Belajar lemah lembut seperti Yesus
Matius 11:28-30
(28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Undangan.
Pernahkah kita menghitung berapa banyak undangan yang kita terima selama hidup kita ini. Baik undangan pernikahan, undangan seminar, undangan pameran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan saya pikir mungkin tidak ada seorangpun yang pernah menghitungnya. Karena sebuah undangan bisa saja berbentuk undangan lisan, misalnya :"Kapan anda bisa datang main ke rumah saya?" ini juga sebuah bentuk undangan bukan?
Akan tetapi pasti kita mengingat akan sebuah undangan atau beberapa undangan yang membuat kita senang menerimanya, kita bangga menerimanya. Undangan seperti ini pasti pernah dialami kita. Beberapa tahun yang lalu saya pernah menerima sebuah undangan peresmian sebuah perusahaan besar di Surabaya dan undangan itu disampaikan oleh pemiliknya langsung. Hati merasa tersanjung dan gembira.
Ketika membaca ayat 28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Apakah kita merasakan ini juga sebuah undangan, atau hanya sebuah tulisan yang sudah tidak berlaku lagi pada saat ini karena sudah kadaluarsa?
Ini adalah sebuah undangan yang terus berlaku tanpa batas waktu! Sebuah undangan yang manis dan indah yang diberikan oleh Tuhan Yesus pribadi! Seorang yang sangat berkuasa (Mat 28:18),"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi".
Setelah kita mengerti siapa yang mengirimkan Undangan, dan dengan jelas Undangan itu dialamatkan kepada siapa, yaitu kepada semua orang yang letih lesu dan berbeban berat, seharusnya kita merasakan suatu perubahan besar dalam diri kita! Ada Sukacita, Ada Damai Sejahtera dan adanya sebuah Pengharapan. Kalau ternyata kita tidak mengalami perubahaan maka kita perlu mengkaji lebih dalam, mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus yang letih-lesu dan berbeban berat?
Pada saat itu Tuhan Yesus sedang berbicara dihadapan orang banyak, Ia sedang mengajar dan sekaligus memberikan jalan keluar bagi mereka semua dari himpitan beban kehidupan. Letih-lesu dan berbeban berat dalam kehidupan bukan hanya dialami oleh orang-orang pada masa itu, tetapi juga terus hingga sekarang. Sebelum bumi ini dipulihkan oleh kedatangan Yesus kedua kali, maka beban kehidupan pasti terus ada dan ada. Oleh karena itu undangan Tuhan Yesus berlaku dari dulu hingga sekarang dan hingga masa yang akan datang.
Jika saya dan anda dalam keadaan letih-lesu dan berbeban berat marilah kita datang kepada Yesus karena Ia akan memberikan kelegaan!
Kelegaan seperti apa?
Mari kita perhatikan ayat selanjutnya, ayat 29; Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Disini kita menemukan kata Kuk, Kuk dalam KBBI berarti; kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak (pedati dsb). Dapat pula berarti pikulan untuk membawa beban.
Injil Matius itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi, jadi ada banyak sekali istilah-istilah khusus yang tidak diberi keterangan, dengan asumsi orang Yahudi pasti mengetahuinya. Jadi kalau Matius disini menulis "KUK" maka maksudnya adalah "hukum". Maka kata "kuk" itu dengan mudah dimengerti para murid sebagai simbolisasi dari "hukum" yang harus dipikul.
Kata "kuk" (Yunani, ζυγος – zugos) dapat dirujuk di dalam Alkitab PB : Kisah 15:10; Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?
Galatia 5:1; Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Jadi jelaslah bahwa Kuk sesuatu yang dikenakan kepada kita, yang sebenarnya menjadi alat bantu untuk membawa beban tetapi Kuk itu pun bisa membuat kita tertekan karena terlalu berat dan menghimpit. Dapat kita bayangkan seandainya kita harus membawa beban dengan menggunakan Kuk dan Kuk itu sendiri sudah sedemikian beratnya, jadi bukannya dapat menolong mengangkat beban, malah sudah membebani diri kita.
