengorbankan sesuatu yang lebih berharga, misalnya keluarga, nama baik dan bahkan kesehatan karena lupa diri tak kenal waktu dalam mengejar kekayaan.
Lalu apa pantas yang demikian kita berikan nama Perkara Besar, ini lebih tepat dikatakan Perkara Kecil yang mengakibatkan persoalan besar!

Saat ini dimana posisi Anda dan saya?
Apakah masih sedang mengejar kekayaan?
Apakah sedang galau dan susah hati karena dollar tambah naik, sedangkan harga saham di indonesia sedang turun?
Atau mungkin saat ini sedang putus asa tidak tahu apa yang harus diperbuat karena keadaan demikian susahnya sehingga untuk makan pun tidak ada?

Lalu apa maksud dari Tuhan Yesus tentang ucapannya setia kepada perkara kecil? Apakah saya harus setia kepada kekayaan?
Mari kita mencari jawaban pada ayat-ayat selanjutnya.

ayat 11-12
16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Apa artinya Mamon yang tidak jujur? Kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini mempunyai makna yang dalam. Banyak orang pada masa Yesus hadir di dunia menggantungkan hidupnya kepada kekayaannya. Ada banyak orang hadir mendengarkan Khotbah Yesus termasuk orang Farisi. ( Lukas 16: 14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. )
Semakin banyak hartanya semakin tenang hati orang tersebut. Mereka benar-benar tergantung dari kekayaannya, karena dengan menjadi kaya mereka dihargai orang, dapat memperoleh kekuasaan, dapat mempunyai banyak budak. Tetapi benarkah kekayaan dapat melindunginya dalam segala situasi? Bacalah Lukas 12:16-21. (Tentang Orang Kaya yang Bodoh). Kekayaan ternyata memberikan ketentraman semu, manusia akan dibuat selalu merasa kurang, dan akhirnya ketamakan merasuki hidupnya.
Inilah arti dari Mamon yang tidak jujur!
Bukan hanya itu saja dalam hal mengejar ketamakan manusia cenderung menghalalkan segala cara. Sehingga mereka dikatakan tidak setia dalam hal mengejar Mamon. Melakukan hal-hal yang tidak jujur! Baca Lukas 16: 1-9 Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur.

Apa yang dikatakan Yesus 2000 tahun yang lalu ternyata masih berlaku hingga saat ini. Manusia masih mengejar Mamon.
Sebelum menuduh orang lain, marilah kita melihat kepada diri kita sendiri.
Apakah saya dan anda masih mengandalkan mamon dalam kehidupan sehari-hari?
Apakah saya dan anda masih sering melakukan hal-hal yang tidak jujur dalam mengelola mamon?
Bagaimana saya dan anda bisa menjaga Harta Sorgawi (Perkara Besar), jika saya dan anda masih menjawab 'YA' pada kedua pertanyaan di atas?
Bagaimana Allah dapat mempercayai kita dalam mengelola Harta Nya?
Seharusnya kita setia kepada perkara kecil ini, bukan setia kepada mamon tetapi setia kepada Kebenaran! Berlakulah jujur, jauh dari ketamakan. Menerima hasil jerih payah jujur kita apa adanya, karena kita percaya itulah yang sudah diberikan Allah!
Mazmur 37:(25) Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua,
tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,
atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. (27) Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;(28) sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara.

Kemudian bukankah Yesus telah mengajarkan dengan jelas dalam Doa Bapa Kami! Mat 6:9-13

Yang menjadi pertanyaan ialah "Mengapa kita masih belum bisa menerapkannya padahal kita mengerti?"

Jawabannya ada pada ayat 13
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Tidak mungkin manusia mempunyai 2 majikan, Allah dan Mamon, akan tetapi kita masih melakukan dan kalau bisa menyembah kepada dua-duanya! (keinginan terselubung)
Tuhan mengatakan ini tidak mungkin! Oleh karena itu kita harus memilih.

Mamon selalu menjajikan hal yang tidak jujur. Seperti yang sudah dikatakan di atas, dengan mempunyai banyak kekayaan kita dapat memperolah kekuasaan! Kekuasaan dari manusia bukan dari Allah.
Karena pengalaman hidup sering direndahkan atau dilecehkan maka kita mengejar kekuasaan, dengan dalih agar nanti tidak dilecehkan lagi! Dan ketika kita memperolehnya, kita lupa siapa diri kita sebenarnya. Akibatnya kita bertindak seperti Allah! Kita memuliakan diri sendiri dan membalas dendam kita.
Kita menjadi munafik, sepertinya kita orang yang saleh dan baik, padahal hati kita penuh dengan kebencian. Kita ingin membalas kemudian tanpa sadar kita ingin dimuliakan. Akibatnya kita tidak dipercayai mengelola Perkara Besar.
Matius 6:21-24. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Masihkah kita tetap bersikukuh mau menyembah dua majikan, sedangkan Alkitab dengan jelas mengatakan tidak mungkin?

Kesimpulan:
Kesetiaan adalah salah satu unsur buah Roh Kudus, Buah Roh ini bukan karena usaha kita melainkan diperoleh ketika Allah menjadi majikan tunggal saya dan anda.

Bogor 14 Agustus 2015.
Luki F. Hardian

20150801

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.
Kisah Para Rasul 9:36-43
Petrus menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. 9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." 9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. 9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. 9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. 9:42Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. 9:43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.

Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang.
Apa arti Kebaikan Allah? Apa perbedaan dgn kebaikan manusia atau kebaikan umumnya?
Ini perlu dijelaskan dengan baik agar tidak terjadi kesalah pahaman, karena perbedaannya sering kali kita abaikan karena tanpa sadar kita merasa Kebaikan Allah sama dengan kebaikan pada umumnya.
Menurut KBBI arti ke·ba·ik·an :
1 sifat baik; perbuatan baik:
2 sifat manusia yg dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yg berlaku;
atau secara moral ia baik.
Itulah kebaikan yang kita kenal pada umumnya.
Lalu bagaimana dengan arti Kebaikan Allah? Marilah kita telaah dari bacaan kita hari ini.
Ayat : 36-38a menjelaskan siapa Dorkas.
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. 9:38 Lida dekat dengan Yope.

