Jumlah Pengunjung

20151104

Penguasaan diri karena Kristus (2 Korintus 5:11-21)


Penguasaan diri karena Kristus
2 Korintus 5:11-21
Pelayanan untuk pendamaian
5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. 5:12 Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. 5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. 5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Pelayanan Paulus
ayat 11-13
Takut, begitu kita mendengar atau membaca kata 'takut' yang pertama melintas dalam pikiran kita adalah sebuah pengalaman kita yang berhubungan dengan suatu situasi atau keadaan yang membuat kita takut, keadaan yang menakutkan, yang membuat kita gentar. 
Dalam hidup ini kita pun sering dilanda ketakutan. Ketakutan yang beragam, mulai takut kena penyakit, takut dirampok, dan masih banyak lagi tipe ketakutan-ketakutan.
Sedangkan arti kata takut itu sendiri ada 4:  1 merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yg dianggap akan mendatangkan bencana: 2 takwa; segan dan hormat: 3 tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb): 4gelisah; khawatir (kalau ...):rasa gelisah, khawatir kacau-balau;

Jika kita perhatikan pada ayat 11:  "Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu."
Paulus merasa takut akan Tuhan berbeda dengan ketakutan Adam terhadap Allah pada Kejadian 3: 10 (Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.")
Paulus pada ayat ini mengatakan 'Takut' berarti takwa, segan dan hormat kepada Allah, bukan takut seperti Adam karena ia telah berbuat dosa. Paulus menaruh rasa hormat yang sungguh-sungguh kepada Allah, dan ia sadar bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan  Allah, Allah tahu motivasi pelayanan Paulus, dan motivasi pelayanan ini Paulus ingin juga jelas dimata jemaat Korintus. Mari lihat ayat selanjutnya ;'dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu,..'
Pelayanan Paulus all out / habis-habisan bukan untuk mendapatkan pujian tetapi ia melayani karena ia merasa telah menerima Anugerah yang besar dari Allah melalui Yesus Kristus.
Lalu apa artinya ayat 13 (Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu) ini?
Paulus menulis ini karena ada sekelompok anggota jemaat Korintus yang menganggap pelayanan Paulus terlalu berlebihan dan dianggap tidak menguasai diri dengan baik, dan Paulus tidak berusaha menyangkal atau membenarkan diri, dan ia tidak merasa suatu masalah kala disebut 'tidak menguasai diri', karena semua yang ia kerjakan adalah dalam rangka pelayanan kepada Allah. Jadi kalau dianggap gila-gilaan itu semata untuk Allah, dan kala ia dalam keadaan penguasan diri, ini diperuntukkan untuk kepentingan jemaat.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, adakah orang yang bertindak seperti Paulus dalam pelayanan pada saat ini? All out untuk Allah, dan dianggap tidak waras oleh kita, tetapi tetap waras ketika melayani orang-orang.
Jika kita melihat riwayat pahlawan-pahlawan iman zaman sekarang, sungguh banyak yang melakukannya seperti Paulus. Banyak contohnya! Salah satunya yang paling kita kenal adalah Bunda Teresa. Inilah yang dinamakan pelayanan all out seperti Paulus. Bunda Teresa keluar dari nikmatnya tinggal dibiara, berjalan dilorong-lorong gelap dan kumuh mencari orang-orang miskin yang sekarat untuk dibawa pulang, dimandikan dan diberi makan. Apakah ini bukan kita namakan gila, tidak wajar atau dalam bahasa orang Korintus dikatakan 'tidak menguasai diri'! 
Belum lagi cerita para misionaris yang meninggalkan tempat tinggalnya yang nyaman pergi kepedalaman Papua untuk mengabarkan Injil. Beberapa meninggal karena dibunuh, meninggal karena malaria, atau hidup menderita dipedalaman. 
Bagaimana dengan diri kita? Saya merasa kebalikannya, sering kali saya tidak bisa menguasai diri saya ketika berhadapan dengan sesama jemaat, sering begitu marah hingga orang - orang menyangka saya tidak waras. Karena ego saya tersinggung, saya merasa tidak dianggap, saya merasa pelayanan saya sudah all out, tapi orang masih mencela saya. Saya merasa belum bisa seperti Paulus! Bagaimana Paulus bisa, Bunda Teresa bisa, para misionaris bisa? 
Saya rasa kita perlu perhatikan ayat selanjutnya dan kita akan tahu bagaimana caranya, dan mengerti mengapa Paulus bisa.