Masalah setiap hari datang silih berganti dan tidak akan berhenti selama hayat dikandung badan. Masalah kehidupan ini sudah menjadi beban tersendiri. Beban-beban ini dapat demikian menekan membuat kita menjadi letih lesu, stress. Ketika semua itu terjadi bertumpuk-tumpuk maka ini semua akan merusak jiwa dan raga kita. Beban-beban ini mau tidak mau harus kita pikul tidak bisa tidak. Akan tetapi Kuk yang kita kenakan untuk mengangkat beban tersebut bukannya membantu malah semakin memberatkan!
Mengapa Kuk itu demikian berat dan malah membebani? Karena menurut pengertian orang Yahudi kuk itu merupakan hukum yang dibebani kepada seseorang.
Ratapan 3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
Kuk ini adalah hukum Taurat yang harus dikerjakan oleh orang Yahudi. Ada upacara Yahudi yang bernama Bar-Mitsvah; dimana seorang anak Yahudi yang berumur 12 atau 13 tahun wajib menjalani upacara ini untuk menjadi 'anak hukum'. Dalam upacara ini, secara simbolis anak itu melakukan 'aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Jadi inilah gambaran secara tradisional dari hukum yang dilukiskan sebagai pikulan kuk.
Lalu apa bedanya KUK TAURAT dengan KUK YESUS KRISTUS
Dalam Matius 23:4 Tuhan Yesus berkata : Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Tuhan Yesus berani menyatakan hal ini karena Ia tahu bahwa ahli Taurat dan orang Farisi telah mempersulit dan menambah hukum-hukum Musa, ini bukan berasal dari Tuhan melainkan dari tradisi rabbinik (Matius 7:1-3)
Hukum Taurat menekankan hal-hal lahiriah yang telah dipahami oleh orang Israel secara turun temurun sebagai tuntutan tradisi yang mengikat, dan hukum Taurat itu jika diperinci ada 613 perintah yang harus dipikul! (MITSVOT). "KUK" ini juga disebut הכלה - HALAKHAH (petunjuk moral yang berisikan soal-soal hukum dan praktek ibadah Yahudi)
"613 MITSVOT" adalah penjabaran dari Taurat Musa, disusun oleh para rabi Yahudi (rabi Rambam dan dimuat dalam Misyneh Torah dan Talmud, traktat Makot) menjadi 613 buah. Jika Sepuluh Firman ('ASERET HADEVARIM) diibaratkan sebagai Undang-undang Dasar, maka Hukum Taurat merupakan Undang-undang (organik), dan "MITSVOT" adalah Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian "Kuk Hukum Taurat" jelas sangat berat, melelahkan apalagi pelaksanaannya harus sempurna :
Yakobus 2:10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Dan nyatanya tak ada orang yang mempu memikul kuk Taurat yang jumlahnya sebanyak itu.
Sedangkan yang Tuhan Yesus tawarkan sebuah Kuk yang ringan yaitu Hukum Kasih. Keseluruhan Hukum Taurat terangkum dalam Hukum Kasih ini.
Disamping ringan juga melegakan, karena beban - beban kehidupan ditanggung bersama dengan Kristus sendiri.
Mat 28: 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Bayangkanlah "kuk" ini kita pikul bersama-sama dengan Yesus. Seperti pada sebuah kereta dengan 2 ekor kuda, satu kuda adalah kita dan satu kuda di sebelahnya adalah Yesus.
Jadi beban yang ada di kereta tersebut ditanggung bersama.
Yesus Kristus tidak sekali-kali meninggalkan kita ditengah jalan, selama kita mau bersamaNya.
Pada Yohanes 12: 46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.
Kemudian Kristus juga mengundang kita untuk belajar padaNya, agar kita dapat menjalankan Hukum Kasih, belajar untuk menjadi serupa denganNya. Salah satunya ialah lemah - lembut, rendah hati. Jika kita dapat hidup dengan lemah - lembut dan rendah hati maka kita akan mendapatkan ketenangan jiwa.
Mengapa bisa demikian? Bagaimana hubungan antara lemah-lembut dan rendah hati dengan ketenangan jiwa?
Ketika beban hidup demikian menekan dapat merubah karakter manusia, akibat beban ini manusia menjadi mudah marah, temperamental, tidak boleh tersinggung. Ini kita dapat lihat dijalan raya bagaimana manusia tidak ada yang mau mengalah ketika mengendarai kendaraan, dan terjadilah perang mulut. Karena semua manusia telah terbeban berbagai hal dalam kehidupan ini.