Tabita atau Dorkas tinggal di Yope, nama ini di dalam Alkitab hanya disebut pada perikop ini, dan tidak diketemukan pada bagian lain dalam Alkitab. Jadi mengenai Siapa Dorkas kita hanya mendapatkan gambaran yang tidak banyak. Ia disebut hanya seorang murid, tentunya murid Kristus. Kalau sampai orang banyak menyebut Dorkas murid Kristus, ini disebabkan karena Dorkas adalah pengikut Kristus, dan seorang pengikut tentunya menuruti teladan gurunya.
Itulah sebabnya pengikut Yesus disebut orang Kristen, artinya orang yg hidupnya seperti Kristus.

Ia banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Jadi secara duniawi ia baik secara moral, dan juga mempunyai sifat yang baik. Pada ayat selanjutnya di ayat 39 dapat kita lihat bagaimana janda-janda menangisi kepergiannya. Jadi disini tampaklah dalam kebaikan Tabita ada unsur Kebaikan Allah di dalamnya. Karena ia menuruti perintah Gurunya yaitu mengasihi para janda. (Lihat Lukas 7:13) dan sejak zaman PL Allah pun banyak memperhatikan para janda (Ul 24:17; Ul 24:19; Mzm 68:5; Mzm 146:9 dan masih banyak lagi).

Dorkas selama hidupnya membantu para janda dan banyak membuatkan baju dan pakaian untuk mereka. Jadi disinilah salah satu arti Kebaikan Allah, yaitu Kebaikan yang berlandaskan kemurahan hati. Inilah dasar yang penting dan sangat berbeda dengan kebaikan yang dunia ajarakan. Kita bisa saja mempunyai kebaikan tetapi kebaikan yang berpusat pada diri kita atau manusia (antroposentris) dan di dalamnya mengandung imbal balik, beda dengan kebaikan Allah yang berlandaskan kemurahaanNya.

Dalam PL kebaikan Allah sering diserukan sebagai tema puji-pujian dan alasan permohonan dalam doa (2 Taw 30:18; Mzm 86:5). Kebaikan-Nya nampak dalam perbuatan-perbuatan baik yg Ia buat (Mzm 119:68), tindakan kemurahan hati dari Roh-Nya yg baik (Neh 9:20; Mzm 143:10), dalam banyaknya segi-segi kemurahan-Nya terhadap seluruh bumi (Mzm 145:9); khususnya kebaikan-Nya kepada fakir miskin dan kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya (Mzm 25:8; 73:1; Rat 3:25; Nah 1:7).

Pada zaman sekarang masih banyak wanita-wanita sebagai murid Kristus yang seperti Dorkas, salah satu yang kita kenal adalah Bunda Teresa dari Kalkuta. Ia berbuat baik bukan untuk terkenal, Ia berbuat baik karena menuruti nasihat Gurunya. Ia mengumpulkan orang-orang yang dibuang, orang-orang miskin yang tidak punya rumah, orang-orang sakit yang sedang menunggu ajal dilorong-lorong jalan kumuh. Bunda Teresa mengumpulkan mereka dan dirawat nya bersama dengan teman-temannya agar manusia terbuang ini dapat meninggal dengan layak seperti layaknya seorang manusia dihadapan Allah (Maz 8).

Bagiamana dengan kita? apakah kebaikan kita adalah kebaikan dunia atau kebaikan Allah?
Mengapa kita berbuat baik? Kepada siapa kita berbuat baik?

Ketika sampai pada bagian ini, saya malu mengakui bahwa ternyata 'kebaikan' yang saya lakukan selama ini adalah kebaikan yang umum, karena selalu tersembunyi maksud dari kebaikan yang saya lakukan hanya berpusat pada diri saya sendiri!
Bisakah saya berubah? Bagaimana caranya?
Kalau anda masih seperti saya dan ada keinginan berubah maka ada baiknya kita belajar kepada Petrus pada bacaan selanjutnya.

Ayat : 38 b-41
Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." 9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. 9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. 9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.

Petrus sedang ada dekat Yope, bagi kita orang percaya bahwa ini bukan suatu kebetulan, inilah pekerjaan Allah, sehingga orang di Yope dapat datang ke Lida dengan cepat untuk memanggil Petrus. Mereka pasti telah mendengar mujizat atas nama Yesus yang dilakukan Petrus sebelumnya (Kis 9:32-35). Jadi mereka sangat mengharapkan kehadiran Petrus , dengan harapan bisa menolong Tabita. Pada bacaan selanjut dengan jelas kita dapat melihat apa yang diperbuat Petrus.
Ada sesuatu yang sangat penting yaitu di ayat 40 B "lalu ia berlutut dan berdoa". Ini adalah suatu kegiatan yang paling utama sebelum kita melakukan kegiatan lainnya.
Walau tidak disebut apa yang Petrus doakan tetapi satu hal yang pasti kita tahu bahwa Petrus tidak memerintah Allah untuk menuruti kehendak Petrus, melainkan ia pasti meminta Kemurahan Allah serta Kebaikan Allah. Kebaikan Allah pasti membawa dampak bagi sipenerimanya.
Kemurahan Allah terbesar bagi manusia adalah dengan mengorbankan AnakNya yang Tunggal agar kita yang percaya memperoleh keselamatan.(Yoh 3:16).

Kebaikan Allah demikian agung dan mulia! Pernahkah kita menyadari tentang Anugerah Allah diberikan jauh sebelum kita bertobat? Jadi jangan dibalik! kita bertobat baru diselamatkan ini adalah pengertian dangkal, inilah kebaikan yang dunia pikirkan. Kamu baik maka saya baik, kamu perhatian kepada saya, maka saya lebih perhatian lagi terhadap mu.

Marilah kita buktikan! Yesus dikorbankan ketika manusia berteriak kepada Allah bahwa mereka bertobat? atau apakah mungkin pada saat ini jika seseorang bertobat lalu Yesus disalibkan kembali?
Allah memberikan dulu kemurahaanNya yang sangat besar! Tidak pandang bulu, tetapi bagi setiap orang berdosa. Inilah Kebaikan yang Allah tawarkan!
Allah tidak mematikan free will kita , kita bebas memilih mau menerima Kebaikan Allah atau menolaknya, terserah kita! Inilah bukti yang jelas.
Jauh sebelum Yesus disalibkan, ketika Yesus dikirim ke dunia , Allah sudah menunjukkan betapa baiknya IA kepada manusia. Allah tahu tanpa kebaikkanNya manusia pasti mati!

Petrus tahu akan hal ini dengan baik setelah ia disempurnakan oleh Roh Kudus, sehingga ia dapat menjadi contoh bagaimana Kebaikan Allah via Petrus dapat dirasakan banyak orang.