Kristus juru damai.
ayat 14 - 19
5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami,......
Paulus bisa all out untuk Allah karena Kristus telah menguasai dirinya. Ayat inilah kunci keberhasilan dari Paulus.
Di dalam keseharian kita sering kali kita tidak sadar bahwa ada sesuatu yang menguasai diri kita, dan ini bisa tercermin dalam tindakan kita. Sebagai contoh yang sederhana, ketika hidup kita dikuasai amarah, maka tindakan kita pun mencerminkan rasa amarah tersebut. 
Sebenarnya didalam penghidupan ada 3 kekuatan besar yang menguasai kehidupan manusia:
1. Allah, 
2. Setan,
3. Diri kita.
Kita tahu berapa besar kuasa Allah itu tetapi sering kita ragukan kekuasaanNYA, dan kita tahu kuasa Setan menyesatkan tetapi kita sering berkompromi dengan nya, dan yang kita tidak tahu atau tidak sadari adalah kuasa Diri Kita sendiri. 
Kuasa yang ketiga inilah yang sering menjatuhkan diri kita sendiri, dan kuasa inilah yang menyingkirkan Kuasa Allah, kuasa inilah yang sering berkolaborasi dengan kuasa iblis.
Tadi telah disinggung bagaimana ketika kita dikuasai amarah, bagaimana ketika hidup kita dikuasai iri hati, kepahitan hidup dan pikiran negatif? Kalau kita hidup dikuasai ego kita ini, maka Iblis datang menghampiri dan mendorong kita agar makin terperosok, jadi semakin jauhlah Kuasa Allah dalam diri kita. Hasilnya kita dapat bayangkan yaitu kegelapan dan hilangnya harapan.
Ayat 14sampai 16 kita dapat belajar dari Paulus bagaimana Yesus telah menguasai dirinya hingga ia mau diperdamaikan dengan Allah sehingga Kuasa Allah berkuasa dalam diri Paulus.
Hasilnya sungguh ajaib. Paulus menjadi Ciptaan Baru (ayat 17) dan siapapun yang menerima Yesus Kristus oleh iman dijadikan ciptaan yang baru, yang kemudian Roh Kudus akan memerintah atau menguasai diri orang percaya (Rom 8:14; Gal 5:25; Ef 2:10). 
Paulus menegaskan yang lama telah berlalu, jadi kita pun harus melupakan yang lama, benar - benar bersandar hanya kepada Allah tidak kepada yang lain, bahkan kepada kepandaian diri kita sendiri, walau seberapa pandainya diri kita, seberapa berkuasanya diri kita di lingkungan kita, baik dirumah, diperusahaan maupun di Gereja!
Pada saat PA di Pos Kartini, ibu Gea mengatakan bahwa adanya golongan Atheis Praktis yaitu seseorang yang mengaku percaya kepada Kristus, tetapi dalam tindakan sehari-hari ia mengandalkan kepada kepandaiannya, keahliannya atau kekuasaannya. Inilah yang disebut Paulus: "yang lama". Inilah yang harus ditanggalkan dan hiduplah yang baru yaitu hidup dalam Kuasa Roh Kudus. Ini sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar karena Allah telah mendamaikan kita dengan diriNya (ayat 18)
Pendamaian (Yun. _katallage_) merupakan satu segi dari karya penebusan Kristus, pemulihan orang yang berdosa kepada persekutuan dengan Allah.
Dosa dan pemberontakan umat manusia telah mengakibatkan permusuhan terhadap dan pengasingan dari Allah (Ef 2:3; Kol 1:21). Pemberontakan ini mendatangkan murka dan hukuman Allah (Rom 1:18,24-32; 1Kor 15:25-26; Ef 5:6).
Melalui kematian Kristus yang menebus, Allah telah menyingkirkan penghalang dosa dan membuka suatu jalan bagi orang berdosa untuk kembali kepada Allah (ayat 2Kor 5:19; Rom 3:25; 5:10; Ef 2:15-16).
Dan Pendamaian itu berlaku bagi setiap orang melalui pertobatan pribadinya dan imannya dalam Kristus (Mat 3:2; Rom 3:22), juga gereja telah dikaruniai pelayanan pendamaian, yang memanggil seluruh umat untuk diperdamaikan kepada Allah (ayat 2Kor 5:20; Rom 3:25).

Ada suatu pertanyaan besar, apakah benar dan sungguh-sungguh kita mau diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus? Kalau masih ada keraguan, masih pantaskah kita merasa pengikut Kristus? atau kita termasuk golongan Atheis Praktis.

Himbauan Paulus
ayat 20-21
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah

Paulus dengan jelas mengajak jemaat di Korintus dan juga berlaku untuk kita saat ini, jika kita merasa pengikut Kristus, maka kita tentunya menerima diri kita diperdamaikan dengan Allah. Biaralah diri kita dikuasai Kristus, jadikanlah diri kita kepunyaanNYA.

Kesimpulan:
Ketika hidup kita telah dikuasai Kristus, maka kuasa diri kita menjadi tidak berarti lagi, dan buah Roh Kudus yang terakhir yaitu Penguasaan Diri bukan hal yang mustahil karena Penguasaan Diri ini bukan hasil kerja kita melainkan karena Kristus. 

Bogor, 24 Okt 2015.
Luki F. Hardian