Jadi kalau digambarkan "beban" yang ditanggung membuat "stress" dan akibatnya kehilangan kendali diri, begitu kehilangan kendali diri maka ketenangan jiwa hilang. Begitu ketenangan jiwa hilang maka sukacita pun sirna.
Suka cita sirna akibatnya penyakit menumpuk, hidup menjadi tanpa makna.
Hal inilah yang dilihat oleh Kristus, maka Ia menawarkan jalan keluar dari kemelut ini. Ketika kita mau menerima Kuk yang Kristus tawarkan untuk belajar kepadaNya untuk mengikut teladan dan ajaranNya. Belajar untuk lemah - lembut dan rendah hati.
Tentang karakter Yesus Kristus sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya, Yesaya 42 : (2) Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. (3) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. (4)Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Kita tidak akan pernah berhasil jika mengatasi persoalan, masalah dan beban kehidupan yang datang bertubi-tubi dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri. Akan tetapi jika kita mau menerima Kuk Kristus yaitu Hukum Kasih, dan Kristus berjalan bersama dengan kita, Ia yang juga akan menanggung beban beban kehidupan. Ketika kita berjalan bersamaNya, kita akan belajar akan karakter Nya, kita menjadi lemah-lembut dan rendah hati seperti Kristus.
Lemah lembut dapat berjalan tanpa rendah hati, lemah lembut yang Kristus ajarkan adalah lemah lembut dan rendah hati.
Karena ketika kita rendah hati maka pasti kita lemah lembut, orang yang lemah lembut belum tentu rendah hati. Contoh yang paling mudah adalah bagaimana seorang salesman top berhadapan dengan calon konsumennya, mereka pasti lemah lembut, tetapi belum tentu rendah hati.
Begitu kita dapat mencapai kerendah-hatian seperti yang Kristus ajarkan, maka hampir seluruh persoalan hidup yang kita hadapi menjadi ringan.
contoh yang paling mudah kita temukan adalah di dalam penghidupan sehari-hari. Mengapa terjadi cek-cok antara suami dan istri? dan karena sering kali terjadi maka perceraianlah jalan keluarnya? karena masing-masing tersinggung egonya. Mengapa dikegiatan Gereja sering timbul masalah, dan terjadi percekcokan? Yang merasa kalah maka meninggalkan Gerejanya pergi mencari Gereja lain. Karena sebabnya masing-masing tersinggung egonya. Masing-masing merasa diri benar, bahkan merasa paling benar! Jadi ketika itu semua terjadi dimanakah gerangan kerendah-hatian yang Yesus ajarkan.
Janganlah menganggap remeh persoalan ini, karena dampaknya kepada kehidupan sangat buruk, seperti efek donimo.
Ada sebuah cerita dimana seorang ayah bertengkar di kantornya, pulang kerumah tidak dalam keadaan suka-cita. Anaknya tanpa sengaja menjatuhkan barang porselen koleksinya, melihat itu sang Ayah menjadi marah dan tanpa sengaja menampar anaknya, ketika ditampar anak kecil itu terjatuh dan kepalanya membentur ujung meja, kepalanya robek. Sang Ayah panik dan dengan berurai air mata ia membawa anaknya ke rumah sakit. Inilah hasil dari tidak adanya kerendah hatian, bermula dari pertengkaran di kantor!
Masih banyak bukti-bukti lain dipenghidupan satu beban hidup menjadi banyak beban karena tidak ada kerendah-hatian. Kristus sudah tahu itu semuanya, oleh karena Ia mengundang anda dan saya! Kala kita semua mengaku Kristen itu berarti pengikut Kristus, tetapi tidak ada kerendah-hatian dan kelemah-lembutan, bagaimana bisa? Perlu kita renungkan dengan sungguh-sungguh.
Ayat 30 mengatakan: "Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Dengan membaca ayat ini maka alangkah bodohnya jika seseorang menolak Kuk yang ditawarkan Kristus, apa lagi mengaku diri kita seorang Kristen.
Kesimpulan:
Belajar lemah-lembut seperti Yesus maka beban penghidupan menjadi ringan dan hidup penuh dengan Sukacita.
Bogor 19 September 2015,
Luki F. Hardian