Jadi setelah kita melangkah pada 4 ayat ini kita sudah sewajarnya agar berlutut dan berdoa minta dikuatkan oleh Roh Kudus agar dapat seperti Petrus selaku murid Kristus serta dibuat mengerti tentang Kebaikan Allah. Ketika ada kerinduan untuk berjalan sertaNya maka Roh Kudus dapat mengubahkan diri kita!

Pada ayat 42-43
9:42Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. 9:43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.

Ada pelajaran penting dari Petrus yang harus kita perhatikan di ayat 42 ........ banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.

Setelah Petrus membangkitkan Tabita bukan dia yang dimuliakan melainkan Allah, karena ayat 42 jelas mengatakan 'banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan'
Petrus tidak mengajarkan kepada kita , bahwa setelah kita banyak melakukan kebaikan kepada sesama agar kita yang dipuja! Alkitab tidak menulis bagaimana cara Petrus bertindak, tetapi Alkitab mencatat dengan jelas hasil akhir tetap Allah yang dimuliakan.
Inilah suatu bukti ketika kita menjadi saluran berkat Allah, kita benar-benar hanya sebagai alat, tidak lebih.
Kita dapat bayangkan seperti air mengalir melalui pipa - pipa saluran, air harus mengalir tanpa terhambat! air harus mengalir sampai tujuan yang dikehendaki.

Demikian juga tugas kita sebagai saluran kebaikan Allah harus bertindak seperti pipa-pipa saluran air yang baik. Tidak menghambat, dan sampai tujuan sesuai dengan yang memasangnya, dan dalam hal ini tentunya Allah sendiri.

Kita sudah diselamatkan Allah oleh karena itu melakukan pekerjaan-pekerjaan yg baik adalah tugas wajib orang Kristen sepanjang hidupnya (Mat 5:14-16; 2 Kor 9:8; Ef 2:10; Kol 1:10; Tit 2:14). Orang Kristen dipanggil untuk siap sedia mengerjakan setiap pekerjaan yg baik yg dapat ia lakukan (2 Tim 2:21; Tit 3:1), sehingga celakalah orang yg mengaku dirinya Kristen tapi 'tidak sanggup berbuat sesuatu yg baik' (Tit 1:6; bnd Yak 2:14-26).

Amsal 3:27-28 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: "Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada padamu.

Janganlah jemu membagikan kebaikan, walau orang yang menerima kebaikan belum tentu menyadarinya bahkan ada yang malah sangat mengecewakan kita. Teruslah berbuat kebaikan karena jika kita selalu berbuat baik, maka (menurut Pdt. Bigman Sirait ) kita sedang menyantap Pohon buah Kehidupan.

Bulan lalu kita telah membahas soal Kemurahan, dan mengerti, tentunya sekarang makin dikuatkan bahwa Kebaikan Allah juga ada karena Kemurahan Allah.

Kesimpulan:
Kebaikan Allah via kita bagi setiap orang bisa kita laksanakan ketika kita mengerti apa itu Kebaikan Allah dan kita mengerti apa peran kita agar Kebaikan Allah bisa tersalurkan!

Bogor 1 Agustus 2015.
Luki F. Hardian

20150706

Kemurahan

Kemurahan
Gal 5:22-23
(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Lukas 6:27-36

Kasihilah musuhmu
(27) "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; (28) mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. (29) Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. (30) Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. (31) Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. (32) Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.(33) Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. (34) Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. (35) Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.(36) Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."


Salah satu Khotbah yang sangat terkenal diantara murid-murid Yesus baik murid-murid awal saat pelayanan Kristus ketika hadir di dunia ini, maupun murid-murid Yesus dikemudian hari hingga saat sekarang yaitu Khotbah di Bukit.
Matius membahas khotbah ini lebih panjang dan lengkap yaitu Mat 5-7dibandingkan dengan yang kita baca di Lukas hanya di Luk 6 : 20-49.


Jadi perikop yang kita baca hari adalah salah satu bagian dari khotbah di bukit, oleh karena itu jika
membaca perikop hari ini tanpa membaca atau mengerti perikop sebelum dan sesudahnya, maka apa yang Tuhan Yesus perintahkan pada beberapa ayat di atas sangat sulit dimengerti apalagi dikerjakan.

Inilah pengajaran radikal yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya serta orang yang mau menjadi pengikut Kristus. Dikatakan radikal karena Yesus menjelaskan akar dari pada ajaran Allah yang benar, yaitu ayat(27) "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu".


Inilah yang tidak diketahui atau disadari oleh orang-orang banyak termasuk murid-murid Kristus.
Kemudian Yesus melanjutkan pada ayat 28 hingga 31 suatu aturan radikal lainnya.
"mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Perintah Yesus :"Kasihilah musuhmu" bukanlah perintah baru melainkan suatu penegasan tentang Hukum Kasih yang Allah sudah berikan sejak dulu, hanya disalah artikan oleh ahli Taurat tentang ajaran bencilah musuhmu. Ini bisa dilihat pada Mat 5:43-44 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
LAI menerjemahkan kata Kamu telah mendengar firman...... jika dilihat bahasa aslinya Yunani kata firman itu "erreyh", kata erreyh ini bisa diarti juga "dikatakan". Ketika kita mendengar kata "fiman" maka otomatis pikiran kita adalah ucapan Allah. Jadi seolah-olah ini sudah dikatakan Allah untuk membenci musuhmu! untuk menghindari kesalah pahaman seharusnya kita mengartikannya bukan "firman" melainkan "dikatakan". Ini seperti yang ditulis dalam

GWV( God Words Version)
"You have heard that it was said, 'Love your neighbor, and hate your enemy.'

BIS ( Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
"Kalian tahu bahwa ada juga ajaran seperti ini: cintailah kawan-kawanmu dan bencilah musuh-musuhmu.

FAYH ( Firman Allah Yang Hidup)
"Kalian telah mendengar orang berkata, 'Kasihilah temanmu dan bencilah musuhmu.'

Ini perlu kita lihat perbandingan dari banyak terjemahan Alkitab agar kita tidak menjadi bingung. Dengan membaca banyak terjemahan maka kita mengerti Yesus bukan membawa ajaran baru yang bertentangan dengan ajaran Allah yang lama, akan tetapi Yesus membantah pengertian pengertian Ahli Taurat yang salah.
Jadi sangat jelas kepada kita apa yang Yesus ajarakan mengenai "Kasihilah musuhmu" demikian juga ajaran Yesus selanjutnya yang telah kita baca di ayat 28-31.

Apa yang saya cuplik dari Sabda.org :"Perintah itu dimaksudkan untuk menggiring para pembaca Injil untuk melakukan perbuatan yang dijiwai kasih, dan itu bukan berarti meniadakan hukum Taurat tetapi itu juga berarti peningkatan dari hukum Taurat".

Bagaimana dengan kita saat ini yang mengaku murid Kristus? Pada Ayat 27 jelas dikatakan oleh Yesus : "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata:......"
Jika kita yang mengaku Yesus adalah Tuhan, maka sudah seharusnya kita juga mau mendengarkan apa yang Yesus katakan!
Apakah cukup dengan mendengarkannya saja? Tentu jawabannya: "Tidak"!
Kalau jawabannya "Tidak" berarti setelah mendengarkan kita harus menerapkannya dalam tindakan kita sehari-hari.
Mungkinkah kita mengasihi musuh kita? Mendoakan yang mencaci kamu?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, sebaiknya kita melihat dan memeriksa, siapakah musuh kita? siapakah yang mencaci kita? dan dilanjutkan dengan pertanyaan; mengapa sampai kita mempunyai musuh, mengapa sampai orang mencaci kita?
Inilah yang harus kita periksa dengan jujur, agar tidak salah mengartikan ajaran Kritus!
Demikian juga dengan ayat selanjutnya : "Mengapa sampai ada orang yang menampar kita?" Mengapa sampai ada orang yang mengambil kepunyaan kita?"
Sekali lagi periksalah diri kita dengan jujur di hadapan Allah.
Jangan-jangan semuanya itu sumber awalnya adalah diri kita sendiri! Oleh karena itu Yesus menambahkan suatu kondisi yang menjawab pertanyaan di atas dengan "Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka."

Ini suatu pernyataan Tuhan Yesus agar kita jangan menjadi sumber segala petaka atau dengan bahasa sehari-harinya janganlah kita jadi "biang keroknya"

Sudah seharusnya sebagai pengikut Yesus yang setia, maka kita melaksanakan apa yang Yesus perintahkan, maka tentunya buah Roh Kudus ada dalam diri kita (Gal 5:22-23).
Dan kalau sudah demikian mungkinkah kita mempunyai musuh, mungkinkah ada orang yang caci kita?

Ada! yaitu orang yang tidak mau menerima Yesus, orang yang membenci ajaran Kristus, atau lebih jelasnya orang-orang yang membenci kekristenan!
Untuk hal inipun kita tetap harus mengasihinya karena seperti ucapan Yesus :"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," (Lukas 23:34)
Kita harus mengikuti teladan Yesus, bahwa orang yang membenci Yesus adalah orang yang kehilangan Hidup Kekal dan nasibnya akan berakhir menyedihkan! (Ayub 15:34; Maz 1:5-6)
Inilah yang kita ketahui dengan jelas oleh karena itu kita harus prihatin akan kehidupannya dan bukan membalasnya atau bahkan membencinya. Kita harus mendoakan agar mau berbalik kepada Allah.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: "Bagaimana hubungan antar denominasi Kristen? Bagaimana hubungan antar jemaat dalam satu Gereja? Bagaimana hubungan kita dengan sesama manusia?"

Ayat : 32-34
Penjelasan:
(32) Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.(33) Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian. (34) Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.


Ayat - ayat di atas cukup jelas dan dapat kita artikan secara harafiah. Apa yang dikatakan oleh Yesus ini pada ayat 32 hingga 34 itu merupakan ayat pembanding agar kita bisa beda dengan orang-orang dunia. Ayat 27 hingga 31 menjelaskan pandangan baru dari kesalah mengertian dari Firman Allah tentang kasih, dan agar jelas bagi pendengarNya maka Yesus memberikan pembandingnya pada ayat 32-34. Ayat-ayat ini menjelaskan tentang kasih yang tidak sempurna, suatu kasih yang mengandung pamrih. Sedangkan Allah mengajarkan Kasih yang sempurna, Kasih tanpa pamrih.

Bagaimana dengan kita? Jika kita lihat kepertanyaan sebelumnya, dan periksalah dengan jujur di hadapan Allah! Maka apa yang dikatakan Yesus, ternyata hingga saat ini juga masih terjadi. Kita tidaklah beda dengan yang disebut di ayat 32-34. Kita baik kepada orang yang baik pada kita, bukan? Kita menaruh hormat hanya kepada denominasi yang sama! Kita merendahkan denominasi yang lain. Kita membenci orang-orang yang membenci Kristus! Jadi apa bedanya kita dengan orang fasik, dan masih sama dengan dunia!

Ini berarti belum mau mendengarkan Firman Yesus di ayat 27, kalau belum mau mendengar berarti belum mengakui Yesus sebagai pemimpin kehidupan saya dan anda.
Ini wajib kita pikirkan kembali dengan baik-baik!

Ayat :35-36
(35) Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.(36) Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."


Dibagian akhir perikop ini Yesus menegaskan suatu alasan mengapa kita harus mengasihi musuh dan berbuat baik kepada orang yang tidak berbuat baik kepada kita. Allah Yang Mahatinggi baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Pada Mat:
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Ini semua karena Allah "murah hati".

Jadi jelas sudah mengapa kita tidak mau berbuat apa yang diperintahkan oleh Yesus melalui bacaan ini karena kita tidak mempunyai kemurahan hati. Inilah akar permasalahannya, begitu tidak ada kemurahan hati maka kita tidak dapat mengasihi musuh kita, atau orang-orang yang mencaci kita.
Kalau kita tetap pada pendirian kita maka kita tidak akan menerima upah yang besar yaitu kehilangan hak menjadi anak-anak Allah.
Apa yang Allah minta yang dijelaskan melalui perkataan Yesus sebenarnya murah dan mudah. Apa ruginya kalau kita murah hati. Kerugian apa yang akan kita derita jika kita murah hati. Kerugian apa jika kita mengasihi orang yang tidak mengasihi kita? Kerugian apa jika mengampuni orang yang menganiaya kita? Kerugiannya adalah ego kita. Ego kita yang gosok oleh Iblis, sehingga Roh Kudus dalam diri kita singkirkan. Kerugian ini yang berakibat fatal ketika kita tidak murah hati.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Kesimpulan:
Dengan tidak adanya kemurahan maka otomatis tidak adanya Buah Roh, dengan tidak adanya Buah Roh berarti perlu dipertanyakan apakah Yesus Tuhan kita?

Bogor, 6 Juli 2015
Luki F. Hardian

20150607

Kesabaran dalam kesesakan

Kesabaran dalam kesesakan
Habakuk 2 :1-20
Orang yang benar akan hidup oleh karena percayanya
(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (4) Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. (5) Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."
Penghukuman atas para penindas
(6) Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya berapa lama lagi? dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian. (7) Bukankah akan bangkit dengan sekonyong-konyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka? (8) Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa-bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. (9) Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka! (10) Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri. (11) Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah. (12) Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan. (13) Sesungguhnya, bukankah dari TUHAN semesta alam asalnya, bahwa bangsa-bangsa bersusah-susah untuk api dan suku-suku bangsa berlelah untuk yang sia-sia?(14) Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut. (15)Celakalah orang yang memberi minum sesamanya manusia bercampur amarah, bahkan memabukkan dia untuk memandang auratnya. (16) Telah engkau kenyangkan dirimu dengan kehinaan ganti kehormatan. Minumlah juga engkau dan terhuyung-huyunglah. Kepadamu akan beralih piala dari tangan kanan TUHAN, dan cela besar akan meliputi kemuliaanmu. (17) Sebab kekerasan terhadap gunung Libanon akan menutupi engkau dan pemusnahan binatang-binatang akan mengejutkan engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. (18) Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya. (19) Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di dalamnya. (20) Tetapi TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!


Ayat 1-3
Habakuk 2 ini menjelaskan tentang jawaban Allah atas doa dan jeritan Nabi Habakuk, termasuk berbagai pertanyaan ada dalam pikiran dan hati Habakuk. Kitab ini menurut para ahli ditulis antara thn 608 hingga 598 SM. Pada saat itu Yehuda ada dalam kuasa bangsa Babel yang fasik. Berbagai kejadian yang Nabi Habakuk lihat tidak masuk akalnya. Bagaimana orang orang fasik dapat hidup enak-enak, sedangkan org benar hidup menderita. Hal ini dapat kita lihat pada Habakuk pasal 1. Banyak pertanyaan ini ia sampaikan kepada Allah.

Pada Habakuk 2:1-3 Habakuk mendapat jawaban Allah:
(1) Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (2) Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (3) Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
dan ia dipertintahkan untuk mencatatnya pada loh-loh. Mengapa harus dicatat pada loh-loh? Karena apa yang Allah katakan tidak segera terlaksana, dan orang sambil lalu dapat membacanya. Jawaban Allah pasti terjadi , Allah tidak akan menipu (ayat3).
Ketika kita melihat ketidak adilan yang terjadi di dunia, misalnya kita tahu bagaimana penindasan yg terjadi kepada kaum tidak mampu oleh orang-orang yg mempunyai kuasa, dan hal yg mengusik hati adalah mengapa ini bisa terjadi?
Hidup kita penuh dengan kesesakan dan penuh penderitaan, kita merasa hidup ini tidak adil, kita berteriak kepada Tuhan, tapi jawaban tidak kita peroleh.
Hingga suatu saat kita bertanya apakah benar Allah ada dan benarkah Allah masih berkuasa?

Jika kita perhatikan penderitaan bangsa Yehuda pada zaman Nabi Yehuda, penderitaan ini terjadi karena bangsa ini telah meninggalkan Allah sehingga dihukum oleh Allah dengan menggunakan bangsa fasik yaitu Babel untuk menguasai kehidupan bangsa Yehuda.
Jika kita melihat penderitaan pengikut Kristus pada zaman Gereja Mula-Mula atau tepatnya zaman Paulus, sangat jauh berbeda mereka menderita bukan karena meninggalkan Allah melainkan karena mereka beriman kepada Yesus Kristus. Mereka menderita karena mengabarkan Injil. Ini bisa kita lihat pada Roma 8:35, Roma 12:12, atau 2 Kor 6: (4) Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, (5)dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;

Yang menjadi pertanyaan saat ini apa yang membuat kita hidup dalam kesesakan?
Kalau kita boleh jujur kita merasakan kesesakan bukan karena memberitakan Injil seperti yang terjadi pada zaman gereja mula-mula. Akan tetapi kita pun menolak pendapat bahwa kesesakan yang kita derita karena kita telah meninggalkan Allah seperti yang dikerjakan bangsa Yehuda.
Nah, kalau bukan dua-duanya apa yang membuat kita hidup dalam kesesakan?
Mari kita periksa bersama-sama apa sebenarnya akar masalahnya dengan menelaah ayat-ayat selanjutnya.

ayat 4-5
(4) Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. (5) Orang sombong dan khianat dia yang melagak, tetapi ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut, sehingga segala suku bangsa dikumpulkannya dan segala bangsa dihimpunkannya."

Ayat 4 jelas mengatakan bahwa orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya, dan ayat 5 orang sombong tidak akan tetap ada. artinya akan dimusnahkan.


Siapa yang dimaksud dengan orang benar disini? Yang paling mudah dengan melihat ayat 4 dan ayat 5 tentunya orang yang tidak angkuh, tidak sombong. Dan yang terpenting hati orang benar tentunya hanya terarah kepada Allah, bersekutu secara erat dan berkesinambungan dengan Dia.

Kata orang benar akan hidup oleh percayanya ini dapat diartikan hidupnya penuh dengan "iman", kepercayaan yang kokoh dan kesetiaan hanya kepada Allah. Rasul Paulus menulis Roma 1:17 (17) Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." dan Gal 3:11
(11) Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman."

Jadi jelaslah mengapa bangsa Yehuda pada saat itu hidup penuh kesesakan karena mereka tidak beriman kepada Allah. Malah hidup menyatu dengan bangsa Babel yang fasik dan besar kemungkinan kehidupan bangsa Yehuda sudah menyatu dengan kehidupan bangsa Babel sehingga hidup seperti orang fasik.


Sekarang kembali kepada diri kita, agar jelas permasalahannya.
Apakah kita hidup penuh dengan kesombongan?
Apakah kita hidup tidak rendah hati?
Apakah kita hidup sudah beriman kepada Allah melalui Yesus Kristus?

Ayat 6-20
Ayat-ayat ini mengucapkan kutukan-kutukan hukuman atas mereka yang "tidak lurus hatinya" (ayat Hab 2:4). Orang semacam ini akan dihukum karena merampas milik orang (ayat Hab 2:6-8), ketidakadilan (ayat Hab 2:9-11), kekerasan dan tindak pidana (ayat Hab 2:12-14), kebejatan (ayat Hab 2:15-17), dan penyembahan berhala (ayat Hab 2:18-20).

Kalau melihat hukuman Allah kepada bangsa Yehuda dengan menggunakan bangsa Babel, kelihatannya Allah begitu kejam ya. Koq tega ya? Umat yang dikasihinya dihukum demikian rupa.
Demikian pula kala kita hidup dalam kesesakan, kita mulai berpikir, apa dosa saya ya, sehingga dihukum Allah sedemikian rupa.
Sakit yang tak kujung sembuh, orang - orang mengfitnah saya, padahal saya sudah berbuat banyak untuk mereka.
saya mencari pekerjaan yang tak kunjung datang, dan masih banyak lagi keluhan-keluhan lainnya.
Saya mulai mencari jawaban tetapi tidak saya temui. Sehingga kembali kepada sangkaan saya semula bahwa Allah sangat kejam. atau mungkin Allah sudah tidak ada atau tidak peduli, mungkin juga Allah sudah tidak berkuasa lagi.

Melihat jawaban Allah kepada Nabi Habakuk ada pertanyaan yang masih relevan saat ini, apakah saya bengkok hati?, apakah saya mengingini hak orang lain?, apakah saya masih melakukan ketidak adilan, kekerasan, melanggar hukum, kebejatan termasuk perselingkuhan, dan yang terparah adalah menyembah berhala baik secara sadar maupun secara tidak sadar!
Gambaran Allah yang kejam sebenarnya sangatlah salah! Allah sejak zaman PB hingga saat ini tidak berubah adalah Allah yang penuh Kasih!
mazmur 32 : 1 Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,
yang dosanya ditutupi! (2) Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN,
dan yang tidak berjiwa penipu!
Roma 4: (7) "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; (8)berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya."

Kemudian apa yang dimaksud dengan Firman Allah kepada Habakuk pada ayat 6-20 dengan menggunakan kata "Celakalah...." sebanyak 5 kali.?

Ketika kita hidup seperti yang digambarkan pada bacaan hari ini, maka sebenarnya dunia menerkam kita dengan kejamnya, dan Allah membiarkannya. Karena kita memilih jauh daripada Nya. Kita hidup terpisah atau memisahkan diri daripada Allah!
Kita melihat korupsi merajarela di negeri kita, dan walau sudah disidangkan dan divonis mereka terlihat tenang-tenang saja, sepertinya tidak malu. Apakah benar memang demikian? Tidak!
Dunia yang sama bejatnya mencibirnya, menghinanya dlsbnya.
Jika ada orang yang tidak lurus hatinya atau bengkok hati, pasti sekali waktu akan terbuka kedoknya sendiri. Apakah ini hukuman dari Allah? Bukan karena dunia sedang menganga menunggu saatnya terbuka!
Semua hal-hal kejahatan kebejatan yang dilakukan manusia akan terbuka pada saatnya.
Mari perhatikan Amsal 29:(6) Orang yang jahat terjerat oleh pelanggarannya, tetapi orang benar akan bersorak dan bersukacita.
Jerat - jerat inilah yang ditebar oleh sipenghulu dusta!
Ketika orang berselingkuh dan terbuka kasusnya, apakah ini adalah hukuman dari Allah? bukan Ia terjerat oleh pelanggarannya.
Maka dari itu bertobatlah, berbaliklah kepada Allah, sebelum Allah benar-benar menjatuhkan hukuman yang dasyat bagi orang jahat yang tidak mau bertobat dengan tidak ada ampun pada saat hari penghakiman!

Kini sampailah pada akhir pembacaan kita. Bagaimana dengan kesesakan yang kita derita?
Apa sebabnya kita merasakan kesesakan?Hanya kita sendiri dan Allah yang tahu.
Kalau kita hidup benar dan beriman hanya kepada Allah dan mengalami kesesakan, maka kita pasti bisa bersabar dalam kesesakan sambil menanti jawaban dari Allah seperti Nabi Habakuk.

Kesimpulan:
Hiduplah benar, berimanlah dan fokuslah hanya kepada Allah melalui Yesus Kristus maka kesabaran selalu ada dalam hati kita apapun yang terjadi!

Bogor 5 Juni 2015
Luki F.Hardian

20150429

Damai Sejahtera Tuhan Bagi Kita


Damai Sejahtera Tuhan Bagi Kita
Yohanes 14:25-31
Roh Kudus yang dijanjikan Ay 25-26
(25) Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; (26) tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Waktu berjalan begitu cepat tidak terasa kita sudah melewati 4 bulan di tahun  2015 ini, bagaimana perjalanan hidup kita bersama Kristus? Pada awal tahun kita sudah belajar "Di dalam Yesus kita berbuah banyak" dilanjutkan bulan berikutnya "Hidup dalam Kasih Allah", lalu "Bersukacita di dalam Tuhan". Sebenarnya jika kita menjalankan semua yang apa yang telah dibahas dan mendalami Firman Tuhan, maka tentunya hidup kita sudah penuh dengan Damai Sejahtera. Namun kenyataannya tidak demikian bukan? Kita lebih sering kehilangan Damai Sejahtera, ini disebabkan oleh tekanan hidup yang bertubi-tubi kita rasakan. Banyak hal yang menggocoh kita dari berbagai sudut kehidupan. Hal demikian juga yang akan dihadapi oleh murid-murid Yesus ketika Yesus disalibkan. Hal inilah yang sudah diketahui oleh Tuhan Yesus, oleh karena itu Ia menegaskan dalam ayat 25 dan 26. Ini difirmankan Yesus Kristus sesaat sebelum Ia diserahkan dan disalibkan.

Ayat 26 a : tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, dalam bahasa aslinya Yunani ditulis parakletos ho pneuma ( par-ak'-lay-tos ho pnyoo'-mah ) dapat diartikan penghibur atau penolong dari Roh Kudus.
Jadi Roh Kudus yang dikirim oleh Allah dalam hal ini berperan sebagai penghibur, ini salah satu tugas dari sekian banyak peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Mengenai Roh Kudus yang berperan sebagai penghibur sering dikatakan dalam Alkitab seperti pada Yoh 15:26; Yohanes 16:7; Kisah 9:31; Roma 15:4 ; 2 Korintus 1:3-4.

Apakah Roh Kudus sebagai penghibur ini tetap berlaku hingga saat ini? Ya tentu masih berlaku, selama kita percaya kepada Yesus Kristus dan firmanNya.
Pada Matius 28 ayat 20 b tertulis: Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Dengan cara apa Yesus menyertai umatnya hingga akhir zaman yaitu dengan cara mengirimkan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Allah yang hidup dan Kekal ( Ibrani 9:14 ).
Jadi kita harus menyakini bahwa Roh Kudus, Roh penghibur itu adalah Roh Allah yang Maha hadir terlebih pada diri setiap orang yang percaya. Janganlah ragu!

Damai Sejahtera ay 27-29
(27) Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (28) Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (29) Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.

Begitu kita menerima dan merasakan kehadiran Roh Kudus yang menjadi penghibur maka Damai Sejahtera Kutinggalkan bagimu, ayat 27 dan 28 sangat jelas apa yang difirmankan oleh Yesus. Ia pergi kepada Bapa tetapi Damai sejahteranya tetap bersama kita.

Pemberian Yesus ini tidak seperti yang dunia berikan. Sebagai contoh; saya bertahun-tahun menghidupi nafkah keluarga dengan bekerja kepada orang lain, artinya sebagai karyawan. Setiap kali menerima gaji, hati ini sangat berbunga-bunga, dan di dalam hati mulailah membagi-bagi gaji ini untuk banyak keperluan, hati rasanya dipenuhi kegembiraan, karena banyak hal bisa dikerjakan dengan gaji ini. Sesampai nya dirumah mulailah pengaturan keuangan dimulai bersama istri. Begitu selesai dibagi, melihat faktanya langsung saja kegembiraan itu sirna seketika. Kenapa ? karena tidak tersisa apapun! Inilah yang diberikan dunia, cepat sekali berlalu.
Di dalam kehidupan berumah tangga, ada saja benda yang ingin kita punyai, misalnya ingin mempunyai hand phone yang lebih canggih dari yang lama, karena lebih banyak fiturnya, lebih banyak kemampuannya. Mulailah menabung, atau yang lebih parah langsung membeli dengan fasilitas kartu kredit, agar bisa dibayar bulan depan! Begitu kita pakai kartu kredit, tidak lama kemudian kita mendapat telp dari Bank yang menerbitkan kartu kredit tersebut dan dengan rayuan gombalnya untuk mengubah pembelian kita ini menjadi cicilan 24 bulan, kita berpikir ya cuma lebih mahal 24 % tetapi merasa ringan dalam cicilan. Maka kita menyetujui program kredit tersebut! Apa kemudian yang terjadi? Sebelum lunas pembelian barang tersebut, kita sudah merasa bosan dengan HP tersebut karena sudah keluar HP yang lebih canggih lagi. Kita sudah tidak bangga lagi dengan hp kita! Lunas belum, bosan iya! inilah yang dunia tawarkan!
Kita jenuh dengan hidup kita , merasa sumpek, ingin refreshing, tapi uang tidak cukup, sekarang dunia menawarkan tour dengan cicilan, kita dapat tour dahulu, bayar dicicil, wah nikmat rasanya. Kita dihibur paling lama 2 minggu, selanjutnya menderita 36 bulan, inilah contoh-contoh yang dunia tawarkan.

Jelas sudah apa yang dunia tawarkan atau berikan semuanya bersifat sementara, berbeda dengan yang Tuhan Yesus berikan, pengampunan seumur hidup, kasih yang kekal, damai sejahtera yang selamanya. apa yang dunia tawarkan selalu nikmat diawalnya, merana diakhirnya, tetapi banyak manusia memilih ini, dari pada yang Tuhan Yesus tawarkan karena kita merasa sulit awalnya padahal nikmat selamanya.
Mengapa demikian? Karena sebenarnya kita belum benar - benar merasakan bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita. Kita katakan sulit mengikuti jalan Kristus, CS Lewis dalam salah satu bukunya menuliskan bahwa sebenarnya bukan sulit mengikuti jalan Kristus, melainkan ketidak mauan kita mengikutinya. Matius 11 ayat 29 Pikullah Kuk yang Kupasang dan belajarlah pada - Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. ayat 30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Membaca firman ini maka saya mengerti apa yang CS Lewis tulis, dan sangat benar, bahwa mengikuti jalan Kristus itu tidak sulit hanya saja saya tidak mau! Saya memilih gengsi daripada rendah hati. Saya memilih sombong atau arogan daripada lemah lembut, akibatnya jiwa saya menjadi tidak tenang. Karena tidak tenang maka mencari penghiburan, penghiburan yang dunia tawarkan, maka makin terpuruklah diri saya ini.
Maukah kita mengikuti jalan Kristus?

Penentuan ay 30-31
(30) Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. (31) Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini."

Pada akhir bacaan hari ini Yesus mengatakan penguasa dunia tidak berkuasa sedikitpun atas diri Yesus! Yesuslah pemenangnya. Kita sudah mendengar dan membaca mengenai kemenangan Kristus yaitu bangkit dari Maut.
1 Korintus 15:55 Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?
Ia mau disalibkan karena Ia mengasihi Bapa dan Ia melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada Nya!

Mohammad Ali sebelumnya bernama Cassius Marcellus Clay,jr asalnya seorang Kristen kemudian pindah agama yang kemudian mengganti namanya. Suatu waktu pernah diwawancari dan ditanyakan mengapa ia pindah agama? Ia katakan bahwa agama Kristen menjanjikan Kueh Pie nanti di Surga, sedangkan saya mengingininya sekarang!
Jadi jelas ia ingin nikmat sekarang selama masih hidup. Apakah memang benar demikian? Kebanyakan dari orang-orang yang mengaku beragama Kristen juga mempunyai pandangan yang mirip dengan pandangan Mohammad Ali, bahwa kita sebagai orang Kristen harus menderita, dan enaknya nanti ketika sudah mati.

Saya tidak setuju dengan pendangan demikian, pengikut Kristus harus menderita!  Enaknya nanti setelah mati, tidak masuk neraka melainkan masuk surga.
Mengapa saya tidak setuju? coba perhatikan bacaan hari ini yang mengatakan bahwa Yesus telah mengalahkan dunia, jadi bagaimana mungkin kita menikmati kue pie nya nanti? Sedangkan Yesus sang pemimpin hidup kita telah mengalahkan dunia!
Jadi pandangan orang Kristen enaknya nanti setelah mati disebabkan karena ketidak mengertian akan Firman Tuhan.

Marilah kita buktikan, tidak perlu dengan yang sulit-sulit. Coba kita datang kesebuah rumah sakit coba tengok pasiennya. Apakah yang sakit itu semuanya orang Kristen saja? Tidak bukan.
Jadi setiap orang, bangsa apapun, beragama apapun bisa sakit! Apakah ini bukan penderitaan? Jadi setiap manusia ada penderitaannya. Perbedaannya adalah ketika orang yang sakit itu benar-benar pengikut Kristus sejati, yang hidupnya tidak pernah lepas dari firman Allah, ia tetap merasakan Damai Sejahtera Tuhan. Bahkan ada beberapa kesaksian dari pengikut Kristus setia yang menderita sakit malah dapat menjadi Saksi Kristus ditengah orang - orang sakit lainnya, dan bisa membawa jiwa ditengah penderitaan sakitnya. Inilah yang membedakan, inilah kue pie yang diterima selama hidup di dunia ini, dan kue pie nya adalah kue pie dari Allah bukan kue pie Eaten, Bogor Permai atau yang lainnya.

Masih banyak bukti lainnya dalam kehidupan ini, yang intinya adalah tidak ada seorangpun yang tidak pernah merasakan penderitaan selama hidup di dunia, yang luput dari penderitaan. Bisa saja seseorang hidup bergelimang harta, tapi hatinya galau, karena menghadapi banyak persoalan. Sejak manusia jatuh kedalam dosa, maka tidak ada seorangpun yang luput dari persoalan dan penderitaan. Hanya pengikut sejati Kristus lah yang bisa merasakan Damai Sejahtera ditengah segala penderitaannya. Dan Damai Sejahtera ini masih melekat hingga di Surga nanti. Mohammad Ali mengejar kue pie yang dunia tawarkan dan membuang kue pie yang di surga, kita menikmati kue pie sekarang dan selamanya.

Kesimpulan:
Damai Sejahtera Tuhan bagi kita hanya dapat dirasakan selama hidup kita mengasihi Yesus dan menuruti kehendakNya!

Bogor 25 April 2015
Luki F. Hardian

20150401

Bersukacita di dalam Tuhan

Hasil gambar untuk bersuka cita di dalam Tuhan
Renungan dari Filipi 4:4-9
4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!
4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Surat Filipi ini ditulis ketika ia (kemungkinan besar) berada di dalam penjara sekitar antara tahun 56(di penjara di Efesus) dan th. 62 Masehi (di Roma) menunggu keputusan hukuman (mati atau tidak),  karena itu Rasul Paulus sendiri tidak dapat datang ke Filipi, sehingga ia mengirimkan utusan ke Filipi untuk mendapat kabar tentang  jemaat di Filipi yang dalam keadaan ketakutan krn tekanan pemerintah dan masyarakat thd org percaya. Jemaat di Filipi juga sangat memprihatinkan keadaan Paulus yang di penjara.
Maka untuk meredakan kecemasan jemaat Filipi, maka setelah mendapat kabar tentang keadaan jemaat di Filipi Paulus menulis surat yg penuh dgn ajakn sukacita ini (16x dlm 12 ayat)
Dalam Pasal 4 ini kita akan belajar, apa yang disarankan Paulus agar tetap bersukacita dalam keadaan seperti itu.
1.      Filipi 4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!
Paulus percaya waktu kedatangan Tuhan segera tiba. artinya bila Tuhan datang maka sgl duka berubah menjadi sukacita penuh bg org percaya, segala penderitaan dan kekacauan yang terjadi di dunia ini akan berakhir, dan segala kondisi manusia akan diubah oleh Tuhan, karena akan ada dunia yang baru yang Tuhan adakan, dan disana ada sukacita dan pengharapan.
Saat ini kita juga sering merasa tidak aman dan nyaman karena ada kelompok-kelompok yang membenci kita orang-orang percaya. Kita juga sering menjadi takut. Namun kita belajar dari Paulus untuk berpandangan bahwa "Tuhan sudah dekat" dalam arti, Tuhan yang akan mengubahkan keadaan menjadi sukacita dan penuh pengharapan dan kita juga tetap berbuat baik agar Allah dimuliakan.
2.      Ayat 6 dan 7 ini, Paulus mengajar kita untuk selalu bersukacita dalam keadaan apapun juga dengan tidak kuatir akan apapun juga dengan percaya pada kuasa pemeliharaan Tuhan  (Filipi 4:6-7)
6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Seorang pria yang sedang putus asa sedang mencari bantuan dan meminta nasihat dari seorang pendeta. Melihat kesedihan pria ini, si pendeta berucap, "Lupakan hal-hal itu. Mengapa kau tidak pergi menonton pelawak terkenal yang akan tampil malam ini? Saya dengar ia bisa membuat siapapun tertawa terbahak-bahak. Pergilah, dan kau akan lupa dengan kesedihanmu ini.
 Setelah hening sejenak, orang itu berkata, "Sayalah si pelawak itu."
Ternyata si pelawak yang bisa membuat orang tertawa terbahak-bahak, ia sendiri hidup tanpa sukacita.
Menurut ukuran dunia, sukacita kita bergantung pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya kita mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, hadiah, ang pao, kedatangan orang yang kita rindukan, atau mempunya banyak uang kita menjadi sukacita.
Dan kita bisa kehilangan sukacita karena factor dari luar, misalnya kehilangan, bertemu orang yang tidak ingin kita temui.
Jika tak ada masalah dengan kesehatan kita, semua tagihan lunas, dan semuanya berjalan lancar, maka menurut filosofi dunia, kita sukacita.
Tetapi apabila seseorang memotong jalan kita di jalan tol, atau jika ada sesuatu yang tak beres, maka tiba-tiba kita kehilangan sukacita.
Alkitab memberi kita pandangan yang sama sekali berbeda tentang hal yang disebut sukacita.
Sedang punya uang atau tidak, tetap bersukacita. Tentu ini ada caranya.
Naah bagaimana caranya?
 Pikirkan segala yg baik dan lakukan
Pikiran                   Perbuatan             kebiasaan             karakter                 gaya hidup
Filipi 4:8-9
8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.
Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap bersukacita, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, "Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?"
Sahabatnya menjawab, "Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain."
"Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali," bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
"Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri."
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
 Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Pilih untuk tetap bersukacita apapun juga yang kita alami , karena kita sudah dikasihi Allah.
Ia sudah memberikan Tuhan Yesus mati disalib untuk menebus dosa kita, kita menjadi Anak-anak Allah.  Allah sumber damai sejahtera dan sumber sukacita kita. Tidak ada apapun juga yang boleh mengambil sukacita yang telah diberikan Allah Roh Kudus di dalam hati kita.